Mohon tunggu...
Joko Yuliyanto
Joko Yuliyanto Mohon Tunggu... Jurnalis - pendiri komunitas Seniman NU
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis opini di lebih dari 100 media berkurasi. Sapa saya di Instagram: @Joko_Yuliyanto

Selanjutnya

Tutup

Politik

Merah Putih?

14 Maret 2018   13:09 Diperbarui: 14 Maret 2018   13:31 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Waktu SD sering diceritakan sejarah Indonesia. Jaman saya dulu, tidak tahu kalau sekarang. Termasuk di dalamnya adalah sejarah warna merah-putih Indonesia. Merah putih memanggil. Masih ingat dulu guru menerangkan bahwa warna bendera Indonesia adalah hasil perjuangan para pahlawan yang merobek warna biru Belanda (Negara penjajah) untuk membentuk warna bendera baru. Dulu sih mengiyakan saja apa yang diajarkan guru. Kan guru mesti digugu dan ditiru. 

Sampai soal essay, saya masih ingat juga menjawab apa yang disampaikan guru tersebut. Dan benar!! sejak saat itu saya meyakini bahwa pembentukan warna merah-putih se-simple itu. Tidak tahu apakah guru tersebut memang sengaja agar murid gampang memahami sebagai upaya penanaman jiwa nasionalisme. Atau memang guru tersebut tidak paham? Semoga guru-guru saya dimudahkan segala urusan di dunia dan akherat. Amin.

Saat duduk di bangku SMA, saya sedikit memahami filosofi merah-putih. Katanya, Merah melambangkan keberanian dan putih melambangkan kesucian. Jadi merah-putih, adalah keberanian berjuang dalam jalan kebenaran. Kemudian banyak muncul lagu nasionalis "Merah darahku, putih tulangku". Lebih cocok lagu biologis sih daripada lagu nasionalis. Kemudian saya cari lagi filosofi merah-putih di beberapa artikel. Karena tidak mungkin Soekarno teriak lantang pada pidato "Apa Sebab Revolusi Kita Berdasar Pancasila" tanggal 24 Desember 1955 tentang semangat mempertahankan merah-putih. 

Ternyata warna merah-putih sudah sangat melekat di dalam masyarakat Indonesia sejak jaman dulu kala. Bahkan sebelum adanya kerajaan di Nusantara. Waktu itu masyarakat masih beraliran animisme dan dinamisme, menyembah tumbuhan, batu, dan matahari. Nah, filosofi warna merah adalah matahari dan warna putih adalah bulan sebagai pemberi kehidupan. Disebutnya Sang Hyang Surya Candra atau Dewa yang mengatur siang dan malam. Surya (Matahari), candra (Bulan).

Merah juga menandakan arti getih yang disimbolkan dengan hewan. Sedangkan putih adalah getah yang berarti tumbuhan. Getah dan getih adalah identitas yang dimiliki semua makhluk. Sedangkan filosofi lainnya adalah tentang jati diri manusia. Proses kelahiran. Bahwa merah adalah perempuan (menstruasi) sedangkan putih adalah laki-laki (sperma). Sejarah juga mencatat, bahwa sejak zaman kerajaan Sriwijaya, Singosari hingga Mataram. Banyak menggunakan panji bendera merah-putih yang disebutnya sebagai pasukan Gula Klopo. Sedangkan di beberapa mayarakat yang masih kental nuansa jawa. 

Saat berbagai acara seperti kelahiran, pernikahan, membangun rumah dan lain sebagainya, masih menggunakan jenang merah-putih atau bubur sengkolo sebagai jalan agar diberikan keselamatan, kebahagiaan dan keberkahan. Jadi merah-putih sudah tertanam erat di masyarakat Indonesia sebelum adanya penjajahan, bahkan kemunculan kerajaan di nusantara. Merah-putih adalah makna kehidupan yang menjadi simbol, lambang, semangat dan jiwa bangsa Indonesia. 

Merah-Putih 2018?  Ini tulisan analogi. Semoga paham. Seharusnya ya paham, apalagi buat pembaca pecandu berita nasional. Merah putih ini sudah ada sejak orde lama. Bukan hanya tentang politik, seniman juga terlibat dalam persimpangan jalan merah dan putih. Merah yang berkuasa mencoba dikudeta sama putih. Kalau dalam filosofi terdahulunya beriringan, pasca kemerdekaan terkesan bersebrangan. Mungkin berani dan suci adalah sifat yang berbeda bagi yang tidak mengetahui makna bhineka tunggal ika. 

Dulu sebenarnya ada tokoh baru berwarna kuning. Sehingga putih tidak begitu nampak setelah ditumpas habis sama si merah. Tidak tahu apakah sebenarnya kuning hanya sebuah kamuflase dari si putih yang berjuang mengkudeta si merah. Alhasil tahun 1965, kuning berhasil memporakporandakan si merah dengan isu yang terlanjur tertanam pada diri pejuang masyarakat "gagal paham" ketika itu. Kuning berkuasa selama berpuluh-puluh tahun. Merah bersembunyi di kolong jembatan. Kuning sesekali berafiliasi dengan putih untuk mengembalikan identitasnya. Hingga akhirnya bermunculan warna lain seperti hijau, hijau muda, dan biru muda. Reformasi!!

Bukan lagi merah-putih yang bersebrangan. Saat itu muncul banyak jalan (cabang) seperti pelangi yang setia menunggu hujan reda. Kuning digulingkan seraya teriak revolusi menuju perubahan. Warna-warni "bendara" tidak lagi terelakan. Mulai dari biru tua, orange, pink, hingga putih yang kembali eksis setelah hanya sebagai bayangan si kuning. Semangat berani di jalan yang benar berubah menjadi penakut di jalan yang salah. Merah kembali bergairah. 

Penuh amarah untuk kembali berkuasa. Kuning tidak mau kalah meski sudah mengidentikan diri dengan KKN. Hijau masih dengan semangat menjadi poros baru menyeimbangkan merah dan putih. Putih merangkak menjadi benalu di semua warna. Biru muda hanya koar-koar di balik tembok reformasi. Sedangkan biru tua menjadi tokoh super yang menghipnotis semua warna tunduk kepadanya. Warna lama hanya tertunduk saling menuding akan kesalahan masing-masing. Merah yang semula marah menjadi lemah, kuning yang semula spaning menjadi pening. Biru muda yang semula pembeda menjadi mengada-ada. Hijau yang meninjau menjadi sarang ranjau. Putih tetap saja menjadi benalu yang terlatih.

Generasi milenial akhirnya mencoba membuka tabir warna-warni. Mencoba mengembalikan identitas asli merah-putih. Yang terjadi adalah reinkarnasi di jaman 1960-an. Merah berkuasa, putih menjadi frasa. Warna lain hanya plonga-plongo menyimak perang yang super intelektual di antara keduanya. Putih menyamar menjadi orange dan membentuk kekuatan besar menggulingkan kekuasaan si merah. 1965 saja bisa, kenapa sekarang tidak? Berbagai isu ditawarkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun