Mohon tunggu...
Joko Rinanto
Joko Rinanto Mohon Tunggu... Penulis -

Menulislah, karena hidup adalah sebuah perjalanan pengaruh dan memengaruhi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Boyband Cilik dan Dunia Anak yang Mengerikan

26 Agustus 2012   10:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:18 1790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13459765011940577686

[caption id="attachment_195183" align="alignleft" width="300" caption="gbr: mypotik.blogspot.com"][/caption] “Mungkin inilah rasanya, Rasa suka pada dirinya. Sejak pertama aku bertanya, Facebook-mu apa, nomormu berapa…”

Lirik di atas mungkin tengah familiar di berbagai kalangan usia, mengingat hampir setiap hari terdengar di telinga, namun di sisi lain itu adalah sedikit gambaran dunia anak yang mengerikan pada saat ini akibat lirik tersebut dan penyanyinya, mengapa?

Bait yang telah saya sebutkan adalah sekelumit dari beberapa lagu boyband cilik yang telah naik daun di kalangan anak hingga remaja putri bernama Coboy Junior dan disinilah akar dunia anak yang mengerikan itu bermula. Mungkin sebagian akan menilai ini terlalu tendensius, namun bagi saya ini adalah salah satu hal yang harus jadi perhatian para orang tua, lagi-lagi mengapa?

Jawabannya karena saya baru saja mencermati fenomena boyband cilik ini dan dampaknya pada adik saya yang sedang ikut heboh akibat euforia boyband cilik tersebut.

Belum lama ini adik bungsu saya yang masih berusia kurang lebih 9 tahun baru saja mendapatkan ponsel pemberian kakaknya (adik saya yang pertama). Setelah sekian lama ditunda, akhirnya adik saya yang pertama memutuskan untuk memberikan ponselnya yang lama kepada adik saya yang bungsu dengan alasan agar bisa mengecek kondisi adik bungsu saya sewaktu-waktu ketika sepulang sekolah dan ketika bermain.

Untung saja ponselnya berupa tipe usang yang hanya dipakai untuk telepon, SMS, dan kalau pun dipakai untuk facebookan tergolong agak sulit untuk anak seumuran 9 tahun. Walau demikian, ponsel tersebut masih menyimpan bahaya. Ya, bahaya jika lepas dari kontrol. Pernah mendengar berita penculikan anak? Itu salah satu bahaya latennya.

Sekarang saya akan kupas satu-persatu dimana dampak mengerikannya bagi dunia anak terkait lirik dan booming boyband cilik seperti Coboy Junior, semoga ini bisa menjadi perhatian para orang tua dan para kakak yang masih memiliki adik kecil yang beranjak dewasa, khususnya wanita.

Fenomena bintang sejak dahulu kala telah menjadi sihir bagi kaum hawa, dari The Beatles hingga Boyzone, kaum hawa bisa berubah menjadi liar dan tak terkendali, berteriak histeris hingga berlaku psikopat karena begitu dalam pemujaannya pada artis idola. Walau demikian bukan laki-laki pun tidak menempuh jalan yang beda terhadap artis idola.

Lalu bagaimana jika fenomena histeria kaum hawa terhadap idola telah merembes ke tingkat anak atau bahkan balita? Apakah ini sebuah prestasi bagi sebuah bangsa?

Jaman dulu hal semacam ini sudah ada, dan saya pun sempat mengalami menyukai penyanyi cilik semacam Bondan Prakoso, Eno Lerian, dan sebagainya. Namun pada waktu itu hal yang berbeda adalah belum adanya sosial media dan juga lirik-lirik lagu anak masih sesuai dengan usianya, tidak vulgar ngomongin cinta-cinta kepada lawan jenisnya dan juga kadang masih terdapat unsur karya sastra yang mendidik di dalamnya.

Berbeda dengan boyband cilik saat ini, coba saja perhatikan lagi sekelumit cuplikan lagu di awal, “Mungkin inilah rasanya, Rasa suka pada dirinya. Sejak pertama aku bertanya, Facebook-mu apa, nomormu berapa…”

Coba anda bayangkan, anak kecil berusia antara 12-14 tahun, masih SMP pula, nyanyi cinta lalu mengajarkan kalau cinta tanya saja facebook sama nomornya, nomor apa? Nomor sepatu? Ya nomor ponsel lah…

Kemudian anda bayangkan lagi yang mendengarkan dan menghapalnya dalah anak usia di bawahnya yang pada kenyataannya alau ditanya definisi cinta pun akan gak karuan jawabanya. Lirik tadi secara tidak langsung mengkampanyekan pada penggemarnya “Loe harus punya facebook biar gaul kaya CJ (Coboy Junior), bukan begitu?” Maka anak-anak seuasia adik bungsu saya yang “Cinta” Coboy Junior ramai-ramai bikin akun facebook, sampai adik saya pun ngiler dibuatnya.

Belakangan saya tahu juga adik saya yang bungsu telah berhasil membuka akun facebook dengan bantuan temannya yang usianya setingkat di atasnya. Lalu mau tahu apa yang dilakukan adik bungsu saya dengan facebooknya?

Kebetulan ketika membuka di laptop milik adik saya yang pertama dia mencontreng kolom “keep me log in” karena adik saya belum paham betul menggunakan facebook selain up date status dan mencari facebook dengan akun berbau Coboy Junior. Saya pun bisa lihat-lihat aktifitasnya.

Setelah saya buka ternyata statusnya berisi lirik lagu Coboy Junior dan ketika saya melihat akun yang menjadi temannya, sebagian memang teman di rumah dan sekolahnya, tapi yang menghawatirkan adalah ada banyak akun PALSU Coboy Junior dan orang yang berhubungan dengan kata kunci Coboy Junior ikut ditambahkan menjadi temannya, walau ia tidak kenal itu siapa…

Miris bukan melihat hal ini pada anak sekarang? Bayangkan jika ada orang yang memanfaatkan situasi ini untuk keuntungan pribadi atau berpotensi berbuat kriminal terhadap anak-anak yang masih kecil ini? Wajar saja saat ini penculikan terhadapa anak kian mudah dan marak. Akibat kejadian ini akhirnya saya peringatkan keluarga saya untuk selalu memantau lebih ketat adik bungsu saya.

Permasalahan selanjutnya adalah mengenai ponsel. Beberapa malam lalu, ketika adik saya sedang tertidur saya juga sempat mengecek SMS di ponsel adik bungsu saya. Ada banyak SMS dari beberapa teman sebayanya, tapi yang menghawatirkan adalah ada satu SMS yang dikirimkan oleh temannya begini bunyinya, “Pit (Panggilan adik saya) nomor yang kemaren kamu kasih tahu itu bukan nomor CJ, itu nomor punya bapak-bapak tau, namanya SUHARNO.”

Coba bayangkan, sebegitu rasa ingin tahunya anak-anak yang nge-fans pada Coboy Junior sampai nomor teleponnya pun dicari tahu dan tanpa menghiraukan bahayanya. Sekali lagi, kampanye melalui lirik-lirik CJ telah menancap di alam bawah sadar anak-anak yang menjadi penggemarnya. Bagaimana jika prilaku anak kita, adik kita tidak pernah kita pantau dan ada pelaku kriminal yang dengan gampangnya menggiring anak kecil untuk diculik, dijual , dibunuh dan sebagainya, akhirnya kejadian itu menimpa orang terdekat kita? Menyeramkan Bukan Dunia Anak Jaman Sekarang?

Sengaja saya luangkan waktu untuk menuliskan hal ini setelah lama saya vakum di Kompasiana. Saya berharap jika ada fenomena serupa terjadi pada anak atau adik anda, sebaiknya segera dikontrol ponselnya atau di blok aktivitas social media miliknya.

Mungkin ketika anda membaca tulisan ini di antara anda ada yang bertanya kemana orang tua saya? Kedua orang tua saya tidak begitu paham dengan teknologi, jadi yang mereka tahu anaknya main tidak jauh dari rumah maka itu sudah dianggap aman namanya.

Kebetulan juga saya ketahui masalah ini selama seminggu liburan lebaran saya di rumah. Sebelum ini yang biasa mengontrol kegiatan adik bungsu saya adalah adik kedua saya (kami 4 bersaudara) dan kebetulan baru-baru ini adik kedua saya harus meniggalkan rumah karena sedang menempuh pendidikan militernya. Sementara adik pertama saya sering harus meninggalkan rumah dalam beberapa minggu sama seperti saya, jadi ponsel tersebut adalah caranya mengontrol adik bungsu saya.

Semoga dengan ini kita semua semakin waspada bahwa betapa telah mengerikannya dunia anak saat fenomena Boyband adalah sesuatu yang nyata. Walau hanya ulasan yang sedikit dari setumpuk fenomena gunung es, namun semoga ini bisa bermanfaat…

Salam,

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun