Mohon tunggu...
John Lobo
John Lobo Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi dan Penggagas Gerakan Katakan dengan Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Guru di SMA Negeri 2 Kota Mojokerto Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gerakan Katakan dengan Buku

28 November 2020   20:16 Diperbarui: 23 Maret 2021   18:50 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bagi buku di Nenowea (dok.pribadi)

Media ini menjadikan anak sebagai sasaran atau obyek dari sebuah pemberitaan.Tiap hari anak-anak  dibombardir oleh berbagai informasi entah yang bersifat mendidik maupun yang melemahkan  daya imajinasi,inisiatif dan kreativitas.Kita bisa menghitung berapa jumlah tayangan televisi yang sangat berguna dan memberi pengaruh yang bermutu bagi perkembangan anak-anak kita.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Dari sajian data tersebut kualitas sumber daya manusia kita masih rendah dan mengalami proses penurunan dari tahun ke tahun. Salah satu faktor penyebab rendahnya Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia adalah rendahnya kualitas pendidikan, yang juga berpengaruh langsung pada sektor ekonomi dan kesehatan.

Keadaan tersebut lebih diperburuk dengan masih dominannya budaya tutur (lisan) dan nonton daripada budaya baca. Budaya ini menjadi kendala utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat yang seharusnya mampu mengembangkan diri dalam menambah ilmu pengetahuannya secara mandiri melalui membaca.

Akses yang sangat terbatas untuk memperoleh dan membaca buku-buku yang berkualitas.Ketika mengadakan kelas inspirasi dan motivasi di Ngada (desa nenowea dan Legeriwu) pada tanggal 26 Desember 2016, kami sempat melontarkan pertanyaan kepada 300 siswa/i SD dan SMP yang hadir saat itu. "Siapa yang pernah membaca buku dan buku apa yang kalian baca ?".

Semua mengangkat tangan, dan jawaban perihal buku yang di baca beraneka ragam.Dengan bangga mereka menyebut buku bahasa Indonesia, buku IPA, buku Matematika, dan sejumlah buku pelajaran lainnya.Saya mengapresiasi kepolosan dan keberanian  anak-anak ketika menjawab.Pada saat yang sama sayapun terenyuh, karena "hanya" buku-buku itulah (pelajaran) yang bisa di baca oleh mereka.

Gerakan Katakan dengan Buku

Berawal dari opini Andi Mappetahang Fatwa atau yang lebih di kenal dengan sapaan A.M Fatwa yang dimuat dalam harian Kompas pada hari senin, 6 Pebruari 2006, dengan judul yang sama KATAKAN DENGAN BUKU.Tulisan beliau sangat menginspirasi sekaligus memberi motivasi yang kuat kepada saya  hingga lahirnya gagasan bahwa Katakan dengan buku akan menjadi lebih bermakna jika dijadikan sebuah gerakan artinya bisa menjadi aktivitas atau tindakan yang dilakukan oleh banyak orang yang secara spesifik bergerak untuk mengumpulkan dan mendonasikan buku kepada anak-anak di seluruh pelosok negeri ini.Ketika beliau wafat pada tanggal 14 Desember 2017 yang lalu kami menemukan sebuah pesan yang sangat berarti tentang betapa kuatnya  sebuah tulisan karena bisa mempengaruhi seseorang.Katakan dengan dengan buku lahir menjadi sebuah gerakan nyata sekitar bulan November 2013.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Minat baca rakyat Indonesia sebenarnya tinggi, sama tingginya dengan bangsa lain, termasuk yang sudah maju yang nenek moyangnya tak sanggup menyusun epos besar dan membangun kompleks candi megah. Tapi minat baca tinggi ini dibikin rendah oleh akses yang buruk, oleh jumlah dan mutu bacaan yang tidak memadai.Katakan dengan buku sebagai sebuah gerakan literasi hadir untuk menjawab keterbatasan yang dimiliki oleh anak-anak dalam mengakses berbagai informasi yang berkualitas melalui bacaan bermutu yang mampu membawa dampak poisitif bagi perkembangan kognitif ,sikap dan kehidupan religiositasnya.Anak mengalami kesulitan untuk mengakses dan mendapatkan buku yang kontennya mampu menginspirasi dan memotivasi dirinya untuk menjadi manusia yang memiliki karakter dan kepribadian yang utuh.Keseluruhan konten dalam buku-buku yang diberikan secara cuma-cuma tersebut sangat mendukung, inspiratif serta variatif sesuai usia dan perkembangan anak.Khusus untuk anak-anak usia pra sekolah penyampaiannya banyak menggunakan media gambar dll.

Jangan katakan dengan bunga, tetapi buku.

Trend yang berkembang di kalangan kaum remaja hingga orang dewasa saat ini adalah memberikan bunga kepada kenalan, sahabat, dan orang-orang terdekatnya pada momen-momen tertentu seperti Valentine day, ulang tahun, perkawinan dll.Memberi bunga memang bukanlah tindakan yang salah, namun alangkah lebih berguna jika media bunga di ganti dengan buku.Refleksi sederhana perihal media pengganti bunga yang dianggap lebih bermakna , pikiran saya saya langsung tertuju pada buku.Gerakan ini lahir karena adanya dorongan yang kuat dari dalam diri untuk memanfaatkan buku sebagai simbol penghargaan dan keakraban dengan sesama bahkan simbol pengikat emosi antara satu dengan yang lainnya. Bertolak dari suatu keyakinan bahwa melalui buku mengalirlah kreativitas dan dinamika intelektual yang merangsang cara berpikir untuk melakukan perubahan. Sejarah dunia adalah sejarah buku karena berbagai perubahan yang terjadi dengan segala akibatnya berasal dari buku.Secara tegas dapat dikatakan bahwa buku merupakan salah satu indikator kemajuan dan jendela peradaban sebuah bangsa.Karena buku peradaban sebuah negara menjadi maju dan karena buku jualah sebuah peradaban tak memberi makna yang berarti ketika buku teralienasi dari kehidupan masyarakatnya(Kompas, Senin 6 Pebruari 2006)

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Menghadirkan budaya baru. Hal lain yang dihadirkan dalam Gerakan Katakan dengan buku sebagai sebuah literasi adalah nilai budaya yang berbeda dengan nilai-nilai yang ada dalam kebudayaan yang dominan.Katakan dengan buku hadir sebagai media alternatif untuk membangun budaya tanding (budaya baca) di tengah gencarnya kepungan media Sosial yang meliputi banyak situs jejaring social yang membawa pengaruh yang sangat besar terhadap kepribadian anak secara utuh.Tanpa sensor atau saringan(filter) sedikitpun bagian-bagian dari media social itu menyusup masuk hingga ke ruang privat anak.Kapan dan dimanapun anak bisa menikmati berbagai sajian di dunia maya walau hanya bermodalkan menggerakan sebuku jari saja, dunia ini bisa dijelajahi.Bahkan dunia ini sudah sempit cuma selebar layar hand phone(HP).Media yang cendrung mengeropos kehidupan intelektual dan moral begitu mudahnya diakses dan menyerobot masuk dalam kehidupan anak .Tanpa terasa anak digiring menjadi sosok yang  egois dan apatis terhadap sesama dan lingkungannya.Yang jauh menjadi dekat dan yang dekat menjadi jauh.Secanggih apapun sebuah media komunikasi, buku tetap menjadi media informasi yang tak terkalahkan.Membaca buku dapat membangkitkan imajinasi yang menggugah kreativitas yang tidak didapatkan ketika menonton dan mendengarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun