Mohon tunggu...
Johansyah M
Johansyah M Mohon Tunggu... Administrasi - Penjelajah

Aku Pelupa, Maka Aku Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berandai

7 Juni 2020   16:01 Diperbarui: 7 Juni 2020   15:58 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Salah satu sifat yang tak lekang dari diri manusia adalah berandai. Berandai itu sama dengan berkhayal untuk sesuatu yang diimpikan akan terwujud. Berkhayal atau berandai itu lumrah, tapi jangan berlebihan. Asyik berandai-andai lalu tidak pernah berusaha untuk mewujudkannya. 

Apalagi berandai tentang kondisi masa lalu, itu lebih mustahil lagi. Minsalnya, kita berpikir, coba kalau dulu aku rajin, pasti hidupku sekarang tidak begini. Atau coba kalau dulu aku menikah dengannya, pasti aku akan kaya, karena dia adalah anak orang kaya.

Saya selalu teringat ceramamahnya almarhum KH Zainuddin MZ. Beliau katakan; "lebih baik makan singkong beneran, dari pada makan roti ngimpi". Kita membayangkan kenikmatan tapi itu hanya dalam mimpi. Lalu kita menikmati sesuatu yang tidak begitu nikmat, tapi sesuatu yang nyata. Jadi, nikmati saja apa yang ada, jangan banyak mengeluh dan mengkhayal.

Dalam sebuah buku humor, cita-cita si muin, yang ditulis oleh Prof. Baihaqi, AK. Diceritakan bahwa ada seorang pemuda yang membeli satu botol lebah. Saat di rumah, dia  berbaring dan menaruh botol lebah di sudut tempat berbaring bagian kakinya. 

Sambil berbaring, dia berkhayal, "saya akan jual lebah ini, lalu akan saya ganti dengan anak ayam, kemudian ayam ini saya pelihara sehingga jumlahnya banyak. 

Nanti kalau sudah banyak, saya akan menjualnya dan membeli satu pasang kambing. Nanti saya pelihara sehingga jumlahnya banyak, lalu saya jual dan akan membeli dua ekor sapi sepasang. Saya memeliharanya sehingga berkembang biak menjadi banyak".

Karena lama berkhayal, maka dia pun tertidur. Biasa, orang tidur mana sadar gerakan tubuhnya. Tergeraklah kakinya dan mengenai botol yang berisi lebah. Tumpahlah lebah itu. Saat bangun dia terkejut dan bertanya dalam hati, siapa yang menumpahkan botol ini? 

Sungguh kesal dia, sebab tadinya berkhayal, itulah modal awalnya untuk mengubah keadaan. Dia pun menggeleng-gelengkan kepala. Tapi akhirnya dia sadar, dan berandai lagi, coba kalau botol lebah ini tidak saya taruh dekat kaki, pasti aman. Lama-lama ia sadar, ternyata selama ini dia banyak berkhayal.

Dalam hidup ini wajib ada cita-cita dan tujuan. Berandai itu boleh, tapi jangan terlalu lama. Lebih baik banyak usaha walaupun hasilnya belum seperti yang diimpikan. Syukuri apa adanya. Masa lalu itu tidak perlu diandai-andai, karena kita tidak mungkin kembali ke masa lalu. 

Perbanyaklah usaha disertai do'a, serta sabar. Insya Allah apa yang diimpikan menjadi kenyataan. Satu hal yang patut dan perlu sering diandai, andai Allah memanggil kita detik ini, maka andai-andai dunia semua tidaklah berarti. Untuk itu, sering-seringlah berandai; 'andai aku dipanggil Allah' agar kita lebih siap? Semoga bermanfaat. Amin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun