Mohon tunggu...
Kavya
Kavya Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Suka sepakbola, puisi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Monggo PSSI

22 Desember 2018   18:18 Diperbarui: 22 Desember 2018   18:27 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menutup tahun 2018 ini PSSI harus menerima kenyataan suram, kemerosotan citranya. Padahal perbaikan citra merupakan salah satu misi Edy Rahmayadi ketika berkampanye sebagai Ketua Umum PSSI. Berbagai upaya yang sudah dilakukan setelah kongres 10 November 2016 seperti sia-sia.

Ironisnya, selain pupusnya harapan masyarakat akan prestasi timnas (kecuali timnas U-16 yang jadi juara AFF 2018 dan lolosnya Timnas Putri ke putaran pertama Pra- Olimpiade 2020), kemerosotan citra PSSI itu justeru dari andil Ketua Umumnya sendiri. Edy Rahmayadi dengan beberapa ucapan kontroversialnya justeru menjadi beban organisasi tersendiri bagi PSSI.

Tak tampak keberhasilan kepengurusannya di tahun 2018 ini. Jika pada diri sendiri, ia memang mencetak prestasi dengan memenangi Pilkada, terpilih sebagai Gubernur Sumatra Utara. Jabatan yang diperjuangkan habis-habisan, sampai rela pensiun dini dari militer. Berbalik dengan masih rangkap jabatan yakni sebagai Pangkostrad ketika terpilih sebagai nakhoda PSSI.

Namanya didengungkan di media sosial, bahkan oleh supporter di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Sayangnya bernada negatif yakni "Edy Out...Edy Out,"

Belum juga reda seruan itu, muncul isyu pengaturan skor di Liga 2 dan 3, serta sorotan kepemimpinan wasit di semua strata kompetisi.

Meski ada beberapa anggota Komite Eksekutif (Exco) yang memiliki jabatan rangkap di klub atau Asosiasi Provinsi, namun Edy Rahmayadi yang paling menjadi sorotan. Ia tak hanya Ketua Umum PSSI tapi juga pemilik (sering disebut Pembina) PSMS Medan dan Gubernur Sumatra Utara.

Sehingga muncul meme sindiran yang membuat tersenyum, meski pahit : "Gubernur Sumut menegur Pembina PSMS, kemudian Pembina PSMS mengadu kepada Ketua Umum PSSI."

Apa dampak dari segala gugatan dan hujatan itu bagi PSSI?. Citranya makin merosot. Segala kerja keras untuk menyelenggarakan kompetisi, dipercaya menjadi tuan rumah beberapa event internasional seolah terlupakan.

Tak mengherankan, ketika di akhir November 2018 di acara Mata Najwa disebutkan tentang anggota Exco, Hidayat yang mencoba mengatur skor Madura FC menghadapi PSS Sleman, tak ubahnya seperti siraman bensin di tengah kobaran api yang belum padam. Hidayat akhirnya mengundurkan diri.

Meski sempat menyatakan dirinya tak bersalah, tapi keputusan Komite Disiplin (Komdis) menghukumnya, tak pelak menjadi tamparan tersendiri bagi PSSI. Anggota Exco terlibat dalam pengaturan skor, jadi bagian mafia sepakbola dan berbagai tudingan lainnya.

Bersama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun