Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dosen Asongan

15 Februari 2012   04:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:38 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kaget sekali saya membaca harian local di Solo hari ini. Pada rubric Pendidikan sebagai rubric favoritku, saya membaca sebuah berita yang memuat seorang guru besar alias professor. Beliau bernama Prof. Dr. Heru Nugroho,dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Pada pelantikannya sebagai guru besar kemarin, beliau berpidato. Salah satu pernyataan yang membuatku tertarik menyimaknya adalah digunakannya istilah dosen asongan. Apa itu? Dosen asongan adalah dosen yang tidak menjalankan tugas utamanya melainkan menggunakan alat akademik untuk kepentingan ekonomi politik dosen yang bersangkutan (Solopos, 15 Februari 2012).

Menurutnya, saat ini terjadi kecenderungan para akademisi yang lebih mementingkan nilai-nilai pragmatis daripada nilai-nilai keilmuan. Kegiatan pengajaran dan penelitian hanya berorientasi pada peningkatan pendapatan melalui proyek-proyek daripada pengembangan ilmu pengetahuan. Hal itu telah menciptakan fenomena kelobotisme di kalangan akademisi atau hanya barang pembungkus serta menciptakan kegiatan akademik yang involutif. Bahkan, terjadi kecenderungan maraknya kaum intelektual yang pamer dalam acara talkshow di televisi terkait masalah popular.

Atas pernyataan itu, sejenak saya berpikir. Sepertinya pendapat itu mengandung kebenaran. Saya sempat beberapa kali bertemu rekan-rekan dosen yang mereka memang berpikiran pragmatis. Mereka cenderung mengejar keuntungan materi daripada mengejar kepentingan akademik. Darimana saya mengetahuinya?

Ketika masih belajar di jenjang S2, saya sempat diajak seorang dosen untuk berkolaborasi melakukan penelitian. Pada proposal yang diajukan, saya sempat membaca angka yang cukup menggiurkan. Jika dibandingkan dengan jenis penelitiannya, saya justru menganggap bahwa penelitian ini terkategori asal-asalan. Karena hanya menjadi peneliti anggota ketiga, saya tidak memiliki kewenangan untuk mengubah proposal itu. Kini saya heran karena hasil penelitian itu tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap nilai-nilai akademik.

Ketika berada di kampus, banyak penawaran penelitian diajukan oleh beragam institusi. Penawaran itu memuat pagu atas batas atas biaya penelitian. Di sinilah, saya mengamati perilaku rekan-rekan dosen. Rerata teman-temanku memandang jumlah biaya yang disediakan daripada topic penelitian yang ditawarkan. Maka, kiranya pernyataan guru besar di atas harus menjadi bahan renungan bagi rekan-rekan dosen.

Tidak dapat dipungkiri bahwa rekan-rekan dosen memang sering mendapatkan banyak keuntungan materi dari kegiatan penelitian. Selain sering meninggalkan tugas pengajaran, rekan dosen akan memeroleh keuntungan atas selisih biaya dikeluarkan. Keuntungan akan berlipat jika penelitian itu melibatkan mahasiswa regular yang cenderung tidak akan memprotes sang dosen jika diberi sedikit honor. Maka teramat wajar jika dosen tertentu sudah memiliki catatan pribadi terhadap beberapa mahasiswa yang dipandangnya cerdas.

Kini, dosen sudah diberikan tunjangan profesi. Selain tunjangan fungsional yang lumayan besar, dosen sudah menerima tunjangan profesi yang juga terbilang besar. Tentunya besaran nominal ini harus menjadi tanggung jawab sang dosen untuk meningkatkan kualitas diri. Jadi, dosen itu tidak sekadar menjadi pengasong dengan mencari-cari proyek penelitian. Namun, dosen itu mestinya mengamalkan hasil penelitian itu sehingga berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan. Semoga dosen pengasong itu tersadar.

Teriring salam,

Johan Wahyudi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun