Mohon tunggu...
Johanis Malingkas
Johanis Malingkas Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Menulis dengan optimis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gepeng Gebrak Manado

27 Juni 2015   17:36 Diperbarui: 27 Juni 2015   17:36 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kota manado (sumber:dok-pri)

Manado sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Utara menjadi kota kebanggaan warga Manado dan sekitarnya. Pemerintah kota dengan programnya berupaya menjadikan kota ini menjadi kota cantik dan cerdas. Gerakan memelihara keindahan dan kebersihan kota lewat instansi terkait bersama elemen masyarakat semakin nampak menjadi gerakan aksi keseharian. Itu yang digerakkan oleh Vicky Lumentut dan Ai Mangindaan sebagaai walikota dan wakil walikota Manado. Keduanya bertekad menjadikan kota manado sebagaai pintu gerbang kunjungan wisata di kawasan timur indonesia.

Kecantikan dan keindahan kota agaknya terganggu akibat bencana alam banjir yang pernah melanda kota ini akibat meluapnya air sungai Tondano, sungai Tikala, sungai Sario dan Sungai Malalayang.

Bukan cuma soal musibah lingkungan dengan banjirnya, namun akhir-akhir ini kota cantik ini di sorot dengan adanya banjir GePeng (Gelandangan Pengemis) yang nampak di sudut-sudut jalan kota.

Seperti yang dilansir Berita Manado kemarin, memmunculkan topik berita mengejutkan : "GePeng Semakin Banyak, Manado Bakal Jadi Sarang Pengemis".

Kota Manado yang dikenal sebagai Kota Bersehati yang dulunya bebas GePeng justru saat ini mulai dipenuhi GePeng. Mudah saja menemukan GePeng di Manado, selain di pusat kota terutama trotoar depan Bank Sulut, Gepeng juga berkeliaran di pusat perbelanjaan Mantos dan Megamas.

Memiriskan, keberadaan GePeng yang terus bertambah terkesan dibiarkan pemerintah.

“Pemerintah kita sibuk dengan pencitraan terutama menjelang Pilkada, sampai lupa bahwa GePeng semakin banyak. Jika terus dibiarkan makan tidak usah heran nantinya jika Manado akan berubah menjadi kota sarangnya gelandangan dan pengemis”, tutur pemerhati kota Ventje Bilusayang.

Selain GePeng, Bilusayang juga mengkritisi pemerintah melalui dinas terkait yang terkesan tidak memperhatikan masyarakat tunanetra. Aktivis sosial ini menduga keberadaan tunanetra sengaja dimanfaatkan pihak tertentu.

“Bayangkan pada satu tempat di tepi jalan misalnya ada tiga sampai lima tunanetra berdiri meminta sedekah. Padahal mereka ini mestinya ada di panti sosial dilatih berbagai keterampilan, bukan dijadikan peminta-minta”, tegas Bilusayang kepada Jerry Palohoon (Berita Manado, 26 Juni 2015).

Persoalan GePeng yang muncul di kota Manado seyogyanya menjadi perhatian pemerintah kota. Kehadiran mereka bila tidak diambil tindakan tegas akan terus berkembang dan tentu akan merusak citra keindahan kota. Pemerintah kota melalui DPRD Kota Manado perlu mengeluarkan aturan yang tegas dan mengatur ketertiban kota dengan kehadiran GePeng ini. Persoalan ini menjadi persoalan sosial dan terkait dengan instansi Dinas Sosial Kota Manado.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun