Tiba-tiba saja begitu banyak orang yang waktunya tersita pada satu sosok. Semua berawal dari foto orang berkalung untaian bunga yang berdiri di atas mobil warna merah dengan kap terbuka, Saiful Jamil.
Ia mengacungkan tangan, dielu-elukan oleh (boleh jadi) penggemarnya. Lalu diposting di medsos kemudian disambut pebisnis tv sebagai ladang iklan yang bisa mengeruk uang.
Seketika "rakyat" marah. Saiful Jamil dibuly habis-habisan oleh netizen, dipergunjingkan banyak orang. Bukan hanya sehari tetapi berhari-hari. Tidak menutup kemungkinan bisa berminggu-minggu, bahkan. Ia dan penggemarnya dinilai tidak beradab. Tidak memiliki empati pada orang yang pernah menjadi korban pelecehan yang dilakukannya dulu.
Hukuman penjara itu ada jangka waktunya. Habis masanya, bebas. Sementara itu hukuman sosial tidak pernah mengenal waktu dan jauh lebih pedih.
Memang, tidak ada yang keliru dengan ekspresi kegembiraan ketika seseorang merasa bebas sesaat setelah keluar dari penjara. Salahnya Saiful Jamil bertindak berlebih-lebihan. Mestinya ia cukup senyum-senyum sendiri atau boleh meluapkan dengan berteriak di kamar mandi.
Masyarakat pun lebay. Bisa jadi ini yang menjadi alasan mengapa bangsa kita tertinggal jauh (dalam segala hal) dari bangsa lain. Setiap waktu terjadi perilaku kontra produktif. Ketika orang di negara lain sibuk dengan berbagai penemuan baru yang merubah dunia, kita asyik bergunjing.
Tidak mutu.