Mohon tunggu...
Johanes Marno Nigha
Johanes Marno Nigha Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Sedang Senang Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Timur Memanggil: Pertarungan Budaya dalam Piring Makan (2)

4 September 2021   06:44 Diperbarui: 4 September 2021   06:58 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok: Screen shoot Timur Bacarita

Setelah Charles Toto di Papua mengeksplorasi kerja pengarsipannya sepanjang tahun 1997 hingga kini, giliran berikutnya adalah Dicky Senda. Dicky memusatkan perbincangannya pada apa yang telah ia buat di komunitas Lakoat Kujawas.

Ia kemudian mengeksplorasi daging Se'I untuk memasuki wilayah pengetahuan dan spiritual orang Mollo. Daging ini adalah salah satu oleh-oleh khas NTT yang cukup terkenal. Ada sejarah yang sesungguhnya melatari kehadiran daging Se'i. 

Dicky mencoba menjelaskan tentang daging Se'I untuk menceritakan keseluruhan bangunan pengetahuan dan keterkaitan masyarakat Mollo di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi NTT.

Bagi Dicky, berbicara soal makanan berarti berbicara soal manusia tempat  makanan itu berasal. Penting untuk memberi konteks pada masyarakat tempat Se'i berasal. Hal ini menjadi landasan utama untuk mengetahui karakter dasar serta sifat masyarakat tertentu. Se'i selanjutnya dihubungkan dengan orang Mollo dan lingkungannya  yang  kemudian membentuk kebudayaan pangan di sana.

 Daerah Mollo berada sekitar 130 km dari kota Kupang ibu kota Provinsi NTT. Letaknya  di lereng gunung Mutis. Sebuah gunung tertinggi di daerah Timor bagian Barat. Orang Mollo sendiri adalah bagian dari sub etnik yang menyebut dirinya dalam bahasa setempat yaitu Atoin Meto. Bila ditejemahkan Atoin Meto artinya manusia kering atau orang yang tinggal di tempat kering.

Secara geografis, Timor adalah  tempat kering. Pada musim panas yang panjang, curah hujan sedikit. Akan terlihat dan muncul dengan kuat karakter kering dan gersang. Bicara soal Mollo serta masyarakat di dalamnya mau tidak mau akan berujung pada pembicaraan soal identitas orang Mollo. Dari sana lahir sebuah hak, tugas sekaligus tanggungjawab.

Masyarakat Mollo mengidentifikasikan dirinya juga sebagai keturunan perempuan dari gunung. Lewat identifikasi ini, masyarakat mendapat satu tugas sejak dulu untuk menjaga alam seperti mata air, hutan, batu dan tanah.  Daerah Mollo sendiri berada di jantung pulau Timor. Di sana banyak terdapat mata air besar yang mengalir ke banyak wilayah lain di pulau Timor.

Dicky setelah identifikasinya, meyakini tentang tugas kebudayaan serta  tanggung jawab warga untuk menjaga alam dan ekosistemnya sehingga alam Timor bisa tetap bertahan. Hal ini kemudian digagas dalam komunitas Lakoat Kujawasnya sebagai medium tempat warga belajar dan memperkuat identitas tanggung jawabnya.

Kerja pengarsipan Dicky dan komunitasnya lalu membawa sejumlah identifikasi kuat antara lain soal alam dan ketubuhan. Alam identik dengan tubuh manusia. Pembicaraan soal relasi alam orang Mollo akan mengerucut pada pemaknaan tentang tubuh. Ketika berbicara tentang hutan dan batu, orang akan diarahkan untuk membicarakan keseluruhan tubuh.

Contoh darah sebagai mata air atau  rambut sebagai hutan, tanah adalah kulit dan sebagainya. Konteks-konteks inilah yang kemudian membantu masyarakat Mollo dekat dengan alam. Hidup mereka lekat dengan alam. Sebab alam memberi mereka hidup dan dari sanalah identitas mereka berawal. Inilah sebenarnya yang menjadi karakter dasar masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun