Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sudah Jatuh Miskinkah UNICEF? Dan Sebuah Cerita Lain

12 April 2021   02:15 Diperbarui: 24 April 2021   11:59 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari Catatan Harian:
Ketika Toko Gramedia Mal Sunter masih beroperasi beberapa tahun yang lalu, saya melihat ada semacam program cuci gudang, dan saya pun beberapa kali  memborong banyak buku untuk dikirimkan kepada Putri di Ngunut, Tulungagung, Jawa Timur, dengan pertimbangan harga buku + biaya kirim masih sedikit lebih murah ketimbang kalau buku-buku itu tidak didiskon.

Pada salah sebuah kunjungan saya, yaitu sewaktu mengambil stempel perpustakaan Putri yang sudah jadi, saya mengalami 2 kejadian:

Saya melihat seorang remaja putri yang kira-kira sepantaran Putri (dilihat dari buku pelajaran yang dia beli). Gadis ini menunjukkan kepada papanya buku-buku yang mau dia beli dan meminta izin untuk sekalian membeli sebuah novel seharga Rp. 45.000,- Reaksi sang papa sungguh mengagetkan saya: "Jangan-jangan, mahal, kembalikan ke raknya." Kekecewaan dan kesedihan terlihat pada wajah gadis itu dan kepingin rasanya saya yang membayarkan novel itu, tapi mana mungkin.

Dibanding dengan keseluruhan buku yang saya beli (12 kg* sewaktu belakangan ditimbang di JNE), apalah artinya sebuah novel, apalagi dibanding kebahagiaan anak bapak itu? Kok tega banget? Bagi saya ini adalah sebuah kekejaman.

Orangtua mana pun bisa mencari seribu alasan untuk menolak permintaan sang anak, tetapi Rp. 45.000? Apa salahnya mengikuti kemauan sang anak dengan pengorbanan hanya segitu? Apa tidak ada perencanaan sebelum ke toko untuk secuil pun pengeluaran ekstra (setara biaya makan 1 orang di mal)? Apa prioritas untuk kebutuhan lain harus menyingkirkan pengeluaran ekstra ini? Dan segudang alasan lainnya?
Apa semua pengaturan keuangan atau penghematan ini lebih penting dari pertumbuhan intelektualitas anak? Sungguh ironis!

*12 kg buku ini bukannya saya beli dengan mudah, tapi melalui perencanaan yang ketat. Justru dengan menempatkan prioritas utama pada buku, saya bisa melihat dengan jeli bahwa beberapa butir prioritas di bawahnya sebenarnya masih bisa diturunkan lebih lanjut. Hasilnya, sekarang buku di perpustakaan pribadi Putri yang akan naik ke kelas 3 SMA sebentar lagi, sudah lebih dari 500, dan bertambah terus walaupun ada pandemi Covid-19, print sendiri!

Baru tak sampai 5 menit setelah kejadian ini, saya didekati oleh 2 perempuan muda yang ternyata bekerja untuk UNICEF (cabang Indonesiakah?).

Salah seorang dari adik-adik ini bertanya kepada saya, "Maaf pak, mau nanya, apakah bapak mendukung gerakan antikekerasan terhadap anak-anak?"
Saya: "Pertanyaan macam apa itu? Tentu saya dukung."

Si adik, sembari menunjukkan foto-foto: "Nah, begini pak, kami dari UNICEF" dan menjelaskan apa itu UNICEF bla bla bla dan melanjutkan, "Kalau bapak mendukung, boleh nggak kami minta nomor HP, tanggal lahir dan tandatangan bapak?"
"Boleh," saya pun menuliskan apa yang dia minta.

Kelanjutannya ini yang nggak enak.
Si adik: "Begini pak, sampai sejauh ini bapak sudah memberikan dukungan, boleh nggak bapak memberikan sedikit kontribusi untuk membantu anak-anak yang mengalami kekerasan itu, termasuk kekerasan seksual?"
Saya: "Berapa dek?"
Si adik: "Ada 2 pilihan pak, Rp. 5.000 atau Rp. 6.500."

Yang dia maksudkan adalah per hari, jadi Rp. 150.000 atau Rp. 200.000 per bulan tanpa batas waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun