Mohon tunggu...
Sigit Purwanto Ipung
Sigit Purwanto Ipung Mohon Tunggu... CEO and Founder Tempe Pinilih

bersama sebotol ciu menikmati hidup dan merayakan cinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perlawanan Bob Marley

14 Mei 2025   20:31 Diperbarui: 14 Mei 2025   20:31 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam kabut di jalanan kota Kingston, di mana udara bergumam dengan beban sejarah, lahirlah sebuah lagu dengan ritme kasar, menantang, dan tak kenal menyerah. Itulah denyut musik Bob Marley, seperti kain yang ditenun dari benang pemberontakan, harapan, dan api perlawanan yang tak pernah padam. Lagu-lagu Bob Marley bukan sekadar melodi, tetapi juga manifesto, kebenaran yang dibisikkan, dan teriakan menggema yang menerobos kepedihan-kesunyian penindasan.  

Saat Marley memetik gitarnya, senar-senar itu seakan bergetar oleh kenangan rantai yang dipatahkan. Dalam lagu "Redemption Song," suaranya yang lembut tapi tak gentar membawa beban berabad-abad: "Bebaskan dirimu dari perbudakan mental / Hanya kita sendiri yang bisa memerdekakan pikiran." Di sini, perlawanan bukan hanya pertarungan fisik, melainkan revolusi jiwa. Ia menyanyikan belenggu yang bertahan lama setelah besi berkarat---belenggu ketakutan, kebodohan, dan penindasan yang diwariskan. Kata-katanya adalah kompas, menuntun yang tersesat menuju keberanian untuk membayangkan kebebasan.  

Lalu ada lagu "Get Up, Stand Up," himne yang bergerak seperti jiwa-jiwa yang berbaris. Irama reggae yang menular dan mendesak menjadi denyut nadi kaum tertindas. "Jangan menyerah pada perlawanan!" Itulah nyanyian untuk petani yang terengah di ladang gersang, ibu yang menggenggam tangan kosong, pelajar yang berhadapan dengan laras senjata. Perlawanan Marley bersifat kolektif, paduan suara yang menolak dikubur di bawah sepatu lars tirani.  

Dalam lagu "War," ia menyalurkan gemuruh kata-kata Haile Selassie (inspirator gerakan Rastafaria), mengubah pidato diplomatik menjadi kobaran api. "Hingga filosofi yang menganggap satu ras lebih unggul. Dan ras lain lebih rendah akhirnya ditinggalkan..." Lagu ini adalah cermin yang ditunjukkan pada wajah dunia, memantulkan luka kolonialisme, apartheid, dan sistem yang membusuk. Marley tidak menghindar dari keburukan, ia memperkerasnya, mengubah keputusasaan menjadi senjata. Musiknya menjadi medan perang tempat kebenaran berhadapan dengan kekuasaan.  

Bahkan dalam lagu "Buffalo Soldier," di mana hantu-hantu sejarah menggali ketahanan orang-orang yang terampas. Sang prajurit, menjadi simbol keberanian bertahan, bukti bahwa kaum tertindas bisa menemukan identitas dalam penderitaan. Narasi Marley bukan kisah kekalahan, melainkan metamorfosis, bagaimana api, jika dihadapi, bisa melahirkan berlian.  

Denyut Rastafari berdetak dalam liriknya. Perlawanannya adalah sesuatu yang sakral, perjanjian antara yang ilahi dan yang terinjak. Saat ia melantunkan lagu "One Love," itu adalah doa sekaligus protes, juga visi persatuan di dunia yang retak oleh batas dan kebencian.  

Waktu berlalu, tapi lagu-lagu Marley masih bergema dalam teriakan demonstran dari Soweto hingga So Paulo, dalam mural Gaza dan tagar #BlackLivesMatter. Warisannya tidak membeku dalam waktu melainkan kekuatan yang hidup. Dalam setiap nada, tersirat ajakan untuk bangkit, mengaum, merebut kembali narasi. Sampai di sini, kita mengerti, Bob Marley tak hanya menulis lagu, ia menyalakan api yang takkan padam oleh badai.  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun