Mohon tunggu...
JOE HOO GI
JOE HOO GI Mohon Tunggu... Penulis - We Do What We Want Because We Can

Author Blogger, Video Creator, Web Developer, Software Engineer, and Social Media Manager in Jogjakarta, Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Meneladani Metode Aksi BEM Unair dan Gejayan Memanggil yang Super Damai

28 September 2019   06:33 Diperbarui: 5 Februari 2020   04:43 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak semua aksi protes mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang marak terjadi belakangan ini berakhir ricuh dan rusuh sebab masih ada model methode aksi perjuangan yang mereka pakai dalam menyampaikan hak pendapat di muka umum telah dilakukan secara etis dengan menjunjung tinggi semangat anti kekerasan (non-violence) yang notabene telah mengingatkan kepada publik pentingnya perjuangan ala Ahimsa dari konsep pikiran Mahatma Gandhi. 

Model methode aksi protes menyampaikan hak pendapat di muka umum yang dilakukan oleh BEM Se-Jogjakarta dalam hastag  #GejayanMemanggil dan BEM Universitas Airlangga dalam hastag #SurabayaMenggugat ternyata dapat dijadikan suri teladan sebab terbukti dalam aksi protes yang melibatkan jumlah massa yang sangat signifikan pun ternyata mampu diwujudkan secara super damai (saking super damainya sampai rerumputan taman pun tidak ada yang terinjak dan kebersihan pun tetap terjaga) sehingga tidak mengusik kepentingan dan nilai-nilai publik.

Sebagaimana sudah menjadi kesepakatan universal betapa publik dalam kepentingan dan nilai-nilainya sangat terusik dengan kehadiran model methode aksi menyampaikan pendapat di muka umum dilakukan dengan memaksakan kehendak melalui cara anarki sebab model methode memaksakan hak pendapat dengan jalan kekerasan sebagai jalan keluarnya (the way of anarchy) justru tidak akan pernah menyelesaikan masalah kecuali akan menambah permasalahan baru yang semakin rumit, komplek dan corat-marut.

Sejarah sudah menguji dari sepanjang abad peradaban kehidupan manusia betapa upaya untuk menyelesaikan permasalahan apa pun dengan the way of anarchy pasti akan melahirkan permasalahan baru yang lebih kompleks berupa kurban nyawa, dendam kusumat, kebencian dari kemarahan yang membabi-buta,  kerugian harta benda dan rusaknya tatanan sosial di sana-sini.

Kalau the way of anarchy di tempuh sebagai methode aksi kepada kebijakan Negaranya, maka yang bakal terjadi tiada lain akan melahirkan kondisi chaos. 

Kalau sudah chaos pasti akan melahirkan bloody incident sebab bagaimana pun yang namanya the way of anarchy pasti akan berhadapan dengan state security melalui Pasukan Anti Huru-Hara (PHH). Kondisi seperti ini sifatnya universal sebab berlaku untuk setiap negara tanpa terkecuali.

Tidak ada sebuah Negara di dunia ini tanpa terkecuali yang bersedia do nothing in the destruction ketika berhadapan dengan  amuk sebagian rakyatnya yang menyampaikan hak pendapatnya di muka umum melalui the way of anarchy. 

Bahkan Negara yang menjunjung tinggi human rights sekalipun akan tetap berupaya keras menjaga ketertiban masyarakat dan memulihkan political stability dari amukan massa yang melakukan protes melalui the way of anarchy. 

Hanya saja upaya pemulihan  political stability di setiap negara berbeda-beda. Kalau di negara-negara yang menjunjung tinggi human rights, upaya Negara memadamkan aksi amuk massa yang berujung pada the way of anarchy pasti menggunakan senjata yang sifatnya hanya melumpuhkan tidak mematikan seperti pentungan, gas air mata, peluru karet, meriam air dan alat kejut listrik. 

Tapi bagi negara-negara totaliter yang tidak menjunjung tinggi human rights, upaya Negara  memadamkan amuk massa dengan senjata api mematikan seperti pada peristiwa berdarah di Tanjung Priok 1984.

Indonesia pada pasca Reformasi 1998 sudah menanggalkan cara Orde Baru yang memadamkan amuk massa oleh kaum sipil yang non-milisi dengan senjata yang sifatnya hanya untuk menakuti saja seperti pentungan, meriam air dan alat kejut listrik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun