Mohon tunggu...
yohans alberdto
yohans alberdto Mohon Tunggu... -

punya 2 blog joewriting.wordpress.com & joe-writing.blogspot.com padahal gak becus nulis.. ditambah kompasiana lagi... ditambah kaskus, facebook, twitter dan belasan forum coba-coba *_* ...dasar orang katrok exist wannabe T_T

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filosofi Cermin

19 Februari 2010   09:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:51 4776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Cermin adalah salah satu benda yang sering digunakan untuk menunjukkan suatu peribahasa atau juga ungkapan dalam budaya manusia. Buruk rupa cermin dibelah, kita harus sering bercermin, sikap merupakan cerminan hati dan lainnya.

Filosofi cermin yang diambil adalah sesuatu yang menunjuk pada diri kita sendiri, point to ourselves, karena pada hakekatnya begitulah fungsi cermin menampilkan bayangan diri kita agar kita dapat memperbaiki apa yang perlu diperbaiki, membangun apa yang perlu dibangun.

Cuman yang agak ganjel nih... ada ungkapan, sikap orang lain terhadap kita adalah cerminan diri kita, ungkapan itu mematuhi hukum aksi reaksi, tarik menarik (attraction), melayani dan dilayani, tabur dan panen, dan ratusan dongeng lainnya ^.^ saya setuju dengan ungkapan itu kalau mau dihargai orang lain ya harus menghargai orang lain juga... begitulah salah satu implementasinya.

Tapi entah muncul dari jaman depresi atau dari ajaran agama non sesat terbitlah ungkapan-ungkapan yang secara garis besarnya berbunyi: berhenti mendengarkan orang lain jadilah diri sendiri, enjoy your life (saya banget), masa depan ada di tangan Anda (tag line siapa nih), dll yang lebih menonjolkan self confidence dan menafikan penilaian orang lain. Hal ini mungkin timbul dikarenakan friksi yang terjadi dalam hubungan antar manusia sehingga kita meragukan kredibilitas cermin (orang lain) itu sendiri. Conspiracy Sista Community yang sering nonton sinetron di SC*V pasti tahu betul hal ini.. layaknya adegan aktris yang menolong seorang anak tetapi si ibu malah melotot dan berbicara dalam hati "..dasar perempuan jalang dia pasti berusaha merebut hati suamiku... akan ku balas nanti" jeng jeng.. hahahaaha.

Yup saya setuju cermin (orang lain) menunjukkan diri kita... saya juga setuju cermin (orang lain) bersifat subyektif, dipengaruhi oleh banyak faktor latar belakang dan motif... pendidikan, ekonomi, lingkungan, adat... sehingga pada akhirnya kita memilih cermin... ya kita akan memilih cermin yg paling bagus, baik dan menyenangkan diri kita. Jika itu yang terjadi akankah kita melihat diri kita sebenarnya dari cermin yang sudah kita pilih sendiri hasilnya? ..jelas tidak...karena manusia melihat apa yg ingin dia lihat dan hanya mendengar apa yang ingin ia dengar sampai akhirnya ketika kita bercermin maka kita akan melihat sosok orang lain (horroorrr!!!) .

Ada cermin yang selalu mengatakan sebenar-benarnya diri kita, ia dinamakan nurani. Kawan-kawan yang membaca pengetahuan religi modern mengatakan nurani adalah Tuhan yang berada dalam diri kita, nyangkut dalam DNA.. entahlah. Setahu saya kalau ingin melihat diri sendiri sebenar-benarnya dan memperbaiki kesalahan... lihatlah cermin yang satu itu. Dia berada dekat sekali, tidak sampai sejengkal dari benda berdegup penanda hidup matinya manusia. Suara dan gambarnya selalu ada tetapi karena pahit yang ditampilkan, tak mau kita melihatnya. Ia tidak bisa goyah... percayalah sehebat apapun kita berdebat ia tidak berubah...sejauh apapun kita berpaling ia tidak akan pergi...setebal dan semahal apapun pakaian yang kita kenakan...ia selalu dapat melihat ke dalam diri kita yang telanjang... pyuhh nurani memang menyebalkan... hahahahha.

Jadi percayalah kepada cermin nurani karena... walaupun kita sudah menghabiskan waktu berjam-jam berdandan di depan cermin dan percaya kepadanya... berjalan keluar lalu mendengarkan cermin (orang lain) yang berkata "..mas resletingnya lom dinaikin" dan percaya kepadanya jugaaa... bisa saja yang terjadi kemudian adalah... komeng muncul dari balik pohon dan berteriak SPONTAN UHHUUUYYY!!!

hahahahha jadul bgt ^^,

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun