Mohon tunggu...
jingga kinarya
jingga kinarya Mohon Tunggu... sales support

hi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dampak Boikot Produk Israel : Solidaritas atau Pedang Bermata Dua?

4 Juni 2025   14:51 Diperbarui: 4 Juni 2025   14:51 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Serangan yang terjadi di tahun 2023 oleh Gaza terhadap Israel menimbulkan kritik dari komunitas Muslim. Beragam tindakan dan reaksi muncul dari negara-negara Islam terkait Israel. Pada bulan November 2023, sekelompok negara Muslim berkumpul di Badan Kongres Islam (OKI) di Riyadh, dengan tujuan mengutuk tindakan Israel serta mendorong negara-negara anggota OKI untuk melakukan penyelidikan terhadap dugaan kejahatan perang. Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut serta dalam konferensi OKI tersebut. Di kancah internasional, terdapat gerakan massa yang menunjukkan penolakan terhadap Israel. Salah satunya adalah gerakan boikot, penarikan investasi, dan sanksi atau yang dikenal dengan gerakan BDS. Gerakan ini bertujuan untuk menggalang boikot serta sanksi sosial terhadap merek, industri, atau bisnis yang mendukung kolonialisme Israel dalam konteks Palestina (Wibowo et al. , 2024). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, boikot merupakan sebuah tindakan yang bertujuan untuk menghentikan kerjasama dalam bidang perdagangan dan sejenisnya. Intinya, boikot adalah langkah eksklusif dan disengaja, yang dilakukan di bidang pekerjaan, bisnis, serta isu politik dan sosial sebagai protes terhadap mereka yang tidak memenuhi syarat tertentu. Boikot terhadap produk Israel merupakan penentangan dari masyarakat Muslim dan komunitas kemanusiaan, yang berusaha menekan Israel melalui aspek ekonomi, sosial, budaya, dan politik (Laila et al. , 2024). Saat ini, konflik ini menjadi lebih rumit seiring dengan meningkatnya kesadaran publik mengenai isu ini dan adanya internet yang memungkinkan informasi menyebar dengan cepat, meskipun terkadang informasi tersebut bisa diputarbalikkan oleh media. Dinamika kompleks ini menjadi perhatian ketika banyak perusahaan yang menyediakan barang dan layanan menunjukkan dukungan kepada salah satu pihak, seperti Israel. Perusahaan seperti HP, AXA, Puma, dan McDonald's ikut terlibat dengan memberikan dukungan kepada Israel, yang membuat para pendukung Palestina dan hak asasi manusia marah dan melakukan aksi boikot, didorong oleh organisasi non-pemerintah bernama BDS (Boycott, Divestment, and Sanctions). Tujuan pemboikotan terhadap perusahaan-perusahaan yang mendukung gerakan zionisme dan tindakan genosida Israel adalah untuk mendorong perubahan dalam kebijakan dan memberikan tekanan ekonomi kepada perusahaan tersebut agar menghambat operasi mereka secara berkelanjutan (Febrian Dhani Prasetyo1, Irvando Surya Pradana2 dan Althaf4, 2016).

1. Apakah boikot terhadap produk Israel berpengaruh pada perusahaan lokal dan yang berkaitan dengan Israel?

2. Apa fenomena yang memicu munculnya gerakan boikot?

Menurut Griffin (2013) dalam karyanya "Management 11th Edition", sebuah organisasi selalu terikat dengan lingkungan internal dan eksternal yang berpotensi mempengaruhi keseluruhan atau sebagian dari organisasi itu sendiri. Griffin menyatakan bahwa lingkungan organisasi bisa dibagi menjadi dua kategori, yakni lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan eksternal ini dapat lebih jauh dibagi lagi menjadi lingkungan tugas (assignment environment) yang berdampak langsung dan lingkungan umum (common environment) yang berdampak tidak langsung. Dalam menjalankan bisnis, manajemen lingkungan yang tepat sangat diperlukan agar operasional dapat berlangsung dengan efisien dan efektif serta menghindari risiko yang merugikan. Respons perusahaan terhadap lingkungannya akan menghasilkan konsekuensi tertentu. Penting untuk dicatat bahwa setiap organisasi bisnis memiliki berbagai dimensi atau elemen lingkungan yang mungkin berubah sewaktu-waktu karena ketidakstabilan.

Strategi pemboikotan terhadap suatu entitas telah terjadi beberapa kali dalam sejarah, biasanya bertujuan untuk mengekspresikan ketidaksetujuan atau bisa jadi ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan yang diambil, dengan harapan agar kebijakan tersebut menjadi lebih diterima oleh semua pihak yang terlibat. Untuk memberi tambahan konteks mengenai aksi boikot yang dilakukan masyarakat terhadap perusahaan yang mendukung zionisme terkait Israel, penting untuk menunjukkan bahwa beberapa aksi pemboikotan di masa lalu telah berhasil menciptakan dampak yang diinginkan. Pada 5 Desember 1955, dimulailah aksi boikot terhadap segregasi dalam transportasi umum di Amerika, khususnya di Montgomery, Alabama. Rosa Parks, seorang wanita keturunan Afrika-Amerika, ditangkap dan dijatuhi hukuman karena menolak memberikan tempat duduknya kepada seorang pria kulit putih di kendaraan umum tersebut. Pada masa itu, sistem transportasi menerapkan segregasi duduk, di mana orang kulit putih berada di bagian depan, sedangkan orang Afrika-Amerika harus duduk di bagian belakang. Diwajibkan bagi semua orang kulit hitam untuk menyerahkan kursi mereka kepada kulit putih jika diminta, dan penolakan Rosa Parks terhadap permintaan tersebut menimbulkan kemarahan di kalangan orang kulit putih, yang pada gilirannya memicu boikot berlangsung selama satu tahun hingga Mahkamah Agung AS memutuskan bahwa Montgomery harus mengintegrasikan transportasi umumnya, menghilangkan segregasi di seluruh Amerika. Dalam peristiwa ini, boikot yang dipimpin oleh Martin Luther King Jr. sebagai salah satu tokoh utama berhasil memberikan hasil yang positif bagi semua pihak, sesuai dengan tujuan awal pelaksanaan boikot. Sekarang, bagaimana dengan aksi boikot terhadap perusahaan yang mendukung gerakan zionisme Israel yang dilakukan oleh banyak orang saat ini? Aksi yang diprakarsai oleh BDS bertujuan untuk mengajak masyarakat di seluruh dunia untuk melakukan pemboikotan, divestasi, dan memberikan sanksi ekonomi kepada Israel serta kepada perusahaan yang mendukungnya. Tujuannya adalah memberikan tekanan pada Israel agar mengubah kebijakan, yakni meninggalkan Palestina dan daerah yang terjajah, menghapus dinding pemisah antara negara, dan menghentikan seluruh aktivitas zionisme. Sepanjang sejarahnya, BDS telah mendukung upaya penghentian gerakan Israel dan mengembalikan hak Palestina atas tanah mereka, serta menghentikan penyiksaan atau tindakan genosida yang dilakukan oleh Israel.

Banyaknya masalah terkait penipuan pada perusahaan yang berhubungan dengan Israel membuat para pendukung pejuang Palestina perlu mengenali perusahaan mana yang harus diboikot dan mana yang tidak. Mengapa hal ini penting? Tindakan boikot atau budaya pembatalan bisa membawa risiko tersendiri; boikot bisa diibaratkan sebagai "pedang bermata dua," yang berarti ada peluang (keuntungan) di samping ancaman (bahaya) yang mungkin dialami oleh pelaksana tindakan tersebut. Di sisi lain, terdapat banyak perusahaan yang menyebarkan isu penipuan seputar pemboikotan sebuah perusahaan demi kepentingan mereka sendiri, karena rumor tentang keterkaitan perusahaan dengan Israel dapat berpotensi merugikan perusahaan tersebut serta meningkatkan tingkat pengurangan tenaga kerja. Bayangkan jika perusahaan yang dituduh tidak terkait dengan Israel ternyata harus menanggung kerugian yang berdampak pada masyarakat yang bergantung padanya, apalagi jika masyarakat tersebut adalah orang-orang lokal kita. Apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencegah hal ini? Pertimbangan yang bijak dan etis dalam memilih perusahaan yang seharusnya dilarang untuk berhubungan dengan Israel adalah langkah penting agar tindakan ini tidak disalahgunakan atau tidak menimbulkan isu palsu.

Tindakan boikot selama ini telah berkontribusi dalam menghentikan langkah Israel dan mengembalikan hak bagi Palestina atas tanah mereka. Aksi boikot ini bukan hanya sekadar tindakan ekonomi, melainkan juga merupakan wujud perjuangan dan solidaritas. Namun, perjuangan ini tidak lepas dari risiko yang mengancam semua pihak yang terlibat, bahkan yang tidak ada hubungannya sekalipun. Banyak perusahaan lokal di Indonesia yang sejatinya tidak memiliki koneksi apapun dengan Israel justru mendapat kecaman masyarakat karena dugaan keterkaitannya dengan pihak tersebut, yang secara otomatis memaksa mereka untuk menghadapi ancaman serius dari gerakan boikot serta dampak opini publik yang bisa membahayakan kelangsungan usaha mereka. Situasi saat ini sangat rentan terhadap kesalahpahaman, terutama dengan arus informasi yang semakin terbuka. Sering kali masyarakat melakukan dukungan bagi Palestina dengan cara yang justru merugikan perusahaan lokal yang sedang berkembang di negara kita. Dampak dari aksi pemboikotan ini bisa menjadi langkah yang tepat bagi perusahaan yang berseberangan dengan tujuan Palestina, namun akan berdampak negatif pada perekonomian Indonesia, termasuk bagi semua sektor usaha dari yang kecil hingga besar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun