Pandemi Covid-19 masih belum hilang. Sensus penduduk 2020 sudah selesai dan hasilnya sudah diumumkan. Indonesia baru bisa mengatur dirinya sendiri selama 75 tahun terakhir; 350 tahun sebelumnya Belanda dan Jepang yang menjajah.
Tahun 2015 konsultan internasional terkemuka, Price Waterhouse Cooper membuat laporan yang didasarkan pada kenyataan selama ini bahwa tahun 2045 saat Indonesia merayakan kemededekaannya yang ke-100, perekonomian Indonesia menjadi nomor 4 di dunia setelah RRC, India dan AS.
Tapi mungkinkah itu bisa terwujud sebelum tahun 2045? Atau mungkinkah itu gagal tercapai? Dua-duanya mungkin. Namun harapan kita tentunya agar yang pertama yang terjadi, yakni kemajuan perekonomian Indonesia itu dapat diwujudkan lebih cepat.
Bagaimana caranya? Sesuai sensus penduduk 2020, seluruh penduduk yang berjumlah 272 juta jiwa itu harus berlomba-lomba melakukan yang terbaik bagi negeri. Di bidang usaha harus ada keberpihakan pada kegiatan perekonomian. Ekspor Indonesia saat ini hanya sekitar AS$ 167 miliar. Itu harus bisa ditingkatkan minimal menjadi AS$ 500 miliar setiap tahunnya.
Kalau RRC dengan penduduk 1,4 miliar jiwa bisa menaikkan ekspornya secara dashyat sehingga menjadi eksportir terbesar dunia (sekarang sekitar AS$ 2.600 miliar) sejak tahun 2005, maka Indonesia harus bisa belajar dari ke berhasilan negeri tersebut. Sayangnya kelihatannya hanya Presiden Jokowi yang sungguh-sungguh peduli dengan upaya peningkatan ekspor ini.
Aparat di bawahnya belum segiat Presiden Jokowi itu. Ibarat pertandingan sepakbola, hanya dengan kemenangan besarlah agar keinginan meningkatkan ekspor itu bisa tercapai. Sementara yang lain sudah senang asal menang, tanpa selisih gol yang besar. Ya tetap saja tidak lolos karena ada tim yang lebih baik selisih golnya.
Tentu saja bukan hanya di bidang ekspor. Peningkatan turis dan investasi yang sudah sangat gencar digalakkan sebelum pandemi COVID-19, harus bisa mendukung peningkatan ekspor tadi.
Ini hanya bisa terwujud jika seluruh warga negara Indonesia mau bersama-sama mewujudkannya. Apalagi Jika diberikan kesempatan kepada warga yang berusia 30 tahun ke bawah (sekitar 60% penduduk Indonesia), maka hal itu akan lebih mudah terwujud.