Mohon tunggu...
Jimmy Haryanto
Jimmy Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Pecinta Kompasiana. Berupaya menjadi pembelajar yang baik, karena sering sedih mengingat orang tua dulu dibohongi dan ditindas bangsa lain, bukan setahun, bukan sepuluh tahun...ah entah berapa lama...sungguh lama dan menyakitkan….namun sering merasa malu karena belum bisa berbuat yang berarti untuk bangsa dan negara. Walau negara sedang dilanda wabah korupsi, masih senang sebagai warga. Cita-cita: agar Indonesia bisa kuat dan bebas korupsi; seluruh rakyatnya sejahtera, cerdas, sehat, serta bebas dari kemiskinan dan kekerasan. Prinsip tentang kekayaan: bukan berapa banyak yang kita miliki, tapi berapa banyak yang sudah kita berikan kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengalaman Naik Daring Pagi Ini

4 Mei 2018   08:13 Diperbarui: 4 Mei 2018   09:03 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Selamat pagi" demikian tutur sapa yang sopan dari pengemudi kendaraan dalam jaringan (daring atau on line).

"Selamat pagi" aku membalasnya dengan ramah karena memang sudah sejak lami kami sekeluarga untuk tidak membeli mobil walaupun setiap saat kita mampu membeli secara tunai demi mengurangi kemacetan di jalan. Sekalipun banyak yang menyatakan kami rugi, namun kami mengangggapnya sebagai sumbangan untuk negeri tercinta.

Sang pengemudi yang dulu bekerja di pelabuhan menyampaikan saran agar iklan tentang budaya antri perlu diperbanyak. Katanya waktu dia di sekolah menengah pernah melihat banyak iklan tentang perlunya antri. 

Dia berceritera beberapa hari lalu bahwa seorang ibu muda protes keras kepada seorang "pemuda millennial" yang menyalip di dalam antrian. Ibu itu katanya mengatakan "kamu tidak bisa lihat orang sebesar ini, atau kamu tidak pernah bersekolah?"

Lalu saya bertanya dan ingin tahu apa kira-kira reaksi anak muda yang barangkali tidak mewakili seluruh pemuda Indonesia. Oh pemuda itu menimpali dengan mengatakan "Biasa aja bu" tanpa rasa bersalah.

Lalu saya ceriterakan iklan televisi di AS yang menggambarkan puluhan anak kecil yang sedang antri ke toilet. Ternyata ada seorang anak di urutan belakang sekitar ke-15 yang mau "pipis" tapi karena sedang antri dia nampak ingin mendahului. Tapi karena harus antri, maka dia pipis di lantai dan celananya basah. Gurunya datang dan dengan ramah mengatakan "Tidak apa-apa, tapi kamu sudah menghargai orang lain. Mari kita bersihkan bersama." 

Hampir tiba di tempat tujuan, sang pengemudi mengatakan revolusi mental Pak Jokowi itu perlu Pak karena masyarakat kita sudah kebablasan. Dulu waktu belajar di sekolah ada pertanyaan apa itu fakta, dan jawabannya salah satunya berita. 

Sekarang ini masyarakat kita sudah kebablasan, beritapun ada hoaks dan tidak bisa dipercaya. "Tolong Pak ya sampaikan kepada yang berwenang" katanya menutup pembicaraan dan saya berterima kasih atas saran baiknya.

Oh ya, saya lupa belum mengisi komentar saya di telepon genggam tentang pelayanan daring yang baik ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun