Mungkin kita pernah mendengar kata-kata manis tentang Indonesia. Misalnya Indonesia itu sangat indah dan kaya alamnya. Tentu saja kita senang mendengarnya. Tapi mengapa mereka mengatakan itu dan bagaimana pula seharusnya kita menanggapinya?
Barang kali sudah sering kita mendengar bahwa lembaga profesional besar di dunia "PricewaterhouseCoopers" (PwC) yang bergerak di bidang jasa profesional, tahun 2017 membuat perkiraan tentang 32 kekuatan ekonomi dunia tahun 2030 dan 2050.
Dalam laporan berjudul "The long view: how will the global economic order change by 2050?" yang kira-kira dalam Bahasa Indonesia "Pandangan ke depan: bagaimana orde kekuatan ekonomi global berubah menjelang 2050" itu dijelaskan kekuatan ekonomi 32 negara di dunia, termasuk Indonesia.
Disebutkan bahwa tahun 2030 (tinggal 12 tahun lagi dari sekarang), Indonesia akan berada di urutan kelima dunia dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) - cara mengukur kekuatan ekonomi suatu negara) sebesar ASD 5.424 triliun (saat ini tahun 2018 baru sekitar ASD 1.000 triliun).
Itu berarti Indonesia masih di bawah Jepang yang berapa di urutan ke-4 dengan ASD5.606 triliun, India di urutan ke-3 dengan ASD19.511 triliun, AS di urutan kedua dengan ASD23.475 triliun dan RR China di urutan teratas dengan ASD38.008 triliun.
Bahkan di tahun 2050 (tinggal 32 tahun lagi dari tahun 2018) Indonesia akan meningkat lagi ke urutan ke empat dengan PDB ASD10.502 triliun setelah AS di urutan ke-3 dengan ASD34.102 triliun, India di urutan kedua dengan ASD44.128 triliun dan RR China tetap di urutan pertama dengan ASD58.499 triliun.Â
Saat itu Jepang sudah berada di bawah Indonesia; tepatnya di urutan ke-8 dengan ASD6.779 triliun.
Tentu saja sebagai orang Indonesia kita senang mengetahui itu. Tapi itu hanya perkiraan orang luar.Â
Bisa saja orang Indonesia terbuai dan dininabobokan sehingga prakiraan itu  tidak terwujud seperti dulu di zaman Orde Baru di mana Indonesia sering diramalkan akan menjadi harimau Asia, tapi nyatanya tahun 1997 Indonesia menghadapi krisis ekonomi yang memaksa Presiden Soeharto "lengser keprabon" atau turun tahta. Â
Apa yang harus dilakukan Indonesia agar ramalan PwC itu terwujud? Indonesia harus transparan atau bebas dari praktik korupsi; dan perilaku kepala daerah dan politisi yang masih sering ditangkaptangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak boleh lagi terjadi.
Yang kedua orang Indonesia harus belajar dan bekerja keras, ulet dan kreatif agar bisa menghasilkan produk bermutu untuk membangun Indonesia.Â