Empat belas partai politik peserta pemilihan umum (pemilu) 2019Â sudah ditetapkan dan agar kita memahami negeri kita saat ini, berikut ini kita coba tampilkan informasi faktual berikut ini.
Kita sudah tahu bahwa negara kita merdeka tanggal 17 Agustus 1945 (karena dijajah Belanda 346 tahun dan Jepang 3,5 tahun).
Kita juga sering dengar Indonesia memiliki sekitar 17.500 pulau (walaupun data resmi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) 13.466 pulau yakni yang sudah terdaftar dan memiliki nama-dan Indonesia masih negara dengan pulau terbanyak di dunia).
Indonesia kini mempunyai 261 juta penduduk (nomor 4 dunia) dan kekuatan ekonomi Rp 12.406 triliun (nomor 16 di dunia sehingga masuk G-20 atau kumpulan negara dengan ekonomi terbesar di dunia).
Rata-rata pendapatan penduduk Indonesia dari Merauke hingga Aceh sekitar 400 ribu rupiah setiap bulannya. Pada umumnya masyarakat Indonesia saat ini hidup dari sektor industri, jasa dan pertanian.
Perekonomian Indonesia terutama didukung oleh ekspor komoditi berupa minyak mentah dan gas alam, minyak sawit, tekstil, pakaian, sepatu, pertambangan, semen, pupuk kimia, kayu lapis, karet, makanan, pariwisata  yang totalnya mencapai Rp. 1.878 triliun (2016).Â
Tujuan ekspor Indonesia yakni ke Amerika Serikat Rp 204 triliun, ke Tiongkok Rp 196 triliun, ke Jepang Rp 172 triliun, ke ASEAN Rp 374 triliun, dan ke Uni Eropa Rp 187 triliun. Pemerintah dan masyarakat Indonesia harus berupaya meningkatkan ekspornya ke negara lain namun tidak boleh dengan merusak lingkungan atau kehidupan masyarakat.
Namun demikian, Indonesia harus membeli produk yang merupakan kebutuhan masyarakat dari negara lain senilai Rp 1.764 triliun berupa mesin dan peralatan, bahan kimia, bahan bakar, dan bahan makanan.Â
Produk itu dibeli Indonesia dari Tiongkok sekitar Rp 391 triliun, dari Jepang sekitar Rp169 triliun, dari Thailand Rp. 117 triliun, dari negara-negara anggota ASEAN Rp 326 triliun, dan dari Uni Eropa Rp. 139 triliun. Pemerintah dan masyarakat Indonesia harus berupaya membuat produk yang dibutuhkan masyarakat sehingga dapat mengurangi impor dari negara lain sehingga anggaran yang ada dapat digunakan untuk membangun kebutuhan masyarakat.
Ekonom Italia Corrado Gini memperkenalkan koefisien Gini yang menjelaskan tentang pemerataan ekonomi di suatu negara; kalau benar-benar merata angkanya 0 sedangkan kalau tidak ada pemerataan sama sekali atau hanya dikuasai satu orang angka gininya 1.
 Tahun 2015 koefisien gini (gini ratio) Indonesia: 0,408, sementara Malaysia 0,4626, India 0,35, Thailand 0,37, Filipina 0,43.  Artinya pemerataan pembangunan di Indonesia belum begitu baik, namun kurang lebih terjadi juga di negara lain. Pemerintah tentu harus berupaya agar koefision Gini ini makin turun atau agar pembangunan itu semakin dirasakan oleh seluruh masyarakat.