Mohon tunggu...
jihan nabila
jihan nabila Mohon Tunggu... mahasiswa di universitas adzkia

saya hobi menonton menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Menulis Karya Ilmiah Bagi Guru Bahasa Indonesia

28 September 2025   16:17 Diperbarui: 28 September 2025   16:17 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pentingnya Menulis Karya Iimiah Bagi Guru Bahasa Indonesia

Oleh: Jihan Nabila

Pendahuluan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era modern saat ini memberikan pengaruh besar bagi dunia pendidikan. Proses belajar-mengajar yang dahulu cenderung konvensional kini bertransformasi menjadi lebih kreatif, inovatif, dan berbasis teknologi. Situasi ini menuntut guru untuk cepat beradaptasi, baik dalam metode pembelajaran maupun dalam kemampuan menulis karya akademik. Kualitas pendidikan tidak lagi cukup diukur dari sarana prasarana, melainkan juga dari mutu sumber daya manusia, terutama guru sebagai ujung tombak pembelajaran.

Salah satu keterampilan penting yang seyogianya dimiliki guru adalah menulis karya ilmiah. Bagi guru Bahasa Indonesia, keterampilan ini mempunyai posisi strategis. Menulis tidak hanya terkait dengan kewajiban administratif, tetapi juga menjadi sarana mengasah profesionalisme sekaligus meningkatkan mutu pembelajaran. Bentuk karya ilmiah pun beragam, mulai dari penelitian tindakan kelas (PTK), makalah, artikel ilmiah populer, hingga publikasi pada jurnal akademik (Asy'ari, 2019).

Selain itu, guru Bahasa Indonesia memiliki peran khusus dalam menumbuhkan budaya literasi di sekolah. Kebiasaan menulis karya ilmiah dapat dijadikan teladan bagi siswa agar terbiasa berpikir logis, sistematis, dan kritis. Hal ini sejalan dengan kebijakan pendidikan nasional yang menempatkan literasi baca-tulis sebagai salah satu kompetensi utama untuk menghadapi persaingan global (Susanto, 2020). Dengan kata lain, aktivitas menulis bagi guru bukan sekadar tugas tambahan, melainkan wujud tanggung jawab untuk membentuk generasi yang literat.

Lebih jauh, menulis karya ilmiah juga berkaitan erat dengan jenjang karier guru. Berdasarkan Permendiknas No. 35 Tahun 2010, publikasi ilmiah menjadi salah satu syarat dalam kenaikan pangkat jabatan fungsional. Dengan demikian, keterampilan menulis bukan sekadar pelengkap, melainkan kebutuhan yang wajib dipenuhi.

Menulis juga dapat berfungsi sebagai sarana refleksi diri. Melalui PTK, guru dapat meninjau kembali strategi, metode, atau media pembelajaran yang digunakan, lalu menjadikannya dasar untuk memperbaiki kualitas pengajaran sekaligus berkontribusi pada pengembangan ilmu pendidikan (Wahyudi, 2018).

Sayangnya, masih banyak guru yang menghadapi kendala dalam menulis karya ilmiah. Padatnya beban mengajar, keterbatasan pemahaman metodologi, serta akses referensi yang kurang memadai menjadi hambatan utama. Akibatnya, tidak sedikit guru yang memandang penulisan ilmiah sebatas kewajiban administratif semata. Jika kondisi ini terus dibiarkan, maka peluang guru untuk berkembang secara profesional juga akan semakin terhambat.

 mengatasi hambatan tersebut, perlu adanya dukungan yang berkelanjutan. Bentuk dukungan ini bisa berupa pelatihan, pendampingan, maupun pembentukan komunitas menulis. Kegiatan seperti workshop, bimbingan publikasi, dan forum MGMP Bahasa Indonesia terbukti efektif untuk membantu guru mengembangkan kemampuan menulis sekaligus memperluas jejaring profesional. Selain itu, lingkungan sekolah dan rekan sejawat juga perlu memberikan dukungan moral agar guru lebih termotivasi untuk terus menulis.

Berdasarkan latar belakang itu, tulisan ini berupaya menguraikan pentingnya menulis karya ilmiah bagi guru Bahasa Indonesia, manfaat yang bisa diperoleh, tantangan yang dihadapi, serta bentuk penerapannya dalam pembelajaran.

Materi

Guru yang profesional adalah guru yang melaksanakan tugas dengan standar kompetensi tinggi. Ia tidak hanya dituntut menguasai aspek kognitif (cipta), tetapi juga afektif (rasa), psikomotorik (karsa), dan kepribadian yang menunjukkan integritas (Syah, 2011). Guru yang memiliki keempat dimensi ini akan mampu memberikan keteladanan nyata dalam proses pembelajaran.

Ada banyak alasan mengapa keterampilan menulis karya ilmiah penting dikuasai. Guru dipandang sebagai agen perubahan, teladan bagi siswa, sekaligus mitra dalam mengembangkan kemampuan menulis. Lebih jauh, guru juga berperan sebagai peneliti melalui kegiatan PTK. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kemampuan penelitian guru dapat meningkat dengan adanya pelatihan PTK, baik di sekolah maupun dalam forum akademik (Rumidjan et al., 2017; Supriyanto, 2017). Fakta ini membuktikan bahwa menulis dan meneliti merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan dari profesi guru.

Kegiatan menulis karya ilmiah memberikan beragam manfaat. Di antaranya adalah meningkatkan keterampilan menulis, menajamkan daya analisis, memperluas wawasan, sekaligus memperkaya pengalaman akademik. Hal ini karena proses menulis selalu melibatkan pencarian literatur dan sumber bacaan yang mendalam (Rintaningrum, 2019). Selain itu, karya ilmiah juga berperan dalam penilaian angka kredit untuk kenaikan jabatan fungsional. Sebagai contoh, makalah yang dipresentasikan dalam seminar bernilai 0,2 poin, sedangkan artikel yang diterbitkan pada jurnal nasional terakreditasi dapat bernilai hingga 3 poin (Kebudayaan, 2016).

Lebih dari sekadar administratif, menulis karya ilmiah juga membuka kesempatan lain. Guru bisa memperluas pemahaman tentang isu pendidikan terkini, menambah penghasilan melalui publikasi di media massa, serta menghasilkan inovasi dalam kurikulum atau media pembelajaran. Kegiatan menulis juga merupakan bagian dari pengembangan profesi yang mencakup penciptaan karya seni, penemuan teknologi tepat guna, hingga pengembangan perangkat pembelajaran (Soesatyo et al., 2013; Taufiq & Wiyanto, 2019). Dengan demikian, aktivitas menulis sejatinya adalah investasi intelektual bagi guru itu sendiri.

Tidak hanya itu, karya ilmiah juga kerap menjadi salah satu syarat dalam ajang profesional, misalnya pemilihan guru berprestasi di tingkat daerah maupun nasional. Guru yang aktif menulis dan mempublikasikan karyanya, terutama pada jurnal bereputasi nasional maupun internasional, biasanya dinilai lebih kompeten dan unggul (Purnomo, 2024; Fadlia et al., 2022). Guru yang memiliki portofolio publikasi juga cenderung lebih dihargai dalam komunitas akademik.

Tantangan dan Solusi

Guru diharuskan menguasai empat kompetensi utama, yaitu sosial, kepribadian, pedagogik, dan profesional (Anugraheni, 2021). Keprofesionalan guru sangat berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan.

Salah satu bentuk kompetensi profesional adalah kemampuan merefleksikan praktik pembelajaran dalam bentuk tulisan ilmiah. Kegiatan menulis bukan hanya sarana meningkatkan kualitas pengajaran, melainkan juga bagian dari pengembangan keprofesian berkelanjutan (Mawardi dkk, 2019). Dalam konteks ini, menulis menjadi media refleksi sekaligus evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan di kelas.

Publikasi ilmiah berperan penting bagi pengembangan karier guru. Melalui publikasi, guru didorong untuk memahami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, berkontribusi terhadap pengembangan strategi pembelajaran, serta melahirkan praktik baik dari literatur yang mereka pelajari. Hal ini sejalan dengan pendapat Fitrianawati & Kurniawan (2020) yang menyebut bahwa menyusun karya ilmiah, menciptakan teknologi tepat guna, dan membuat alat peraga pembelajaran adalah bentuk nyata peningkatan kompetensi profesional guru.

Keterampilan menulis pada dasarnya bukanlah kemampuan bawaan, melainkan keahlian yang perlu dilatih secara berkesinambungan (Aunurrahman, 2019). Hambatan yang kerap muncul antara lain minimnya budaya membaca, rendahnya motivasi akibat padatnya rutinitas mengajar, serta kurangnya pemahaman metodologi penelitian. Hasan (2021) menegaskan bahwa menulis adalah keterampilan terakhir yang biasanya dikuasai guru setelah menyimak, membaca, dan berbicara. Sementara itu, Gunawan (2018) menekankan bahwa menulis menuntut kemampuan menganalisis secara mendalam sebelum dituangkan dalam tulisan. Oleh karena itu, pelatihan yang terstruktur dan bimbingan berkelanjutan menjadi kunci agar hambatan tersebut dapat diatasi.

Opini atau Analisis

Dewasa ini, keterampilan menulis semakin banyak menjadi tanggung jawab guru. Mereka tidak hanya diwajibkan membuat RPP, silabus, program semester, dan program tahunan, tetapi juga karya ilmiah. Dari sekian banyak tugas tersebut, karya ilmiah memiliki peran yang sangat penting karena beberapa alasan berikut:

Karya ilmiah memadukan penguasaan materi dengan keterampilan menulis kalimat efektif.

Menulis melatih guru menuangkan gagasan dalam jumlah besar, sehingga lebih mudah menemukan dan memperbaiki kesalahan bahasa.

Karya ilmiah merupakan syarat utama dalam kenaikan pangkat fungsional guru.

Penulisan karya ilmiah dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat menjadi teladan positif bagi siswa dalam berbahasa.

Selain empat poin di atas, menulis juga memberi nilai tambah berupa pengakuan akademik dan rasa percaya diri. Guru yang terbiasa menulis akan lebih siap menghadapi berbagai forum ilmiah, baik seminar maupun konferensi.

 

 

 

 

 

Kesimpulan

Kemampuan menulis karya ilmiah adalah salah satu kompetensi esensial yang harus dimiliki guru, khususnya guru Bahasa Indonesia. Aktivitas ini tidak hanya sekadar memenuhi syarat administratif, melainkan juga strategi untuk meningkatkan profesionalisme, memperbaiki mutu pembelajaran, dan memberi kontribusi nyata bagi perkembangan ilmu pendidikan.

Dengan membiasakan diri menulis, guru dapat mengasah kemampuan berpikir kritis, logis, dan runtut. Lebih dari itu, kegiatan menulis juga berdampak positif pada karier, baik dalam sertifikasi, ajang pemilihan guru berprestasi, maupun publikasi akademik.

Meskipun masih ada kendala, seperti keterbatasan waktu, kurangnya pemahaman metodologi, dan lemahnya motivasi, solusi tetap dapat dicapai melalui pelatihan, pendampingan, dan komunitas menulis. Oleh karena itu, menulis karya ilmiah seharusnya dipahami bukan sebagai beban administratif, tetapi sebagai kebutuhan profesional untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan mempersiapkan generasi literat yang mampu bersaing di era global. Dengan demikian, guru Bahasa Indonesia dituntut bukan hanya mampu mengajar, tetapi juga menghasilkan karya tulis ilmiah yang bermanfaat bagi dirinya, siswa, dan dunia pendidikan secara luas.












 DAFTAR PUSTAKA

Asy'ari, H. (2019). Meningkatkan Profesionalisme Guru Melalui Penulisan Karya Ilmiah. Jurnal Pendidikan, 20(1), 55--64.

Susanto, A. (2020). Tantangan Guru dalam Menulis Karya Ilmiah dan Solusinya. Jurnal Ilmiah Pendidikan, 8(3).

Wahyudi, A. (2018). Penelitian Tindakan Kelas sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Bahasa, 6(1).

Syah, M. (2011). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: RemajaRosdakarya.

11406-ID-pengembangan-profesionalisme-guru-melalui-penulisan-karya-tulis-ilmiah-bagi-guru.pdf

Rumidjan, Sumanto, Sukamti, & Sugiharti, S. (2017). Pelatihan Pembuatan Media Grafis Dan Media Papan Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Bagi Guru Sekolah Dasar. Abdimas Pedagogi, 1(1), 77 81. https://doi.org/10.17977/um050v1i1p%25p.

Rintaningrum, R. (2019). Mengapa Guru Tidak Menulis Karya Ilmiah: Perspektif Guru. Seminar Nasional 'Bahasa, Sastra, Dan Pendidikan Dalam Perspektif Masyarakat Ekonomi ASEAN, October 2018.

Soesatyo, Y., Subroto, W. T., Sakti, N. C., Edwar, M., & Trisnawati, N. (2013). Pelatihan Penulisan Proposal Peneliti Tindakan (PTK) bagi Guru Ekonomi Kabupaten Sidoarjo. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689--1699. https://doi.org/10.21009/JPMM.001.2.02

Taufiq, M., & Wiyanto, W. (2019). Upaya Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan MGMP IPA Kabupaten Batang melalui Pedampingan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Rekayasa, 16(2), 259 270. https://doi.org/10.15294/rekayasa.v16i2.17561

Anugraheni, Indri. (2021). Faktor-faktor Kesulitan Guru Sekolah Dasar dalam Penulisan Karya Ilmiah. JP2SD (Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Sekolah Dasar) Vol. 9, No. 1, April 2021, Hlm. 59 65 p-ISSN: 2338-1140, e-ISSN: 2527-3043 // http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jp2sd

Mawardi, (2019). Penerapan Pelatihan Partisipatif pada Kegiatan Penulisan dan Publikasi Karya Ilmiah Guru SD. Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 9 No. 2, Mei 2019: 132-137.

Fitrianawati dan Kurniawan. (2020). Peningkatan Kompetensi dan Produktifitas Guru Sekolah Dasar melalui Pelatihan Karya Ilmiah. Abdimas Dewantara. Volume 3, No. 1, Maret 2020. Hal 43-49. P-ISSN: 2615 4889 E-ISSN: 2615-8782

Aunurrahman. (2019). Persepsi Guru terhadap Pelatihan Karya Tulis Ilmiah di Kabupaten Sekadau. Edukasi: Jurnal Pendidikan, Vol. 17, No. 1, Juni 2019.ISSN 1829-8702 (Print).ISSN 2407-1803 (Online)

Hasan. (2021). Publikasi Ilmiah bagi Guru Sekolah: Antara Realita dan Harapan. Cross-border Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2021, page 154-164. p-ISSN: 2615-3165 e-ISSN: 2776-2815

Gunawan, dkk. (2018). Pendampingan Penulisan Artikel Ilmiah bagi para Guru Sekolah Menengah Pertama. ABDIMAS PEDAGOGI: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat, VOL 1 NO 2 APRIL 2108: 128-135





Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun