Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu masalah gizi yang menjadi perhatian utama saat ini adalah masih tingginya anak balita pendek (Stunting).
Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak lebih pendek atau perawakan pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir. Umumnya disebabkan asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
Gizi buruk dan stunting adalah persoalan yang penting karena berdampak pada pembentukan kualitas sumber daya  manusia. Tahun 2019, angka stunting di Kabupaten Kendal tercatat sebanyak 3.390 dan melonjak mencapai 4.324 anak di tahun 2020.
Retardasi pertumbuhan atau stunting pada anak-anak di Indonesia terjadi sebagai akibat dari kekurangan gizi kronis. Dengan itu, Kementerian Kesehatan memiliki Resolusi 2016 dimana salah satu aspek dalam resolusi tersebut adalah mengonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan setiap hari. Aspek tersebut sesuai dengan penerapan salah satu Pedoman Gizi Seimbang (PGS) guna meningkatkan status gizi masyarakat dan mengurangi masalah gizi yang ada. Masyarakat juga perlu mengonsumsi makanan yang beragam, karena tidak ada satu pun bahan makanan yang mengandung zat gizi lengkap selain ASI.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh mahasiswa Praktik Belajar Lapangan Prodi Kesehatan Masyarakat Universitas Pekalongan bimbingan Drs. Imam Purnomo, M.Kes., diketahui bahwa sebagian warga RT01/RW02 Desa Caruban hanya mengonsumsi sayuran yang ada dan biasa mereka makan turun temurun. Kebun gizi merupakan salah satu wujud penerapan gizi seimbang dalam kehidupan masyarakat. Sehingga dalam satu inovasi tersebut masyarakat dapat sekaligus menerapkan dua aspek dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS) yaitu mengonsumsi beranekaragam makanan dan mengonsumsi sayur dan buah setiap hari.
Berdasarkan uraiaan diatas, pada Hari Kamis (02 Desember 2021), diadakan sebuah kegiatan penanaman bibit sayuran dan buah-buahan dipekarangan rumah seorang warga yang bertujuan untuk mengurangi permasalahan stunting melalui pendekatan kecukupan gizi keluarga dengan memanfatkan lahan yang ada
Konsep kebun gizi kami adalah kebun yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh warga. artinya tanaman-tanaman yang dihasilkan di kebun gizi dapat diambil tanpa harus membayar. Hasil dari kebun gizi tersebut juga dapat dijual sehingga secara tidak langsung menambah pendapatan bagi keluarga yang ada di RT01/RW02.
Kebun gizi merupakan salah satu wujud penerapan gizi seimbang dalam kehidupan masyarakat. Sehingga dalam satu inovasi tersebut masyarakat dapat sekaligus menerapkan dua aspek dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS) yaitu mengonsumsi beranekaragam makanan dan mengonsumsi sayur dan buah setiap hari.
Kegiatan ini dihadiri oleh 2 orang warga yang juga merupakan perwakilan ibu balita yang ada di RT01/RW02. Selama proses kegiatan berlangsung warga antusias mengikuti arahan dan mendengar penjelasan. Pandemi Covid-19 yang melanda membuat warga semangat berkebun sehingga proses penanaman sayur dan buah terhitung cepat karena pengalaman sebelumnya.Â
Kedepannya masyarakat diharap mampu mandiri memenuhi kebutuhan gizi dan memberikan gizi seimbang bagi keluarganya. Dengan begitu pekarangan membawa manfaat, ekonomi kuat, keluarga sehat. Tidak ada balita yang kekurangan gizi.