Mohon tunggu...
Jihan Fitri Husniyah
Jihan Fitri Husniyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada

Saya suka menulis dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Akankah Ekowisata Berkelanjutan Tanpa Ekoturis?

6 Desember 2022   03:43 Diperbarui: 6 Desember 2022   13:49 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi

Semakin berkembangnya waktu, industri pariwisata berhasil melahirkan trend baru yang kini semakin inovatif. Namun, apabila perubahan trend pariwisata tidak dikendalikan dengan baik, ditakutkan nantinya akan menimbulkan berbagai permasalahan terutama terkait dengan lingkungan. Selain itu, perkembangan trend pariwisata yang semakin menarik minat wisatawan akan menciptakan kegaduhan apabila tidak ada pengelolaan yang baik dan terstruktur. Di sisi lain, perkembangan trend pariwisata juga menciptakan inovasi wisata yang positif seperti ekowisata. Mengingat pariwisata yang mengedepankan pelestarian lingkungan alam telah menjadi buah bibir selama beberapa tahun terakhir. Terlebih lagi, prinsip pengembangan ekowisata yang berbanding terbalik dengan konsep mass tourism. Hal tersebut berhasil menarik perhatian wisatawan karena dengan adanya ekowisata maka dampak lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas pariwisata akan terminimalisir. 

Definisi ekowisata pertama dikembangkan oleh Ceballos-Lascurain (1983) yang mana ekowisata didefinisikan sebagai konsep pariwisata yang berfokus pada pentingnya konservasi alam, lingkungan kognitif dan afektif, dan perilaku. Lahirnya konsep ekowisata dianggap sebagai solusi pariwisata yang berkelanjutan karena konsep ini dirancang untuk melestarikan lingkungan alam dan budaya dengan cara mengembangkan program konservasi dan edukasi serta pemberdayaan masyarakat lokal. Oleh karena itu, ekowisata tidak hanya menyuguhkan pemandangan alam sebagai daya tarik utama tetapi juga memikirkan upaya pelestariannya supaya berkelanjutan. Namun, mengelola destinasi ekowisata bukanlah hal yang mudah karena ada beberapa syarat supaya suatu destinasi ekowisata dikatakan berhasil.

Adanya pengembangan ekowisata menciptakan banyak keuntungan bagi pertumbuhan ekonomi terutama di negara-negara berkembang. Pengembangan ekowisata juga menciptakan banyak peluang untuk pertumbuhan, seperti menciptakan lapangan kerja baru, usaha bisnis baru untuk industri perhotelan dan jasa transportasi dan pemandu. Oleh karena itu, ekowisata dapat dikatakan sebagai alat yang efektif untuk mempertahankan mata pencaharian lokal, mendorong pemberdayaan lokal, dan kesempatan belajar bagi penduduk lokal dan wisatawan untuk melestarikan lingkungan alam (Grosbois & Fennel, 2021) karena selain mengedepankan wisata berbasis konservasi, ekowisata juga mengutamakan keterlibatan masyarakat lokal. Namun, di samping dampak positif yang ada, tidak menutup kemungkinan bahwa masih terdapat permasalahan terkait dengan tantangan pengembangan ekowisata di Indonesia yang ditakutkan akan menghambat keberlanjutannya yakni terkait dengan minat wisatawan akan program konservasi.

Ekoturis di Indonesia

Ekoturis atau ekowisatawan tidak bisa dikatakan sebagai wisatawan biasa karena tipe wisatawan seperti ini merupakan responsible tourist, mereka lebih memilih aktivitas berpetualang serta suka berkunjung ke destinasi alam seperti hutan belantara, kawasan lindung, dan destinasi yang berkonsep ekowisata lainnya. Berbanding terbalik dengan wisatawan pada umumnya yang lebih suka dengan aktivitas wisata di perkotaan yang hanya untuk bersenang-senang. Menurut Kerr dalam Wearing & Neil (1999: 119) mendefinisikan ekoturis sebagai orang yang membutuhkan kesempatan rekreasi ramah lingkungan.

Menurut data Badan Pusat Statistika (BPS) terkait dengan jumlah persentase perjalanan wisatawan menurut jenis kegiatan yang dilakukan pada tahun 2021, wisatawan Nusantara yang berkunjung ke destinasi ekowisata hanya mencapai 6.86%, angka tersebut terbilang kecil jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisatawan Nusantara ke jenis wisata lainnya. Bahkan, World Tourism Organization (WTO) memprediksi persentase kenaikan permintaan terhadap ekowisata hanya mencapai angka 10-15%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa wisatawan yang benar-benar minat dengan ekowisata masih sedikit.

Ekowisata merupakan salah satu jenis pariwisata yang dapat dikatakan mahal karena produk berkelanjutan memiliki nilai pasar yang tinggi. Hal tersebut yang membuat mengapa ekoturis di Indonesia masih minim. Apabila dilihat dari realitanya, masyarakat Indonesia lebih memilih destinasi-destinasi yang viral di media sosial, yang mana lebih mengarah ke destinasi mass tourism. Dapat dilihat dari beberapa trend yang pernah terjadi, bagaimana sebuah destinasi yang sedang booming dan menjadi perbincangan yang hangat di media sosial akan menerima kunjungan wisatawan secara membludak. Wisatawan umum lebih memilih aktivitas wisata yang family oriented atau lebih mengutamakan kebersamaan daripada aktivitas yang mengarah ke program konservasi. Dengan demikian, melihat dari motivasi berwisata masyarakat Indonesia yang lebih mengarah ke aktivitas untuk bersenang-senang berbanding terbalik dengan motivasi seorang ekoturis yang lebih mengedepankan kesadaran akan upaya pelestarian lingkungan. 

Mengetahui minat wisatawan dapat menjadi tolak ukur untuk melakukan pengembangan ekowisata di Indonesia, yang mana hal tersebut akan menjadi tantangan bagi pengembangan suatu destinasi. Pihak pengelola dapat menggeser segmentasi pasar dengan melihat trend yang sedang berlangsung tetapi tetap harus mempertahankan prinsip-prinsip ekowisata.

Ekowisata Tangkahan: The Hidden Paradise of North Sumatera

Sumber: www.indonesia.travel
Sumber: www.indonesia.travel

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun