Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang tergabung dalam program magang MBKM di bawah bimbingan LPTP Surakarta melakukan kajian lapangan mengenai penggunaan biogas sebagai energi terbarukan di Desa Banyurip, Kecamatan Jenar, Sragen. Kegiatan ini merupakan bagian dari penerapan mata kuliah Literasi Ekologi dan Lingkungan, yang mendorong mahasiswa terlibat langsung dalam upaya pelestarian alam dan pemanfaatan sumber daya lokal.
Analisis penggunaan biogas bertujuan untuk:
- Menilai efektivitas biogas sebagai energi alternatif pengganti LPG dan kayu bakar.
- Memahami dampak lingkungan dan manfaat ekonomi dari penggunaan limbah ternak (slurry) sebagai pupuk alami.
- Menggali pengalaman warga dalam pengelolaan dan perawatan sistem biogas.
- Memberikan gambaran nyata kepada mahasiswa tentang penerapan energi terbarukan dalam konteks lokal.
Biogas Banyurip: Hemat, Mandiri, dan Berkelanjutan.
Wawancara dilakukan terhadap tiga pengguna aktif biogas: Pak Sukarno, Bu Sarmo, dan Bu Yatno. Hasil temuan menunjukkan bahwa:
- Pak Sukarno telah menggunakan biogas selama lebih dari tiga tahun. Selain untuk memasak sehari-hari, ia memanfaatkan slurry sebagai pupuk. Ia bahkan menginisiasi Sekolah Lapang Biogas agar warga dapat belajar memproduksi biogas secara mandiri. Desa juga mengalokasikan dana pembangunan tambahan 5 unit biogas di beberapa dusun sebagai tindak lanjut keberhasilan program awal.
- Bu Sarmo mengakui efisiensi dan kenyamanan biogas dalam aktivitas rumah tangga. Meski saat ini belum digunakan karena endapan belum dikuras, sistem tetap berfungsi dengan baik. Biogas menjadi alternatif utama selain kayu bakar dan LPG.
- Bu Yatno mengungkapkan tantangan dalam perawatan, terutama saat tangki penuh endapan. Namun, ia tetap mengandalkan biogas untuk kebutuhan harian karena lebih hemat dan tidak perlu membeli bahan bakar tambahan.
Warga pengguna menyatakan bahwa biogas memberikan manfaat ganda: mengurangi limbah, menekan biaya energi, dan meningkatkan kemandirian energi desa.
Proses Produksi dan Pemanfaatan Biogas
Bahan baku utama berupa kotoran sapi dicampur air, diaduk hingga rumput terpisah, lalu dimasukkan ke dalam reaktor biogas. Proses fermentasi menghasilkan gas metana yang digunakan untuk memasak, sementara ampasnya digunakan sebagai pupuk organik.
Penggunaan satu adukan kotoran cukup untuk memasak seharian. Dibanding LPG yang habis dalam dua minggu, biogas jauh lebih ekonomis walaupun memerlukan tenaga dalam perawatannya.