Mohon tunggu...
jihan alia
jihan alia Mohon Tunggu... mahasiswa

saya suka belajar hal baru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mahasiswa UNS Analisis Pemanfaatan Biogas di Desa Banyurip: Solusi Energi Ramah Lingkungan dan Mandiri

19 Juni 2025   23:55 Diperbarui: 19 Juni 2025   23:55 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wawancara dengan Pak Sukarno

Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang tergabung dalam program magang MBKM di bawah bimbingan LPTP Surakarta melakukan kajian lapangan mengenai penggunaan biogas sebagai energi terbarukan di Desa Banyurip, Kecamatan Jenar, Sragen. Kegiatan ini merupakan bagian dari penerapan mata kuliah Literasi Ekologi dan Lingkungan, yang mendorong mahasiswa terlibat langsung dalam upaya pelestarian alam dan pemanfaatan sumber daya lokal.

Analisis penggunaan biogas bertujuan untuk:

  • Menilai efektivitas biogas sebagai energi alternatif pengganti LPG dan kayu bakar.
  • Memahami dampak lingkungan dan manfaat ekonomi dari penggunaan limbah ternak (slurry) sebagai pupuk alami.
  • Menggali pengalaman warga dalam pengelolaan dan perawatan sistem biogas.
  • Memberikan gambaran nyata kepada mahasiswa tentang penerapan energi terbarukan dalam konteks lokal.

Biogas Banyurip: Hemat, Mandiri, dan Berkelanjutan.

Wawancara dilakukan terhadap tiga pengguna aktif biogas: Pak Sukarno, Bu Sarmo, dan Bu Yatno. Hasil temuan menunjukkan bahwa:

  • Pak Sukarno telah menggunakan biogas selama lebih dari tiga tahun. Selain untuk memasak sehari-hari, ia memanfaatkan slurry sebagai pupuk. Ia bahkan menginisiasi Sekolah Lapang Biogas agar warga dapat belajar memproduksi biogas secara mandiri. Desa juga mengalokasikan dana pembangunan tambahan 5 unit biogas di beberapa dusun sebagai tindak lanjut keberhasilan program awal.

Wawancara dengan Bu Sarmo
Wawancara dengan Bu Sarmo
  • Bu Sarmo mengakui efisiensi dan kenyamanan biogas dalam aktivitas rumah tangga. Meski saat ini belum digunakan karena endapan belum dikuras, sistem tetap berfungsi dengan baik. Biogas menjadi alternatif utama selain kayu bakar dan LPG.

Wawancara dengan Bu Yatno
Wawancara dengan Bu Yatno
  • Bu Yatno mengungkapkan tantangan dalam perawatan, terutama saat tangki penuh endapan. Namun, ia tetap mengandalkan biogas untuk kebutuhan harian karena lebih hemat dan tidak perlu membeli bahan bakar tambahan.

Warga pengguna menyatakan bahwa biogas memberikan manfaat ganda: mengurangi limbah, menekan biaya energi, dan meningkatkan kemandirian energi desa.

Proses Produksi dan Pemanfaatan Biogas

Bahan baku utama berupa kotoran sapi dicampur air, diaduk hingga rumput terpisah, lalu dimasukkan ke dalam reaktor biogas. Proses fermentasi menghasilkan gas metana yang digunakan untuk memasak, sementara ampasnya digunakan sebagai pupuk organik.

Penggunaan satu adukan kotoran cukup untuk memasak seharian. Dibanding LPG yang habis dalam dua minggu, biogas jauh lebih ekonomis walaupun memerlukan tenaga dalam perawatannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun