Makna Hari Raya Iedul Adha Bagi Pecinta Alam - Seiring waktu berjalan tibalah pada Hari Besar Perayaan Iedul Kurban atau bisa disebut juga Hari Raya Haji ditahun ini. Setiap tahun hari raya ini selalu Kita temui dan selalu ramai. Berbagai makna dan penerapan ibadah kurban ataupun haji banyak dilakukan oleh berbagai macam umat Islam didunia, khususnya Di Indonesia tercinta ini.
Baca Juga : Doa Restu Ortu, Kunci Sukses Mendaki
Saya ingin berbagi sedikit kisah nyata yang ada dan sudah terjadi, alkisah ada seorang Bapak Tua yang miskin, Yang hanya Beliau punya hanyalah kambing betina. Untuk dijadikan hewan kurban pun tentu tidak boleh, karena hukumnya memang mengatakan harus yang jantan. Singkat cerita, Bapak Tua tersebut mendapatkan bantuan uang tunai beberatus ribu yang dimaksudkan untuk kehidupan sehari-hari Pak Tua, karena kondisi Beliau saat itu adalah orang yang tidak punya alias Fakir Miskin. Ternyata uang yang diberi tadi tidak untuk makan sehari-hari, Beliau malah membawa kambing betinanya kepasar bersama uang pemberian donatur.
Kambing tersebut oleh Beliau ditukar tambahkan dengan kambing jantan dipasar, setelah itu Beliau berikan kambing tersebut ke Masjid dekat rumah tempat tinggalNya. Sang Penjaga Masjidpun bertanya
"Lho Mbah, Njenengan Kok Kurban?".
"Iya Nak, Tahun haji ra iso budhal mung iso kurban iki". Jawab Pak Tua.
Â
Itulah sepenggal kisah tentang perjuangan kurban seorang yang Miskin, tetapi berbeda lagi dengan kisah seorang pecinta alam, pendaki, atau penjelajah alam. Kita yang mengaku mencintai alam hendaknya tahu bagaimana memaknai setiap jejak kaki Kita menyusuri alam yang indah ini khusus diciptakan Tuhan untuk manusia, agar manusia selalu bersyukur.
Baca Juga: Tips Bagi Pendaki Gendut
Sebelum Kita berangkatpun, Kita sudah banyak pengorbanan toh, baik Pengorbanan berupa waktu, harta, tenaga, keyakinan, kemauan, tekad, rela meninggalkan sanak keluarga sepeti Ibu, Ayah, Anak, dan Istri dan bahkan kita juga korban perasaan :). Makna Hari Raya Iedul Adha kali ini adalah rela berkorban intinya, berkorban apa? ya berkorban dengan membelanjakan harta kita untuk membeli hewan kurban yang dihadiahkan kepada Tuhan. Lalu bagaimana bagi pendaki/pecinta alam/penjelajah alam sendiri?, hendaknyalah berkorban dengan TIDAK MENGOTORI alam dengan sampah yang kita bawa dari tempat asal, intinya adalah dengan selalu mencintai alam ini sepenuh hati, tidak mengotori alam yang dulunya sangat bersih jauh dari sampah-sampah buatan. Karena sudah barang kita tau, alam adalah penyangga kehidupan, utamanya adalah gunung, gunung memiliki peran sebagai pasak bumi. Baca Juga: Gunung Sebagai Pasak Bumi