Mohon tunggu...
Jhon Sitorus
Jhon Sitorus Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pengamat Politik, Sepakbola, Kesehatan dan Ekonomi

Indonesia Maju

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Dilema Metro Mini di Ibu Kota

22 Desember 2015   10:12 Diperbarui: 22 Desember 2015   12:36 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Metro mini, ya, bus yang satu ini selalu menemani perjalanan banyak rakyat Jakarta setiap hari. Selain  ongkos yang murah terjangkau, Metro Mini merupakan angkutan yang mampu menjangkau lebih banyak daerah tujuan orang pada umumnya disbanding dengan Transjakarta. Jadi, meskipun bus Transjakarta aman, adem, dan nyamana, tetap saja banyak orang memilih bus berwarna orange hitam ini untuk mengantarkan dirinya ke tempat tujuannya.

Sekilas memang, armada bus di Ibu kota yang telah menjadi legenda karena Bus ini sudah eksis sejak saat orde baru (jauh sebelum era reformasi). Tak heran jika kita menemukan bus Metro Mini yang sudah terkesan tua dan tidak layak lagi untuk beroperasi. Mayoritas bus tua ini harus di service setiap hari karena banyak masalah seperti rem, persnelling, roda, kir, dan lain-lain. Dengan demikian, tak heran jika hampir setiap hari ada saja angkutan Metro Mini yang bermasalah. Belum lagi ulah para sopir yang kerap kali ugal-ugalan sehingga potensi kecelakaan lebih besar.

Tak jarang kita temukan Bus Metro Mini di tangkap oleh polisi atau dinas perhubungan karena banyak sopir yang tidak memiliki SIM, bus tidak lolos uji Kir, atau malah karena menabrak kendaraan lain. Kendaraan lain yang paling rentan akibat ugal-ugalan Metro Mini adalah pengemuda motor karena Metro Mini acap kali menyerobot jalur ke kanan dan kiri secara tiba-tiba. Tak jarang juga jalur kereta api yang sudah di beri palang, tetap saja sopirnya berupaya keras menyerobot agar mendapatkan penumpang yang lebih banyak diseberang. Ehhh, malah-malah banyak yang kena tabrak seperti yang terjadi baru-baru ini yang memakan korban 18 jiwa.

Disisi lain, efek psikologis dari “mengejar setoran” membuat sopir harus ekstra keras dan berusaha lebih gigih agar bisa mengejar setoran. Sebuah bus Metro Mini paling minim harus mengejar setoran sebesar Rp 350.000,00 (itu hanya untuk bus yang sepi penumpang di tracknya, beda dengan area yang tracknya ramai, bisa sampai Rp. 600.000,00). Efek kejar setoran ini secara logika membuat para sopir harus mengejar waktu dan seminimal mungkin harus mendahului semua kendaraan jika tidak ada penumpang yang keluar/masuk.

Setoran yang tidak sedikit itu juga masih belum menanggung biaya bahan bakar yang bisa mencapai Rp 200.000,00 sehingga jika dikalkulasikan, seminimal-minimalnya seorang sopir harus bisa mendapatkan uang Rp 550.000,00 itupun hanya untuk kepentingan setoran dan bahan bakar bus selama satu hari.

Lantas, bagaimana dengan biaya hidup mereka? Ekstra keras harus lebih digenjot lagi agar mendapatkan penghasilan yang bisa dibawah pulang ke rumah. Belum lagi jika dalam sebuah bus Metro Mini ada dua orang pegawainya (1 orang sopir dan 1 orang lagi kondekturnya), jadi pendapatan otomatis dibagi dua. Itu masih sekedar kalkulasi pendapatan untuk setoran, bahan bakar dan biaya hidup. Bagaimana jika Metro Mini rusak? Pengeluaran tentu akan semakin besar lagi. Maka tak heran jika banyak pengemudi Metro Mini yang ugal-ugala (terutama jam pulang kerja) untuk mengejar uang untuk makan dan dibawa pulang kerumah.

Tak semua mampu mencapai target yang lumayan fantastis itu. Banyak dari pengemudi Metro Mini untuk memenuhi makan satu kali saja tidak cukup, apalagi dibawa pulang  kerumah (terutama bagi mereka yang berkeluarga). Tidak jarang dari pengemudi dan kondektur Metro Mini yang pulang dengan tangan hampa kerumah karena berbaga situasi yang menekan. Penumpang di Ibu Kota sudah sangat banyak yang beralih ke bus Tranjakarta yang lebih adem, nyaman dan jauh dari kerusuhan (perampok, copet, dan pengamen). Terlebih pada saat ini sudah banyak kendaraan umum berbasis aplikasi on-line yang semakin membuat mereka tercekik.

Pada saat yang sama, muncul pula peraturan Gubernur yang akan “mengandangkan” seluruh bus Metro Mini, terutama yang sudah tidak layak lagi. Bagaimana nasib mereka (sopir dan kondektur serta calo penumpang terminal dan jalanan?)

Pada satu sisi, peraturan Gubernur DKI Jakarta untuk menertibkan kendaraan angkutan umum yang sudah tidak sesuai dengan standar merupakan patut diapresiasi dengan bijak. Selama ini banyak pengemudi yang ugal-ugalan sehingga membuat masyarakat dan pegendara disekitarnya menjadi kurang nyaman jika sudah berhadapan dengan Metro Mini. Metro Mini membutuhkan peremajaan dan sepertinya pemilik Metro Mini belum punya dana (suntikan dana) untuk meremajakan armadanya masing-masing.

Disisi lain, kebijakan ini berpengaruh besar terhadap perekonomian sopir dan kondektur serta calo penumpang lapangan. Mereka hanya memiliki kemampuan sebagai seorang sopir dan itu sudah terpatri dibenak mereka. Begitu juga dengan masyarakat, masih banyak masyarakat yang amat sangat tergantung dengan bus yang ekonomis ini. Meski menanggung banyak resiko menaikinya (banyaknya copet dan jambret), bus ini adalah opsi termurah dan paling gampang ditemukan di berbagai sudut Ibu kota.

Jika memang Metro Mini dikandangkan, Pemerintah DKI bersama Metro Mini sudah selayaknya bekerja sama (dalam hal dana, peremajaan, pelatihan karakter sopir) agar tidak terulang lagi kejadian-kejadian yang memakan korban jiwa. Mereka (sopir dan kondektur) juga tidak akan kehilangan penghasilan untuk menghidupi keluarga mereka serta masyarakat Jakarta tentunya akan semakin senang untuk menaikin dan menggunakan Metro Mini yang baru untuk bepergian kemana-mana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun