Mohon tunggu...
Jessica Christina
Jessica Christina Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hospitality and Tourism student of Trisakti Institute of Tourism

Salah satu penerima Beasiswa Unggulan Kemdikbud RI tahun 2017, prodi S1 Hospitaliti dan Pariwisata - Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pariwisata Era Covid-19

6 September 2020   12:29 Diperbarui: 6 September 2020   12:33 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya Jessica Christina, mahasiswi Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti prodi S1 Hospitaliti dan Pariwisata 2017 - dan salah satu penerima Beasiswa Unggulan Kemdikbud Republik Indonesia. Tulisan yang saya buat biasanya berdasarkan pengalaman atau pendapat pribadi saya. Saya terbuka dengan adanya sudut pandang lain dari tema yang akan kita diskusikan, dan saya berharap adanya tulisan ini tidak menyudutkan atau menyinggung pihak manapun.

Pariwisata Indonesia merupakan salah satu penyumbang devisa negara terbesar bahkan sejak bertahun-tahun yang lalu. Sejak 2013, sektor pariwisata menempati 5 besar penyumbang devisa negara. Hingga di akhir tahun 2018, bahkan mampu menjadi peringkat satu penyumbang devisa negara terbesar.
"Kita sudah kalahkan sektor migas. Sekarang pariwisata menjadi andalan," kata eks-Menteri Pariwisata,  Arief Yahya saat Rakor Pengembangan Kawasan Pariwisata Borobudur, di Glamping D'Loano, Purworejo, Jawa Tengah, Kamis (22/8/2019).

Namun siapa sangka di tahun 2020 ini kita menghadapi pandemi COVID-19 yang dapat dibilang besar angkanya jika dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lain. Efeknya juga besar terhadap seluruh bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Dampak pada sektor Pariwisata juga besar, karena pembatasan akses antar provinsi dan mancanegara.

Menurut pendapat saya, di masa sekarang sulit untuk menetapkan pilihan. Indonesia negara yang luas, dengan masyarakat dengan tingkat ekonomi dan pendidikan yang tidak merata. Untuk mengedukasi tentang COVID-19, belum semua dapat mengerti bahaya atau minimal gejala yang ditimbulkan. Dan memang betul, walaupun banyak yang "work from home", masyarakat yang tetap harus turun ke lapangan demi kerja juga banyak. Keadaan yang sulit, bahkan tidak sedikit yang berujar "Corona nggak, mati kelaparan iya".

Per bulan Agustus 2020, pariwisata Bali dibuka secara bertahap dan terbatas. Saya melihat beberapa kenalan saya pun ada yang sudah berwisata ke Bali. Kembali lagi, di situasi yang sulit seperti sekarang, roda ekonomi juga tetap harus diputar untuk mencegah penurunan ekonomi. Mungkin saja terjadi resesi, melihat banyak negara besar yang terkena dampaknya. Namun setidaknya, persen menurunnya lebih kecil dibandingkan apabila kegiatan ekonomi dihentikan secara tegas.

Kita lihat ke depannya. Sebagai mahasiswi hospitaliti & pariwisata, jujur saya tidak berharap banyak. Lebih mementingkan penurunan kurva kasus COVID-19, walaupun saya pun sadar betul industri pariwisata sedang "berdarah-darah". Namun apabila pariwisata kedepannya dibuka lebih lanjut, semoga protokol kesehatan tetap dijalankan dengan tegas, karena kenyataannya masih banyak yang tidak menjalankan protokol kesehatan sesuai dengan yang seharusnya.

Rujukan: 

Okezone

Detik

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun