Menyusui merupakan aktivitas alami yang tidak memerlukan perlakuan khusus. Meski tidak menuntut biaya besar, proses menyusui membutuhkan kesabaran, waktu, serta pemahaman yang memadai agar berlangsung secara optimal. Dukungan dari lingkungan keluarga, khususnya dari suami, sangat penting untuk mendampingi ibu dalam menjalani masa menyusui. Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber nutrisi terbaik bagi bayi, karena mampu memenuhi kebutuhan gizi sekaligus memberikan perlindungan efektif terhadap berbagai infeksi dan membantu memperkuat sistem imun bayi secara aktif. Pemberian ASI tidak hanya memberikan manfaat kesehatan bagi bayi, tetapi juga berperan dalam meringankan beban ekonomi keluarga dengan mengurangi kebutuhan akan makanan tambahan seperti MPASI. ASI memiliki kemampuan alami untuk melindungi bayi dari berbagai jenis infeksi, termasuk muntah, diare, gangguan pada telinga, serta reaksi alergi, sehingga mendukung tumbuh kembang yang lebih aman dan sehat bagi si kecil (Suwanti, 2016).
Berdasarkan penelitian Lestari (2018), tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif menjadi faktor penentu dalam praktik pemberiannya. Semakin rendah tingkat pendidikan dan pemahaman ibu, maka semakin kecil kemungkinan pemberian ASI eksklusif dilakukan secara konsisten (Lestari, 2018).
Produksi Air Susu Ibu (ASI) dipengaruhi oleh berbagai aspek, seperti asupan gizi, perawatan payudara, kekuatan isapan bayi, latar belakang sosial budaya, kebiasaan menyusui, serta kondisi psikologis ibu. Di antara faktor-faktor tersebut, nutrisi memegang peranan penting dan perlu mendapat perhatian khusus. Selama masa menyusui, ibu dianjurkan untuk meningkatkan asupan makanan bergizi, terutama yang kaya protein, karena protein berperan dalam pembentukan jaringan tubuh yang mendukung kelancaran produksi ASI (Atok, 2021).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gopalakrishnan, salah satu cara alami untuk membantu meningkatkan produksi ASI adalah dengan mengonsumsi makanan yang mengandung zat laktagogum. Beberapa contoh bahan pangan yang memiliki sifat laktagogum antara lain daun katuk, buah pepaya, jantung pisang batu, dan daun kelor. Daun kelor secara khusus mengandung senyawa fitosterol seperti kampesterol, stigmasterol, dan B-sitosterol, yang diketahui mampu merangsang dan memperlancar produksi ASI secara alami (Gopalakrishnan et al., 2016).
Kelor telah dikenal secara global sebagai sumber pangan yang kaya gizi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan telah merekomendasikan kelor sebagai salah satu solusi alternatif dalam menghadapi tantangan malnutrisi, berkat kandungan nutrisinya yang tinggi dan manfaatnya bagi kesehatan masyarakat. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Mabsuthoh di Puskesmas Bahagia pada tahun 2021 menunjukkan bahwa konsumsi ekstrak daun kelor memiliki dampak positif terhadap peningkatan produksi ASI pada ibu menyusui. Hasil uji menunjukkan adanya kenaikan rata-rata produksi ASI sebesar 0,2573 pada tahap setelah intervensi dibandingkan dengan sebelum intervensi. Temuan ini memperkuat bukti bahwa daun kelor dapat menjadi pilihan alami yang efektif untuk membantu ibu dalam memperlancar produksi ASI (Mabsuthoh et al., 2022).
Referensi:
Atok, Y. S. (2021). Hubungan Konsumsi Daun Kelor Dengan Produksi Asi Eksklusif Pada Ibu Menyusui Suku Timor Kelurahan Manutapen. Jurnal Kampus STIKES YPIB Majalengka, 9(1), 21-29.
Gopalakrishnan L, Doriya K, Kumar DS. Moringa oleifera: A review on nutritive importance and its medicinal application. Food science and human wellness. 2016 Jun 1;5(2):49-56
Lestari, R. Faktor-faktor Berhubungan Dengan Pemberian ASI Ekslusif Pada Ibu. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. 2018. 2(1): 131-138.
Mabsuthoh, S., & Rohmah, H. N. F. (2022). Pengaruh Ekstrak Daun Kelor Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Menyusui Di Puskemas Bahagia Tahun 2021. Cakrawala Medika: Journal of Health Sciences, 1(1), 11-19.
Suwanti, E. (2016). Pengaruh Komsumsi Ekstrak Daun Katuk Terhadap Kecukupan ASI Pada Ibu Menyusui Di Klaten. Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan, 5(2), 132--135.