Mohon tunggu...
YEREMIAS JENA
YEREMIAS JENA Mohon Tunggu... Dosen - ut est scribere

Akademisi dan penulis. Dosen purna waktu di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Mobil Tanpa Sopir (Akhirnya) Membunuh Manusia

26 Maret 2018   16:45 Diperbarui: 26 Maret 2018   16:52 5610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petugas kepolisian sedang memeriksa mobil tanpa sopir seusai menabrak Nona Elaine Herzberg. Sumber: economist.com

Sejak kehadirannya, mobil tanpa sopir/awak (self-driving cars) telah menyita perhatian khalayak. Mobil dengan kemampuan mendeteksi keadaan sekitar dan karena itu mampu melaju tanpa menabrak, juga dapat menghindari atau mendahului kendaraan lain yang ada di depannya dan seterusnya, telah menimbulkan sensasi tersendiri dalam berkendara. Orang kemudian berilusi tentang kenyamanan mengendarai mobil jenis ini di jalanan macet, dan orang tidak perlu resah atau merasa lelah karena bisa duduk santai, bahkan sambil mengerjakan hal lain. Sementara mobil robotik ini akan bekerja sendiri dengan sistemnya yang super canggih.

Mobil tanpa sopir ini memang dilengkapi dengan berbagai teknik yang memampukannya mendeteksi lingkungan sekitar. Teknik-teknik canggih itu misalnya radar, sinar laser, GPS, odometri, dan visi komputer. Sistem kontrol lanjutan menafsirkan informasi sensoris untuk mengidentifikasi jalur navigasi yang tepat, serta hambatan dan tanda-tanda yang berhubungan dengan perlalulintasan. Mobil otonom harus memiliki sistem kontrol yang mampu menganalisis data sensoris untuk membedakan berbagai mobil yang berbeda di jalan.

Sama seperti teknologi canggih lainnya, mobil ini dikembangkan karena memang berpotensi menguntungkan manusia. Mengoperasikan mobil jenis ini diyakini mampu mengurangi biaya, termasuk juga biasa infrastruktut, meningkatkan keselamatan berkendara, meningkatkan mobilitas, kepuasan pelanggan ikut meningkat, serta mampu mengurangi kejahatan. Berdasarkan kajian, mobil tanpa sopir juga mampu mengurangi tabrakan dan kecelakaan lalulintas, mengurangi cedera karena kecelakaan, dan tentu saja juga mengurangi pembiayaan asuransi.

Beberapa keuntungan lainnya juga sering didengung-dengungkan, misalnya memudahkan orang miskin dan orang cacad dalam bepergian, membebaskan para pelancong dari tugas mengemudi dan navigasi, menekan bahkan mengurangi bahan bakar minyak, secara signifikan mengurangi kebutuhan akan lahan parkir, dan sebagainya.

Jenis Kejahatan Baru

Meskipun begitu, sama seperti dalam pengembangan teknologi lainnya, mobil tanpa sopir bukan tanpa masalah. Dan itu sudah mulai nampak ketika pada malam hari, tanggal 18 Maret 2018 yang lalu, Elaine Herzberg, seorang pedestrian di Arizona, Amerika Serikat, ditabrak mobil tanpa sopir dan kemudian meninggal dunia. Bagi orang Amerika dan juga kita di Indonesia, puluhan bahkan ratus orang meninggal karena kecelakaan lalulintas, termasuk orang ditabrak ketika sedang jalan kaki (pedestrian). Ketika itu terjadi, orang langsung menuding sopir yang lalai berkendara. Tetapi bagaimana dengan tabrakan yang melibatkan mobil tanpa sopir? Itulah sebabnya mengapa kejadian di Arizona itu -- dan pertama kali di dunia -- dilihat sebagai "kejahatan baru".

Mobil tanpa sopir ketika menabrak Nona Elaine Herzberg. Sumber: theverge.com
Mobil tanpa sopir ketika menabrak Nona Elaine Herzberg. Sumber: theverge.com
Sebagaimana diberitakan, mobil tanpa sopir yang menabrak Nona Herzberg itu sebenarnya sedang dites oleh Uber. Perusahaan transportasi online itu sedang menguji mobil tanpa tanpa penumpang dan berencana akan menggunakannya untuk melayani penumpang. Mobil itu bergerak dengan kecepatan sekitar 60-an km/jam (38mph) di jalan yang sebenarnya kecepatan berkendara dilarang melebihi 45 km/jam. Video menunjukkan bagaimana Nona Herzberg yang sedang bersepeda, secara tiba-tiba melintasi jalur mobil. Sayangnya, manusia yang seharusnya mengawasi mobil itu dan memastikan sistemnya bekerja dengan baik, tidak mampu mengantisipasi keadaan ini. Tabrakan pun tidak dapat dihindari, dan Nona Herzberg terpaksa menjadi korban. Uber memang langsung menghentikan uji coba ini di Arizona, Pittsburgh, dan San Fransisco.

Kepolisian setempat mengatakan bahwa sistem sensor dari mobil tanpa sopir itu gagal mendeteksi pergerakan Nona Herzberg sehingga tidak bisa mencegah terjadinya tabrakan.

Apa yang Harus Dilakukan

Jika hal semacam ini terjadi, apa yang harus dilakukan? Telah ada banyak perdebatan mengenai jaminan keamanan dalam menggunakan jenis mobil ini. Beberapa analis mengusulkan adanya regulasi yang lebih keras dalam penggunaan mobil tanpa sopir. Kelompok ini berpendapat bahwa "Mobil yang melaju terlalu cepat akan membahayakan kehidupan orang lain dan justru malah gagal mencegah tingginya kematian yang disebabkan oleh kecelakaan lalulintas setiap tahunnya."

Tahun lalu, Kabinet pemerintahan Federal Jerman mengadopsi setidaknya 20 rekomendasi dari Komisi Etika untuk Mobil Otomatis (mobil tanpa sopir), dan ini harus diterapkan oleh semua pabrik kendaraan bermotor yang memproduksi jenis mobil ini. Beberapa rekomendasi itu dapat disebutkan, misalnya (1) jika teknologi dan mobil jenis ini mampu menekan angka kecelakaan dibandingkan dengan menggunakan sopir, maka hal ini harus menjadi sebuah imperatif etis. (2) Kehancuran dan kerugiaan material harus lebih didahulukan dan bukan kerusakan dan kehancuran manusia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun