Geladi Hominisasi adalah syarat kelulusan saya. Benar, itulah motivasi awal saya mengikuti kegiatan ini. Saya tidak memiliki ketertarikan yang mendalam untuk mengikuti kegiatan ini. Kewajiban yang harus saya ampu untuk melanjutkan studi saya di kampus. Tugas pra-geladi saya seefektif mungkin agar tidak memakan waktu terlalu banyak. Kegiatan geladi pun saya ikuti sebagaimana sebaiknya saya ikuti. Sekarang, tugas pasca geladi merupakan kewajiban yang harus saya kerjakan pula untuk mendapatkan sertifikat sebagai dokumen pendukung surat kelulusan saya di kemudian hari.
Kegiatan geladi Hominisasi kemudian berlangsung pada tanggal 4 Desember 2022. Kegiatan selama hampir 5 jam ini terkesan sangat panjang. Dari yang awalnya saya bangun kesiangan sehingga terlambat memasuki ruang Zoom hingga akhirnya saya berusaha untuk menahan lapar karena kegiatan ini menerjang waktu makan siang. Namun, di antara perjuangan saya dalam mengikuti kegiatan ini, ada nilai yang menurut saya menarik dan saya pelajari. Penghargaan dan kepercayaan.
Banyak dari kita semua yang merasakan ketidakpercayaan ketika menjalani kegiatan daring. Memang tidak aneh, karena kegiatan daring membuka banyak kesempatan bagi kita, termasuk saya, untuk multitask sehingga fokus saya menjadi terbagi. Yang menurut saya menarik adalah kepercayaan tersebut sering berusaha untuk ditingkatkan dan dikuatkan dalam pendidikan. Namun, tidak jarang pendidik justru memiliki asumsi tersendiri sehingga membuat orang yang sedang dididiknya menjadi tertekan yang tidak sehat. Ketidakpercayaan ini kemudian termanifestasi melalui tindakan pendidik yang berulang kali mengucapkan hal-hal yang merujuk ke tindakan yang tidak pantas. Sebagai dampak dari hal tersebut, saya, sebagai seorang pelajar, merasakan penghargaan yang minimal ketika menghadapi orang-orang yang terlalu "paranoid" dengan kesibukan orang.
Selama geladi, kami dipertanyakan mengenai penggunaan bahasa dan logika untuk berkontribusi kepada negara dan bangsa. Menurut saya, hal tersebut harus pula didukung dengan penghargaan tanpa asumsi buruk. Kepercayaan pun harus dibangun karena sepintar apapun seseorang dalam berbahasa dan berlogika, apabila tidak ada didukung dengan kepercayaan bangsa dan negara terhadap orang tersebut, semuanya menjadi sia-sia. Kita, sebagai seorang pelajar, sudah bertahun-tahun diajarkan apa saja yang bisa kita lakukan untuk berkontribusi kepada negara, dan bangsa. Namun, ajaran tersebut tidak dilanjutkan dengan apa yang harus kita lakukan bagi orang-orang awam yang sudah berkontribusi kepada negara. Penghargaan seperti apa yang sebaiknya kami lakukan dan tindak. Menurut saya, penghargaan jenis ini juga bisa diajarkan melalui cara seorang pendidik menghargai dan mengapresiasi orang-orang yang mereka didik melalui tindakan sehari-hari mereka. Sebesar apapun ilmu yang diajar oleh seseorang, apapun yang dilihat dan dipraktikkan oleh seseorang akan lebih bermakna dan akan lebih mudah untuk ditiru oleh orang lain.