Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Seorang ibu rumah tangga yang ingin terus belajar indahnya Islam dan menebarkannya lewat goresan pena

Selanjutnya

Tutup

Money

PHK Massal Raksasa Digital, Sejahtera Gagal Total

27 November 2022   21:55 Diperbarui: 27 November 2022   22:46 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: ilustrasi startup/pinterest

Tahun 2022 hampir berakhir, berita PHK massal masih menghantui beberapa perusahaan  startup, Shopee dilaporkan kembali melakukan PHK untuk ketiga kalinya, hanya berselang dua bulan setelah Shopee juga merumahkan ratusan pegawainya September lalu. Induk Shopee, Sea juga dilaporkan telah merumahkan 7.000 orang atau 10% dari total pegawainya di seluruh dunia selama 6 bulan terakhir.

Selain PHK, Shopee diketahui juga menutup dan membatalkan ekspansi di sejumlah negara. Termasuk di antaranya adalah Spanyol, Perancis, dan India. Startup berikutnya yang harus merumahkan 1300 orang atau 12% dari total karyawannya, Goto. CEO Andre Soelistyo mengatakan keputusan ini tidak mempengaruhi layanan pada konsumen dan komitmen pada mitra pengemudi, merchants dan seller, keputusan itu dilakukan manajemen karena adanya tantangan makro ekonomi global. Di mana masalah tersebut juga berdampak signifikan untuk pelaku usaha di seluruh dunia.

Dan membuat perusahaan mengakselerasi upaya menjadikan bisnis secara finansial mampu mandiri dan tumbuh secara sustainable dalam jangka panjang. Caranya dengan berfokus pada layanan inti, yakni on-demand, e-commerce serta financial technology. Ruangguru juga menempuh keputusan serupa dengan melepas ratusan pegawainya. Pengumuman PHK dilakukan pada Jumat (18/11/2022). Perusahaan beralasan PHK dilakukan akibat kondisi pasar global (cnbcindonesia.com, 20/11/2022).

Benarkah Resesi Sebagai Biang Keroknya?

PHK massal menimpa berbagai startup. Beberapa menyalahkan resesi ekonomi. Sejatinya ambruknya startup sudah dapat diduga sebelumnya karena sistem bisnisnya yang rapuh. Diantaranya karena tidak berbasis pada ekonomi riil. Pengusaha Nasional Erwin Aksa mengungkapkan pemerintahan era Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat ini lebih pro terhadap perusahaan perintis atau startup ketimbang sektor riil. Karenanya, sektor riil jadi tak berkembang alias diam di tempat.

"Kita ini merasakan sektor riil tidak bergerak. Daya beli turun, harga mahal. Itu tidak bergerak. Masyarakat tidak punya lagi space, tidak punya lagi tabungan untuk belanja lebih dari kebutuhan pokok mereka," katanya. Erwin juga mengatakan, investasi lebih banyak menyasar ke startup dibanding sektor riil. Padahal startup-startup yang ada hanya melakukan aksi bakar uang.

Faktanya, Ecommerce di Indonesia tidak diawasi sama sekali. Bebas pajak, sangat rentan untuk praktik money laundry dari bisnis nakorba hingga harta hasil korupsi. Efeknya sektor riil mati, karena penyediaan barang dan harga murah yang gila-gilaan membuat konsumen lebih memilih ecomerse, sambil rebahan pun bisa mendapatkan barang kebutuhan mereka.

Di awal munculnya perusahaan rintisan ini memang ada propaganda bahwa startup adalah penyelamat ekonomi, banyak membuka lapangan kerja. Namun ketika bisnis tak mampu berjalan, karena berbagai sebab diantaranya tidak diterima pasar, dana habis, dan sebagainya, akhirnya ambruk satu persatu

Inilah buah kapitalisasi ekonomi, yang hanya mengejar keuntungan materi tanpa didukung sistem yang kuat, juga pendanaan yang kuat.

Islam Tak Alergi Digital, Namun juga Tak Meninggalkan Manual

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun