Belum lagi dengan kesejahteraan anak Indonesia yang tergolong rendah, kalaulah ada tidak merata. Hal ini memicu tindak kriminal seperti prostitusi, human traficking dan lainnya. Semua berpangkal dari nasehat yang dianggap lebih radikal daripada rusaknya aklak para generasi mudanya. Kemuliaan wanita ada ketika ia menutup auratnya.Â
Jika Islam mewajibkan sesuatu tentulah itu demi maslahat , dan betapa seorang wanita sangat dihargai dalam Islam, maka muncul berbagai syariat yang khusus mengatur wanita. Yang oleh pegiat gender dianggap belenggu, sehingga mereka getol memperjuangkan.Â
Wanita adalah sosok yang kelak akan melahirkan pemimpin dan dari asuhannya muncul manusia-manusia berkualitas cemerlang, maka wajar jika sejak dini harus senantiasa ditempa dengan keilmuan dan tsaqofah Islam, termasuk pembiasaan menutup aurat.Â
Sekali lagi demokrasi pulalah yang menjadi akar persoalan, namun ibarat peribahasa lempar batu sembunyi tangan, selalu Islam yang dijadikan sasaran. Kebebasan berperilaku, beragama, berpendapat dan kepemilikan yang diagungkan nyatanya selalu membawa pada konflik kepentingan. Baik itu ditingkat para pemimpinnya maupun masyarakat. Alhasil, bencana dan krisis tak pernah berhenti.Â
Patutlah kita bertanya pada diri sendiri terkait firman Allah SWT berikut, "Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (QS al-Maidah :50).Â
Hukum jahiliah tentu berasal dari kebodohan manusia yang pasti menimbulkan pertentangan dan akan mengantar kita ke neraka. Sedang hukum Allah jelas akan membawa kebaikan, kalau mengatur terbit dan tenggelamnya matahari adalah mudah bagi Allah apalagi hanya mengurusi manusia yang lebih kecil dari dunia seisinya berikut alam semesta.Â
Hukum Allah juga lebih tegas dan adil, sebaliknya, hukum manusia masih menimbulkan masalah baru sebab rentan dipermainkan oleh mereka yang punya kapital atau jabatan. Lihat, apa ganjaran bagi penguasa yang melarang seorang muslimah menasehati muslimah yang lain terkait kewajiban yang dibebankan kepada mereka? Semestinya masuk dalam delik penistaan agama dan bertentangan dengan prinsip demokrasi sendiri.Â
Namun hingga kini tetap melenggang dan sedang bermanuver dengan politik praktis ala demokrasi.Â
Apakah ia memiliki peluang sebagai pemimpin jika syariat saja ia hinakan? Mari berpikir cerdas. Wallahu a'lam bish showab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H