Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Belajar sepanjang hayat. Kesempurnaan hanya milik Allah swt

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Protes Nitizen Berujung Viral nir Tanggapan

10 Februari 2022   23:13 Diperbarui: 10 Februari 2022   23:21 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: ilustrasi nitizen/ desain pribadi

Beredar di dunia maya, sebuah video tik tok seorang guru membakar sepatu murid-muridnya karena melanggar aturan, dimana hari Selasa seharusnya memakai sepatu berwarna hitam ada saja muridnya yang masih menggunakan sepatu berwarna putih. 

Nitizen beragam pendapat, ada yang setuju dengan tindakan guru tersebut dengan alasan aturan dibuat untuk ditaati, dan pembakaran itu untuk efek jera. Sedangkan pendapat yang kontra mengatakan keterlaluan, mengapa tak mencoba berempati, bisa jadi orangtua si anak tak punya uang untuk membeli sepatu hitam, bisa pula harga sepatu itu masih dicicil, kan ada cara lain untuk membuat muridnya jera. 

Protes nitizen bergulir pula pada berita pembelian mobil baru untuk para tamu negara. Kemensetneg menganggarkan Rp8,3 miliar untuk membeli kendaraan bermotor pada 2022 dilakukan secara tender dengan menggunakan anggaran APBN 2022. 

Kepala Sekretariat Presiden (Kasetpres) Heru Budi Hartono menjelaskan ,"Hanya beli empat (mobil) buat tamu negara. Jadi beli empat saja untuk tamu-tamu negara misal Jepang, Malaysia,". 

Heru lantas menjelaskan pada 2021 lalu ada 36 mobil yang sudah tidak terpakai dan kemudian dilelang, namun karena anggaran pemerintah menurutnya hanya mampu untuk membeli empat buah mobil untuk saat ini."Jadi bukan 36 diganti ya. Hanya punya anggaran (untuk beli) empat," lanjutnya. Heru pun menjelaskan, pengadaan mobil senilai Rp 8,3 miliar telah direncanakan sejak 2018.

Berapa sepatu kira-kira yang bisa terbeli Dengan uang yang berasal dari APBN untuk membeli mobil? Sungguh tak punya hati, di tengah rakyat kelaparan dan menghadapi Covid-19 yang penularannya meningkat lagi, pemerintah justru memikirkan servis kepada tamu negara, bahkan menolak alternatif sewa karena demi keamanan. Padahal sejak Covid-19, mobilitas warga dunia pun dibatasi. Siapa yang akan traveling atau melakukan kunjungan kenegaraan? Dan itupun setiap pertemuan bisa dilakukan secara virtual. 

Meskipun negara ikut program Worm Up Vacation sekaligus memanfaatkan Bubble Travel, namun nyatanya nasib umat tak beranjak dari tempatnya semula yaitu kesengsaraan , ketidak Adilan dan sebagainya yang tak juga membaik .

Potret guru membakar sepatu, adalah potret kegagalan terwujudnya kesejahteraan. Betapa satu pasang sepatu mungkin bagi salah satu orangtua di antara ribuan orangtua adalah harga yang sangat mahal, mengingat kebutuhan hari ini bukan soal makan, minum dan pakaian saja, namun juga kebutuhan listrik, air, pulsa dan lainnya tak ada satupun diganti oleh negara. Begitupun dengan fokus pembelian kendaraan baru. 

Bahkan rakyat kian brutal, setiap melihat ketidak adilan seringkali main hakim sendiri. Petugas PLN meregang nyawa karena mencabut meteran dimana pemiliknya sudah menunggak lebih dari beberapa bulan, calon istri yang dihamili namun saat akad nikah ditinggal lari, atau seorang ibu yang tega mengajak anak-anaknya untuk bunuh diri dan lainnya. Semua karena jenuhnya masyarakat akan banyaknya persoalan namun solusi tak ada, viral dulu baru ada penanganan, jika beruntung jajaran Pemda akan turun, jika tidak anggap saja sudah beres perkara. 

Fokus penguasa terbalik-balik, hal yang urgen abai sedang yang masih bisa ditunda justru dipercepat. Tindakan ini bukan tanpa alasan, namun yang jelas berbagai kebijakan yang melenceng ini bukan keluar dari pikiran penguasa sendiri, mereka tunduk dengan perintah yang lebih kuasa lagi yaitu oligarki pengusaha. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun