Mohon tunggu...
Jelita puspita sari
Jelita puspita sari Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan

hallo nama saya jelita puspita sari,saya memiliki hobi membaca maupun membuat aneka kue kue dan hobi terbaru saya yaitu menyanyi walaupun suara saya tidak bagus.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Difabel Berhak Berkarya

30 Juli 2025   11:58 Diperbarui: 30 Juli 2025   12:14 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 Penulis :Jelita puspita sari dan Iyan Sofyan

(Mahasiswa PPKn dan Dosen PG PAUD UAD Yogyakarta)

            Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang mengalami hambatan fisik, mental, sosial, atau emosional sehingga membutuhkan perhatian dan layanan khusus agar bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Data pada tahun 2020  mencatat ada 28,05 juta penyandang disabilitas (Kompas.com, 2020). Data tahun 2020 sekitar 1,6 juta anak ABK terdata yang terdata hanya 247.691 anak yang mengikuti pendidikan formal SLB atau sekolah inklusi,ini berarti kurang dari 16% dari seluruh ABK yang tidak bersekolah secara formal, artinya 1,35 ABK masih belum mendapatkan akses pendidikan formal (Kompas.com 2020). Sebanyak 763.925 penyandang disabilitas tercatat bekerja di Indonesia pada 2023, namun sebagian besar belum terserap ke sektor formal dan masih bertumpu pada pekerjaan informal, hambatan seperti akses pendidikan yang terbatas, pandangan negatif terhadap difabel, serta kurangnya akomodasi di lingkungan kerja membuat kebijakan kuota kerja belum berjalan maksimal. Salah satu masalah Difabel di sekolah direguler yaitu Difabel  sering mengahadpi kesulitan karena guru kurang terlatih,fasilitas tidak memadai dan kurikulum yang tidak fleksibel, bukan hanya itu Difabel juga kerap mengalami diskriminasi dari lingkungan sekitar hal ini menunjukan perlunya peningkatan pemahaman ,sarana dan dukungan agar pendidikan inklusif bisa berjalan efektif. Namun, fasilitas yang memadai dan guru pendamping khusus masih sangat terbatas, sehingga banyak Difabel  kesulitan memperoleh pendidikan yang setara. Kondisi ini membuat Difabel sulit mendapatkan ruang untuk menunjukkan potensi, termasuk dalam hal berkarya dan berkontribusi di masyarakat.

            Permasalahan yang paling utama adalah terbatasnya akses dan kesempatan yang diberikan kepada difabel untuk berkembang. Banyak masyarakat masih menilai difabel dari keterbatasan fisik yang mereka miliki, sehingga seringkali mengabaikan potensi dan bakat yang ada. Penulis percaya bahwa pandangan ini harus diubah dengan meningkatkan kesadaran dan membangun sistem yang inklusif serta suportif. Oleh karena itu, solusi yang penulis tawarkan meliputi penguatan pendidikan inklusif, perluasan kesempatan kerja, dukungan terhadap wirausaha difabel, dan pemanfaatan teknologi serta media digital sebagai wadah kreativitas.

             Solusi pertama yang penting adalah memperkuat pendidikan inklusif. Pendidikan inklusif perlu diperkuat agar setiap individu, termasuk penyandang disabilitas, bisa mendapatkan akses belajar yang setara. Fasilitas di sekolah dan lembaga pelatihan harus dirancang agar mudah diakses, seperti jalur landai, toilet khusus, dan ruang kelas yang mendukung. Keberadaan tenaga pendidik pendamping juga penting untuk membantu peserta didik dengan kebutuhan khusus. Selain itu, kurikulum harus dibuat lebih fleksibel agar bisa menyesuaikan kemampuan dan kondisi masing-masing orang. Dukungan teknologi seperti perangkat bantu visual atau alat bantu dengar juga sangat diperlukan. Dengan pendekatan ini, proses belajar akan lebih merata dan inklusif bagi semua kalangan.. Kedua, dunia kerja harus membuka lebih banyak kesempatan bagi difabel dengan menyiapkan pelatihan dan lingkungan kerja yang mendukung agar mereka bisa berkontribusi secara maksimal, disabilitas juga harus diberi ruang untuk berkembang dan berkontribusi. Perusahaan bisa menyediakan pelatihan keterampilan yang sesuai agar mereka lebih siap dan percaya diri saat bekerja. Penyesuaian lingkungan kerja, baik dari sisi fasilitas maupun interaksi sosial, sangat penting untuk menciptakan suasana yang nyaman dan mendukung. Kesempatan kerja yang inklusif akan meningkatkan produktivitas dan kemandirian difabel. Selain itu, peran pemerintah juga dibutuhkan untuk mendorong kebijakan yang memihak pada penerimaan tenaga kerja disabilitas. Jika semua pihak mendukung, maka difabel dapat berperan aktif dalam pembangunan tanpa mengalami diskriminasi.

 Ketiga, pemberdayaan wirausaha berbasis komunitas difabel perlu diperluas agar mereka dapat mandiri secara ekonomi dan mengasah kemampuan mereka melalui berbagai usaha kreatif. Pemberdayaan wirausaha berbasis komunitas bagi penyandang disabilitas perlu diperluas agar mereka bisa lebih mandiri secara ekonomi. Melalui kegiatan wirausaha, mereka punya ruang untuk mengembangkan kreativitas dan potensi diri. Program pelatihan, pendampingan bisnis, hingga akses permodalan sangat dibutuhkan agar usaha yang dijalankan bisa berkembang. Komunitas difabel juga bisa saling mendukung satu sama lain dalam menjalankan usaha, baik dari segi ide maupun jaringan pasar. Kalau upaya ini dijalankan secara konsisten, maka difabel tidak hanya menjadi penerima bantuan, tapi juga pelaku ekonomi yang produktif.  Selanjutnya, teknologi dan media digital memiliki peran besar dalam membuka ruang berkarya bagi difabel. Dengan fitur yang aksesibel seperti subtitle, narasi visual, dan platform khusus, difabel dapat mengekspresikan kreativitasnya dan mempromosikan karya ke masyarakat luas. Pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat harus bersinergi menciptakan lingkungan yang inklusif dan aksesibel, sehingga difabel tidak hanya dilihat sebagai penerima bantuan, tetapi sebagai pelaku aktif dalam berbagai bidang kehidupan dan pembangunan.

   Hambatan terbesar yang dihadapi difabel bukanlah keterbatasan fisik, melainkan kurangnya akses dan kesempatan yang setara. Dengan menerapkan pendidikan inklusif, memperluas kesempatan kerja, mendukung wirausaha, serta memanfaatkan teknologi secara maksimal, difabel dapat berkarya dan memberikan kontribusi nyata. Mari kita semua membuka ruang yang adil dan menghargai keberagaman, karena setiap orang berhak mendapatkan kesempatan untuk berkarya dan bersinar tanpa terkecuali.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun