Mohon tunggu...
Jelianus Nduru38
Jelianus Nduru38 Mohon Tunggu... Lainnya - tampan

Kalo ngomong tu langsung to the point, gua gk suka yang bertele-tele

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peristiwa G30S/PKI sebagai Luka Dalam yang Dialami bagi Bangsa Indonesia

30 Juli 2021   21:36 Diperbarui: 30 Juli 2021   21:41 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

era modern ini, masyarakat tak terkecuali para pelajar maupun mahasiswa tidak akan pernah lupa peristiwa yang sangat menyakitkan dan menghantam hati bangsa Indonesia yaitu peristiwa pengkhianatan Gerakan 30 September yang dipimpin oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Ya, Gerakan 30 September atau yang lebih dikenal dengan G30S/PKI merupakan peristiwa yang bergerak dibidang Ideologi dengan maksud tujuan untuk memisahkan diri dari wilayah NKRI. 

Warga Indonesia seakan dihantui oleh pengkhianatan peristiwa Gerakan 30 September tersebut, tak jarang peristiwa tersebut sering ditayangkan diacara TV Nasional tiap tanggal 30 September sebagai bentuk peringatan bahwa Negara Indonesia pernah dijajah oleh rakyatnya sendiri. Ya, Gerakan G30S/PKI ini memang dipimpin oleh rakyat pribumi itu sendiri yaitu seorang mantan kabinet pada masa jabatan Soekarno-Hatta bernama Amir Syarifuddin. 

Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan salah satu dari empat partai terbesar pada masa jabatan Soekarno-Hatta. Partai tersebut dipimpin oleh Muso dan Amir Syarifudin. Awal terjadinya G30S/PKI ini tidak bisa lepas dari jatuhnya kabinet Amir Syarifudin. Jatuhnya kabinet Amir Syarifudin karena Amir Syarifudin menandatangani Perjanjian Renville yang ternyata hasil perundingan tersebut sangat merugikan bangsa Indonesia. Merasa sangat sakit hati Amir Syarifudin bergabung dalam kegiatan komunis sehingga mereka membentuk Partai Komunis Indonesia (PKI).

 Partai Komunis Indonesia (PKI) seperti memasang sifat "bermuka dua", dimana di depan Presiden Ir. Soekarno, PKI tersebut sangat mendukung kegiatan, apa saja yang dilakukan Presiden Ir. Soekarno karena pada masa itu Ir. Soekarno selalu memutuskan kegiatan yang menurutnya benar tanpa melakukan persetujuan dari kabinetnya atau pun pada MPR/DPR. Dan di belakang Presiden Ir. Soekarno, mereka memasang senjata dengan menggoyahkan kepercayaan masyarakat dengan menghasut dan membuat semua golongan menjadi bermusuhan dan mencurigai satu sama lain. Dari situlah awal mulanya terjadi G30S/PKI.

 Pada masa itu, Presiden Ir. Soekarno awalnya sangat percaya sama PKI karena menurut Presiden Ir. Soekarno, hanya PKI yang selalu mendukung setiap keputusannya untuk membangun Indonesia, bahkan bisa diibaratkan sebagai tangan kanan Presiden Ir. Soekarno. Pada saat itu PKI tidak menyia-nyiakan kesempatannya, mereka menjalankan rencana pemberontakannya pada malam hari dengan target utama mereka adalah para Jenderal. Mereka telah melakukan beberapa persiapan. 

Mulai dari melatih Pemudah Rakyat dan Gerakan Wanita Indonesia (GERWANI). Pemuda Rakyat merupakan organisasi sayap kanan dari PKI. Dikutip dari Victor M Fic, Kudeta 1 Oktober 1965: Sebuah Studi Tentang Konspirasi (2005), Ketua Komite Jakarta Raya PKI, Njono kala itu berencana mengerahkan kekuatan para meliter cadangan yang terdiri dari 2.000 anggota Pemuda Rakyat untuk membantu menghabisi para Jenderal.

 Mereka memanggil para Jenderal, langsung dari rumah mereka pada malam hari dengan maksud sebagai perintah dari Presiden Ir. Soekarno. Disitulah mereka melakukan aksi dengan membunuh para Jenderal yang akan menggagalkan rencana mereka. Para Jenderal yang dibunuh dibuang ke sumur yang berdiameter 75 sentimeter dengan kedalaman 12 meter yang dinamakan dengan lubang buaya. Lubang buaya itu sebagai saksi bisu pembunuhan tujuh Jenderal saat gerakan 30 september. Ketujuh Jenderal tersebut diantaranya adalah Jenderal TNI (Anumerta) Achmad Yani, Letjen (Anumerta) Suprapto, Mayjen (Anumerta), MT Haryono, dan Letjen ( Anumerta) Siswondo Parman. Lalu Mayjen (Anumerta) DI Pandjaitan, Mayjen (Anumerta) Sutoyo Siswomihardjo, serta Letnan satu Corps Zeni (Anumerta) Pierre Andreas Tendean. Pierre Tendean menjadi satu-satunya Letnan yang menjadi korban PKI karena salah sangka dia adalah Jenderal AH Nasution.

 Dengan terjadinya peristiwa tersebut membuat luka mendalam bagi bangsa Indonesia. Apalagi bagi hati seorang Presiden Ir. Soekarno, merasa tidak menyangka bahwa organisasi yang telah dipercayainya ternyata berkhianat padanya. Sejak saat itu Partai Komunis Indonesia (PKI) ditiadakan atau diberhentikan bahkan sampai sekarang PKI dianggap sebagai musuh dan simbol haram yang ada Indonesia. Dan juga sejak peristiwa itu, Presiden Ir Soekarno berhenti dari jabatanya sebagai Presiden dan digantikan dengan Presiden Soeharto.

 Daftar pustaka https://www.liputan6.com/news/read/4368540/lubang-buaya-saksi-bisu-pembunuhan-7- jenderal-saat-gerakan-30-september-1965 https://www.liputan6.com/showbiz/read/4370492/film-pengkhianatan-g30spki-kini-bisaditonton-di-vidio https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/27/162409969/latar-belakang-pemberontakanpki-di-madiun 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun