Mohon tunggu...
Jeff NdunJr
Jeff NdunJr Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Sampah Inzphyrasi

Menulis itu ilahi. Melaluinya setiap orang menjadi abadi dalam waktu dan ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Spiritualitas Pelayanan; Jalan Kemuliaan dan Pandemi Covid-19

19 September 2021   20:41 Diperbarui: 20 September 2021   04:58 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto.sangsabdawordpress.com

Catatan: tulisan lepas ini lebih banyak diinspirasikan oleh bacaan-bacaan dalam Kitab Suci Agama Kristen. Khususnya bacaan-bacaan dalam Liturgi Katolik pada Minggu, 19 September 2021 (Minggu Biasa XXV). Bacaan-bacaan itu adalah Kitab Kebijaksanaan 2: 12. 17 - 20, Surat Raul Yakobus 3: 16 - 4: 3 dan Injil Markus 9: 30 - 37. Selain itu dari Bahan Pendalaman Iman BKSN 2021, Sub Tema II dan beberapa informasi dari media internet.

A. Sebuah Fakta
Pada tanggal 14 September 2021 lalu, ada sebuah berita yang dirilis oleh media tulis online GATRA.Com. Judul tulisan atau berita itu adalah "Haus Pujian, Kepala Desa Tebole Minta di Hormati, Berani Panggil Nama, Didenda Miras dan Rokok". Isi tulisan dalam berita itu menggambarkan bahwa sang Kepala Desa Tebole, Kec. Rote Selatan, kab. Rote Ndao yang bernama Mesak Jeferson Ndun sering memberi denda adat kepada warga bila warga memanggilnya hanya dengan menyebut namanya atau dengan sapaan bapak. Ia harus disapa Pak Kades atau Bapak Desa.

Seorang warga desanya, bernama Yakob pernah menjadi korbannya. Ia pernah didenda adat berupa miras, alcohol dua botol dan rokok satu slof. Lebih lanjut, Yakob yang juga seorang Maneleo (Kepala Suku) mengatakan bahwa selain dirinya, sudah banyak warga yang menjadi korban dari sikap bapak desa mereka. Atas tindakan dan sikapnya ini banyak orang menilai bahwa ia otoriter, haus pujian, gila hormat dan lain sebagainya. Inilah salah satu contoh fakta nyata. Apakah kebenaran objektif peristiwa itu di lapangan seperti apa, tetapi inilah yang tertulis dalam media Gatra. Com .

B. Pengantar
Salah satu fakta di atas menunjukkan bahwa manusia pada dasarnya memiliki kebutuhan dasar untuk dihormati atau dihargai. Kebutuhan yang muncul sebagai akibat dari manusia merasa kekurangan dalam dirinya dan atau karena merupakan bagian dari perkembangan dan pertumbuhan dirinya sebagai manusia. Phisikolog Abraham Maslow dalam teorinya tentang Hierarki Kebutuhan menegaskan tentang kebenaran ini. Ia menggambarkan bahwa salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai dan dihormati. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan paling tinggi setelah kebutuhan akan aktualisasi diri. Tiga kebutuhan paling lain yang berada pada posisi terbawah adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa nyaman/aman dan kebutuhan untuk mencintai/dicintai, memiliki/dimiliki.

Wajar-wajar saja setiap orang membutuhkan rasa penghormatan dan penghargaan. Ini bukanlah sebuah nilai manusiawi semata tetapi juga merupakan sebuah nilai ilahi bahwa manusia harus saling menghormati dan menghargai. Karena manusia adalah citra Allah, memiliki harkat dan martabat yang luhur.

C. Nasihat Sabda Tuhan yang Inspiratif dan Edukatif

foto: kuasadoa.com
foto: kuasadoa.com

Tentang penghormatan dan penghargaan, sering kali orang memiliki cara pandang yang berbeda. Salah satu cara pandang adalah menjadi terhormat, berharga atau mulia ditentukan dalam dan oleh posisi paling tinggi atau penting dalam stratifikasi sosial. Menjadi orang besar, penting, berharga kalau orang mempunyai kedudukan tertentu dalam sistem masyarakat, adat, gereja, pemerintah, atau sistem sosial lainnya serta memiliki harta yang banyak. Orang merasa  bangga, berharga dan terhormat kalau disapa dengan sebutan  ketua ..., kepala ..., pimpinan ... dan lain sebagainya. Kalau tidak disapa, dipanggil demikian maka seolah harga diri, martabat, kehormatannya ada berkurang dan bahkan hilang. Berita di atas bisa menjadi salah satu contoh nyata.

Ini adalah pandangan yang keliru dan salah. Sebab kebesaran, kehormatan manusia direduksi pada sistem tertentu, pada konsep budaya tertentu dan bersifat mekanistis. Keluhuran, penghormatan dan penghargaan bernilai instrumental.

Karena kebesaran, penghormatan dan penghargaan dinilai berada pada status dan posisi/jabatan sosial, maka cara-cara memperolehnya pun dan atau menghayatinya banyak kali menimbulkan masalah. Orang saling fitnah untuk saling menjatuhkan, orang tidak pernah mau untuk diganti atau dimutasi, orang memberi laporan kepada atasan penuh manipulasi untuk saling menyikut, orang mencari keuntungan dengan memanfaatkan posisi yang ditempati, orang bertindak semena-mena/semau gue karena kuasa, dan lain sebagainya. Nilai-nilai kemanusiaan dilukai atau dikorbankan. Rasul Yakobus menulis:"kamu mengingini sesuatu tetapi tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh. Kamu iri hati, tetapi tidak mencapai tujuan, lalu kamu bertengkar dan berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa"(Yak. 4: 2-3). Atau muncul tindakan buruk lain sebagaimana warta dalam Kitab Keb. 2: 12:"mari kita menghadang orang yang baik, sebab bagi kita ia menjadi gangguan serta menentang pekerjaan kita".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun