Mohon tunggu...
Jeanne Noveline Tedja
Jeanne Noveline Tedja Mohon Tunggu... Konsultan - Founder & CEO Rumah Pemberdayaan

Jeanne Noveline Tedja atau akrab dipanggil Nane adalah seorang ibu yang sangat peduli dengan isu kesejahteraan anak dan perempuan, kesetaraan gender, keadilan sosial, toleransi dan keberagaman. Kunjungi website: https://jeannenovelinetedja.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Memahami Gagasan Kartini

22 April 2015   12:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:48 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ketika hari Kartini tiba, biasanya media akan berlomba-lomba menurunkan tulisan mengenai kesetaraan gender, emansipasi, dan menulis profil mengenai perempuan-perempuan hebat yang menjadi pemimpin, astronot, peneliti, dokter, dan sebagainya.Tidak ada yang salah dengan itu semua.Namun apakah yang sebenarnya diperjuangkan oleh Kartini? Seperti yang kita ketahui, Kartini banyak sekali menulis tentang berbagai hal. Tentang pendidikan untuk kaum perempuan, tentang cita-citanya sebagai guru, tentang kepeduliannya pada rakyat dan kebanggannya terhadap kesenian dan kerajinan rakyat Jepara kala itu, dan masih banyak lagi.Namun yang paling menarik hati saya adalah ketika saya membaca tulisan Kartini tentang gagasan perempuan sebagai pendidik anak-anaknya - pendidik generasi penerus bangsa.

Salah satu tulisan Kartini berbunyi sebagai berikut: ‘Dan siapakah yang lebih banyak dapat berusaha memajukan kecerdasan budi itu, siapakah yang dapat membantu mempertinggi derajat budi manusia.Ialah wanita, ibu, karena keharibaan ibu itulah manusia mendapatkan didikannya yang mula-mula sekali’. Juga kutipan suratnya kepada salah satu sahabatnya yang berbunyi: ‘Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya.Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.’ Yang ingin disampaikan Kartini adalah bahwa usahanya dalam memperjuangkan pendidikan bagi kaum perempuan bertujuan agar perempuan menjadi pendidik anak-anaknya. Sebagai seorang ibu, perempuan merupakan pengajar dan pendidik pertama.Dalam pangkuannyalah seorang anak pertama-tama belajar merasa, berpikir dan berbicara, dan dalam banyak hal, pendidikan pertama ini mempunyai arti yang besar bagi seluruh hidup seorang manusia.

Gagasan Kartini ini dipertegas dengan kutipan tulisannya yang lain: ‘Ternyata dari masa ke masa kemajuan perempuan itu merupakan faktor penting dalam usaha memajukan bangsa.Kecerdasan pikiran penduduk Bumiputra tidak akan maju secara pesat bila perempuan ketinggalan dalam usaha itu.Perempuan sebagai pendukung peradaban’.Kartini meyakini tidak ada yang akan menyangkal bahwa perempuan memegang peranan penting dalam hal pendidikan moral masyarakat.Tangan ibulah yang dapat meletakkan dalam hati sanubari manusia unsur pertama kebaikan atau kejahatan, yang nantinya akan sangat berarti dan berpengaruh pada kehidupan selanjutnya. Namun, bagaimana seorang ibu dapat mendidik anaknya bila ia sendiri tidak berpendidikan? Oleh karenanya Kartini beranggapan perempuan haruslah berpendidikan, mempunyai wawasan, karena ditangannyalah peradaban akan berlanjut.

Ketika Kartini akhirnya berhasil mendirikan ‘Sekolah Kartini’ untuk kaum perempuan, itu tak lain karena beliau yakin bahwa perempuan dapat memberi pengaruh besar kepada masyarakat.Bahwa Kartini ingin menjadi guru yang mendidik gadis-gadis, membentuk watak mereka, mengembangkan pikiran mereka yang muda, membina mereka menjadi perempuan masa depan supaya mereka kelak dapat meneruskan segala yang baik itu kepada anak-anak mereka selanjutnya.

Kini, kesempatan bagi perempuan untuk meraih pendidikan tinggi terbuka lebar, seharusnya hal ini menjadi motivasi bagi semakin banyak perempuan untuk mengenyam pendidikan itu sebagai bekalnya dalam mendidik anak-anaknya. Bila semakin banyak perempuan yang memahami gagasan Kartini ini maka mereka akan memahami bahwa membesarkan anak bukan hanya sekedar memberi makan, membelikan pakaian, dan menyekolahkan, namun juga mendidik ahlak, menancapkan tauhid dan menanamkan budi pekerti.Boleh saja perempuan berkarya di luar rumah, asalkan mendidik anak tetap menjadi prioritas utamanya.Itulah sesungguhnya yang Kartini perjuangkan untuk kaum perempuan. Setidaknya bila semakin banyak perempuan yang memahami hakekat sesungguhnya perjuangan Kartini bagi mereka, tentunya hal ini akan membuat Kartini bahagia.Seperti yang pernah ditulisnya: ‘Dan biarpun saya tiada beruntung sampai ke ujung jalan itu, meskipun patah di tengah jalan, saya akan mati dengan merasa berbahagia, karena jalannya sudah terbuka dan saya ada turut membantu mengadakan jalan yang menuju ke tempat perempuan Bumiputra merdeka dan berdiri sendiri’.

Depok, 21 April 2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun