Mohon tunggu...
JBS_surbakti
JBS_surbakti Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis Ecek-Ecek dan Penikmat Hidup

Menulis Adalah Sebuah Esensi Dan Level Tertinggi Dari Sebuah Kompetensi - Untuk Segala Sesuatu Ada Masanya, Untuk Apapun Di Bawah Langit Ada Waktunya.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

"Kompetensi atau Relasi?"

20 Maret 2021   08:07 Diperbarui: 4 April 2021   15:20 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tepat pukul 21.00 wib ditengah-tengah kantuk dan melawan lelah seharian di kantor mencoba untuk berbagi pengalaman dengan sobat semua di malam ini, dan sudah 2 hari terlewati karena tuntutan rutinitas tidak menulis dan berjumpa di Kompasiana. Sudah lama hendak membuat topik dengan judul diatas. Dua buah kata yang sejauh ini begitu banyak perdebatan yang mana yang lebih utama “Apakah kompetensi atau relasi yang akan membuat anda menjadi berhasil?, sebuah pertanyaan yang masih menjadi sebuah misteri.

Krisis kepercayaan dalam dunia pekerjaan dimana sering didapati fenomena (tidak sedikit bahkan menjadi penolakan) karyawan yang biasa saja namun secara jabatan jauh lebih hebat dari bawahannya yang notabene lebih tinggi kompetensi baik diukur secara self assesment maupun dari strata pendidikan. Atau fenomena lain dimana mahasiswa IPK 3,5 hanya dapat bekerja di perusahaan biasa-biasa saja sedangkan mahasiswa berIPK 2,5 dari kampus yang sama namun bernasib memiliki pekerjaan lebih bergengsi. Pada kasus lain, mahasiswa bodoh menjadi pemilik perusahaan sedangkan mahasiswa berprestasi cum laude menjadi karyawannya. Sebuah fenomena yang sering kita dapati saat ini yang tentu saja belum memilik aksioma dan formula pasti.   

Kompetensi, cukupkah hanya pintar?

Banyak sekali pengertian dan penjabaran dari sebuah kata “kompetensi”. Bahkan kata ini juga tidak asing dan sudah terbiasa didengar dalam banyak hal dan di pelbagai tempat. Dari mulai saat di sekolah, perkuliahan apalagi dalam dunia pekerjaan, khususnya saat proses rekrutmen dari mulai tingkat siswa atau pelajar, karyawan hingga persyaratan menjadi pejabat publik. 

Sepertinya kompetensi menjadi sebuah parameter untuk mengukur seberapa hebat dan kelayakan seseorang itu sebagai manusia. 

Karena pentingnya maka dalam sebuah arena pertandingan hal ini menjadi dipertanyakan dan diujiankan dan dibuktikan dengan tajuk “Uji Kompetensi”.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu), kemampuan menguasai gramatika suatu bahasa secara abstrak atau batiniah. Sedangkan menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, pengertian kompetensi kerja adalah kapabilitas kerja dari setiap individu yang melingkupi aspek keterampilan, sikap kerja, dan pengetahuan yang sesuai dengan standar yang telah diatur oleh perusahaan.

Berdasarkan definisi diatas tidaklah jauh dengan pengertian orang awam kebanyakan. Kompetensi identik dengan orang yang berpengetahuan, punya kemampuan, terampil, dan cekatan di bidangnya. Seseorang yang kompeten adalah individu yang tidak diragukan kemampuannya baik secara teoritis dan praktik. Pada banyak pengalaman, kompetensi dibentuk dari jalur formal (belajar diatas meja) proses pendidikan berjenjang.

Saya termasuk aliran yang menganggap sarana utama menimba dan mengasah sebuah kompetensi adalah melalui ketangguhan diri untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang cukup dari pendidikan formal. Menjadi seorang bermental juara secara dunia teori adalah yang menjadi sebuah kewajiban bagi saya dari mulai sekolah bahkan sampai sekarang. 

Tidak ada upaya pembangkangan kata kompetensi atau “pintar” ini lewat jalur keilmuan dengan membandingkannya pada sebuah pragmatisme saja. Kompetensi yang sewajarnya adalah pintar, cerdas dan jawara.

Lalu apakah kalau kita kompeten, pintar, cerdas dan jawara akan menjadi kata kunci menggapai keberhasilan khususnya dalam dunia pekerjaan? Tentu tidak ada kata mutlak dalam dunia yang jauh dari sebuah kepastian, setidaknya kompetensi adalah sebuah tensi untuk selalu berprestasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun