Mohon tunggu...
Jazilatul Muna
Jazilatul Muna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

not everyone deserves to know the real you. let them criticize who they think you are.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Minimnya Kesadaran Berpancasila Bagi Warganet Indonesia

16 Oktober 2022   07:35 Diperbarui: 16 Oktober 2022   07:44 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan negara demokratis dengan banyak masyarakat yang kritis. Saking kritisnya, setiap ada kasus yang sedang booming atau viral mereka tak pernah absen untuk  ikut berkomentar. Bahkan tidak sedikit yang mengutarakan dengan komentar negatif yang dapat menimbulkan efek negatif pula. Akibat dari komentar tersebut pun dapat menimbulkan permasalahan baru, seperti bisa jadi orang yang mereka beri komentar negatif tersebut bisa menjadikan dia kepikiran, stress, depresi dan akhirnya memutuskan untuk bunuh diri.

Namun, mirisnya netizen justru malah menganggap itu sebuah drama jika ada yang mengatakan akan mengakhiri hiudpnya karena komentar pedas tersebut. Ketika benar adanya dia tewas karena sudah sangat depresi dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, barulah para Netizen saling melemparkan kesalahan.

Tidak dapat dibantah, bahwa perkembangan dunia teknologi komunikasi dan informasi yang semakin canggih membawa dampak positif maupun negatif dalam kehidupan interaksi sosial di tengah kehidupan masyarakat modern (Emillia, 2020). Namun seharusnya kita sebagai warga Indonesia tetap memperhatikan dan menerapkan etika berpancasila dalam penggunaan teknologi ini. Seperti mengkritik dengan Bahasa yang baik, masukan yang baik dan tidak ada unsur penghinaan dalam kritik tersebut.

Sampai saat ini, masih banyak netizen yang tidak memperhatikan etika dalam penggunaan teknologi. Buktinya baru - baru ini perilaku Netizen yang mengkritisi kasus salah seorang selebriti yang terjerat kasus KDRT dan perselingkuhan. Mereka tidak henti -- hentinya melontarkan perkataan dan ketikan tak pantas yang mana itu bisa menyakiti hati korban maupun pelaku. Bahkan juga terjadi pro kontra sehingga banyak perdebatan yang terjadi antara Netizen satu dengan yang lainnya.

Media memberitakan pelaku kasus ini sampai depresi karena membaca komentar -- komentar pedas Netizen yang di tujukan pada dirinya. Padahal sebelum terjadi kasus ini, pelaku sempat mengutarakan unek -- unek nya kepada salah satu selebriti sekaligus penghipnotis terkenal di Indonesia. Dia mengatakan bahwa saat itu dirinya sedang mempunyai beban yang harus ditanggung. "Karena segala sesuatu yang saya lakukan itu jadi sorotan. Kesalahan kecil yang saya lakukan itu jadi celah buat orang lain menjelek-jelekkan saya," paparnya. Terlebih banyak orang yang dinilai iri terhadap kesuksesannya. "Banyak orang yang merasa iri dengan apa yang saya dapatkan sekarang," imbuhnya. 

Lalu bagaimana sikap yang seharusnya kita lakukan dalam menghadapi fenomena ini? Apakah kita harus ikut berkomentar pedas sampai menyakiti hati yang bersangkutan, atau berkomentar dengan bijak dan menyertakan bukti -- bukti yang ada untuk dijadikan landasan opini yang baik dan bijak?

Begitu banyak Netizen menggunakan teknologi ini untuk mencari informasi sebagai bahan untuk mengolok -- olok sesamanya. Bahkan ada yang dengan tega  menghina orang lain dengan kata yang tak pantas dan tak wajar untuk dilontarkan. Kemana jiwa berpancasila Netizen ini? Apakah sudah hilang dari dalam dirinya rasa kemanusiaan yang harusnya kita pelihara sejak dini? Mengapa begitu banyak orang yang tega mengolok -- olok sesamanya tanpa berfikir dua kali?

Itu adalah secuil dari beberapa contoh kasus yang menunjukkan betapa mirisnya warganet di negara tercinta kita ini. Dari banyaknya kasus yang terjadi, sekitar 80% itu melibatkan para pemuda dan pemudi Indonesia yang seharusnya mereka lah yang menjadi penerus bangsa.  Bahkan ketika ada orang lain yang lebih tua mengajukan pendapat baiknya, mereka tolak.

Ditengah ganas nya warganet yang semakin hilang kendali, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memang sangat penting dan dibutuhkan untuk mengatasi problematika ini. Pendidikan ini mengajarkan bagaimana cara kita menjadi pribadi yang menanamkan nilai -- nilai Pancasila dan bagaimana etika yang baik menjadi warga negara Indonesia dalam ruang lingkup dunia maya maupun dunia nyata.

Dalam jurnal yang berjudul "PERAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBENTUK CALON PEMIMPIN DI ERA GLOBAL", H. Lukman Hakim menerangkan bahwa hal ini tentu mengingat materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki beberapa tujuan sebagai berikut ;

  • Menampilkan karakter yang mencerminkan penghayatan, pemahaman, dan pengamalan nilai dan moral Pancasila secara personal dan sosial;
  • Memiliki komitmen konstitusional yang ditopang oleh sikap positif dan pemahaman utuh tentang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
  • Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif serta memiliki semangat kebangsaan serta cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia
  • Berpartisipasi secara aktif, cerdas, dan bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat, tunas bangsa, dan warga negara sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang hidup bersama dalam berbagai tatanan sosial Budaya. (PP Nomor 32 Tahun 2013)

Untuk itu, marilah kita bersama -- sama menjadi warganet atau netizen yang selalu menanamkan nilai -- nilai Pancasila dan Kewarganegaraan agar menjadi bangsa yang satu karena menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan dalam menggunakan teknologi sebagai tempat atau sarana pemersatu bangsa, bukan justru memecahnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun