Mohon tunggu...
Jaya Nug Miharja
Jaya Nug Miharja Mohon Tunggu... Aktor - Jaya

Lahir di buton 25 desember 1994

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Bobroknya Pendidikan Indonesia

20 April 2017   20:28 Diperbarui: 21 April 2017   05:00 2963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Betapa mengusik hati  apa yang terjadi dengan pendidikan di bumi pertiwi ini. Kiprah pendidikan dengan tujuan memanusiakan manusia tak ubahnya seperti menunjuk bulan dengan jari hingga menjadi ironi. Sudah mejadi rahasia umum bahwa manusia-manusia hasil rakayasa pendidikan Indonesia tidak jarang selalu unggul dalam hal mencetak manusia yang koruptif, manusia yang manipulatif, praktek penyalahgunaan jabatan, tindak kejahatan, kriminalitas, pencabulan anak, geng motor acapkali menjadi langganan dikehidupan masyarakat. 

Celakanya, departemen agama sendiri menjadi salah satu lembaga Negara paling korup. Anggota dewan (“wakil Rakyat”)  dari partai yang mengganggap dirinya agamis dan religius, malah ketahuan menonton film porno saat sidang paripurna. Kiranya tidak keliru, bila orang mengubah sidang paripurna menjadi “sidang pariporno”. Kerusakan moral kini bukan hanya terjadi di kalangan birokrasi pemerintahan dan aparat penegakan hukum melainkan juga sudah meracuni  seluruh aspek kehidupan masyarakat.

Jika kondisi ini dibiarkan, Negara bisa menuju kearah jurang kehancuran. Salah satu faktor utama pemicu keterbelakangan ini adalah kepemimpinan bangsa ini tak mampu melakukan pembangunan karakter (character building). Dampak bobroknya pendidikan karakter terkhusus kaum pelajar saat ini identik dengan tindakan tawuran , korban budaya cinta-cintaan dan lain-lain. Apalagi berbicara dengan sosok anak didik di Perguruan Tinggi (swasta atau negeri) yang bernama mahasiswa kalangan yang dulu sejak awalnya sebagai agen perubahan intelektual, pembela rakyat dan lain-lain. 

Kini, karakternya kian jauh diujung harapan jika zaman dulu identik dengan jiwa heroik sebagai garda terdepan, namun kini masyarakat masyarakat sering melihat citra buruknya semata. Hal ini terbukti dari mata telanjang penulis sendiri, melihat banyak mahasiswa yang diusir dari kosnya oleh masyarakat setempat Karena kos-kosanya dicurigai digunakan untuk kegiatan “seks bebas” atau narkoba. Demikian halnya, berikut ini ada beberapa faktor utama yang menimbulkan bobroknya pendidikan.

Kapitalisme Pendidikan

Merupakan salah satu ideologi ekonomi politik yang membentangkan pahaman individualisme yang dilakoni oleh aktor pemilik modal  dengan bebas demi meraih keuntungan sebesar-besarnya. Dalam hal ini negara memberikan kebebasan kepemelikan perorangan kepada sang beruang atau pemilk modal dalam sektor pendidikan sebagai penyelenggara  penyedia jasa pendidikan. 

Namun pengelolah pendidikan pun menawarkan harga tanpa memikirkan kemampuan dari pihak pengguna jasa pendidikan. Jelas ini akan memunculkan kesenjangan-kesenjangan bahwa orang kayalah yang bisa mendapatkan pendidikan. Dari itu  Pendidikan eksklusif dan elitis hanya akan menjadi santapan lezat bagi yang mampu membelinya dan hak-hak setiap orang untuk mendapatkan sekolah diingkari karena persoalan ekonomi lemah.

Apa jadinya? PT (perguruan TInggi) akan diisi anak-anak manja yang suka  memiliki sudut pandang borjuis (kaum beruang) dan anti perubahan, kebanyakan dari mereka datang ke kampus hanya untuk menunjukan status sosial dan gaya hidup. Sangat berbeda jika dibandingkan ketika anak-anak orang miskin (kaum prasejahtera) bukan hanya sekedar meraih status “mahasiswa”. 

Melainkan datang untuk membaca sudut pandang perubahan karena mereka lebih merasakan arti penindasan.  Pendidikan elitis adalah merupakan bagian dari sistem pendidikan yang sengaja di settinguntuk melanggengkan penindasan yang tujuannya memproduksi manusia menjadi individualistik, materialistik, konsumeristik dan hedonistik. Paling tidak bisa dilihat dari segi penggunaan gadget, kendaraan, fashion, pergaulan, dan sebagainya.

Penistaan Ilmu

Banyak sekali mahasiswa yang berprestasi disekeliling kita yang seharusnya layak bekerja sesuai kemampuan dan mendapatkan hasil (uang) tapi tidak bisa bekerja. Ini karena rekrutmen tenaga kerja di negeri ini diwarnai manipulatif praktek suap menyuap atau sogok-menyogok terutama sektor PNS (siapa yang paling bayar banyak). Hal inilah mengapa kita semua tidak harus heran jika orang kuliah tidak harus serius karena ilmu dilecehkan uang oleh nafsu bejat kekuasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun