Di era digital seperti sekarang, anak SD bukan Cuma galau soal PR Matematika atau hafalan PPKn, tapi juga soal pertemanan, insecurity, bahkan mental health. Nah, kalau dulu anak-anak biasanya curhat ke guru BK (Bimbingan Konseling), sekarang ada opsi lain yang lebih praktis, yaitu curhat ke ChatGPT atau AI sejenisnya. Tapi, apakah ini solusi yang bijak?
Guru BK: Sentuhan emosional yang tak tergantikan
Guru BK punya keahlian khusus dalam menangani masalah psikologis siswa. Mereka bisa memberikan nasihat yang personal, memahami emosi anak, dan bahkan membantu mengatasi masalah dengan pendekatan yang tepat. Curhat ke guru BK juga bisa membangun hubungan yang lebih kuat antara siswa dan sekolah. Tapi, masalahnya, tidak semua anak berani datang ke guru BK. Ada yang takut dianggap bermasalah, ada juga yang malu mengungkapkan perasaan mereka secara langsung.
ChatGPT: Pendengar setia tanpa judgement
Di sisi lain, ChatGPT menawarkan solusi instan bagi anak-anak yang butuh tempat curhat tanpa takut dihakimi. Anak bisa mencurahkan perasaan dan masalahnya melalui ketikan kapan saja, tanpa harus menunggu waktu konsultasi. Apalagi, banyak anak zaman sekarang lebih nyaman berkomunikasi lewat teks daripada berbicara langsung. Namun, perlu diingat, AI tetaplah AI. Sebaik apapun responsnya, ia tidak bisa memahami emosi manusia sepenuhnya dan tidak bisa menggantikan peran manusia dalam memberikan empati yang mendalam.
Mana yang lebih baik?
Sebenarnya, keduanya bisa berjalan beriringan. ChatGPT bisa menjadi teman curhat awal untuk mencari perspektif atau solusi sementara. Tapi, untuk masalah yang lebih kompleks dan butuh bimbingan emosional, guru BK tetap menjadi pilihan utama. Yang terpenting adalah bagaimana kita mengajarkan anak-anak untuk mengenali kapan mereka butuh bantuan profesional dan kapan mereka bisa memanfaatkan teknologi dan bijak.
Jadi, kalau anak SD galau, tidak ada salahnya bertanya ke ChatGPT, tapi jangan lupakan guru BK yang selalu siap mendengarkan dan memberikan solusi dengan penuh empati. Bagaimanapun, manusia tetap lebih peka dibandingkan mesin, kan?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI