Mohon tunggu...
Jati lanang
Jati lanang Mohon Tunggu... Lainnya - Seseorang yang selalu suka dengan tantangan

Masih diatas bumi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ulama Vs Kardus

30 Agustus 2018   10:20 Diperbarui: 30 Agustus 2018   10:25 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
video.tribunnews.com

Andi Arief marah, Prabowo di sebut sebagai Jenderal Kardus. Pernyataan wakasekjen Demokrat ini terang menuai respon beragam dari publik. Ada yang meng-amin-i tetapi tidak sedikit juga yang menolak peryataan tersebut bahkan kubu Prabowo meminta Andi Arief untuk segera minta maaf. Andi Arif enggan Ia bergeming.

Alih alih untuk Minta maaf, belakangan Andi Arief melalui tulisannya menyampaikan kepada khalayak ramai: ada perbedaan prinsip dalam cara pandang partai Demokrat dan Gerindra untuk memenangkan kontestasi Pilpres 2019. 

SBY berprinsip bahwa rakyat di atas segalanya, sehingga dasar berkoalisi adalah mendengar keinginan rakyat. Logistik hanya bersifat sebagai penopang perjuangan bukan yang UTAMA.

SBY dengan Demokrat nya berupaya meyakinkan Prabowo agar meninggal paradigma lama yang di anut dalam berperang di pemilu. Prabowo berprinsip logistik dapat mengatur kehendak rakyat. 

Bagi Demokrat, prinsip yang di anut Prabowo ini berisiko tinggi. Karena untuk "membeli" keinginan rakyat maka butuh capital /modal yang besar Sehingga tidak menutup kemungkinan para bohir, pebisnis, Pilpres akan bergentayangan. 

Singkatnya jika oposisi memenangkan pertempuran kali ini maka Negara menjadi tidak Otonom lagi ada di bawah kontrol para pemilik modal. Bukankah ini prinsip yang di tolak oleh gerakan reformasi 98. Bahwa peran asing, pemilik modal harus di batasi karena membuat negara tidak Otonom dan berpotensi menggadaikan kepentingan rakyat.

Sebenarnya apa yang yang di tawarkan oleh Demokrat nyaris berhasil, di terima oleh Prabowo. Namun di detik akhir apa yang di tawarkan tersebut dimentahkan kembali oleh Prabowo. Ia memilih Sandiaga Uno, orang kaya, pebisnis, punya koneksi dengan para pemilik modal besar baik dalam maupun luar negeri.

Istilah Jenderal Kardus menurut Andi Arief boleh jadi benar. Buktinya hasil ijtimak Ulama pun di tolak oleh Prabowo. Rekomendasi untuk Ustadz salim Segaf dan ustadz Abdul Somad di posisi Cawapres di abaikan begitu saja.

Saya menduga ini bukan hanya persoalan elektabilitas tetapi lebih pokok lagi yaitu persolan logistik. Salim Segaf yang notabene adalah Dewan Syururo PKS, berdasarkan hasil survey, elektabilitas nya tidak lebih dari angka 2 %. Untuk menaikkan elektabilitas nya butuh waktu dan proses yang masif. apalagi kondisi logistik nya tidak begitu kuat, tentu ini menjadi hambatan kalau berperang menggunakan prinsip yang di yakini Prabowo. Bahwa logistik adalah yang utama.

Sementara itu ustadz Abdul Somad boleh jadi elektabilitas nya tinggi dibandingkan Salim Segaf, cukup kharismatik, punya massa/jama'ah sebagai basis untuk memenangkan pertempuran elektoral Pilpres 2019, apalagi isi dakwah beliau sangat digandrungi oleh semua kalangan. 

Setiap Dakwah nya dengan bahasa yang mudah di fahami, logis dan masuk akal dalam cara pandang mereka. Situasi ini lebih memudahkan untuk memasifkan dukungan dengan menjadikan majelis ta'lim, kelompok kelompok pengajian sebagai salah satu basis electoral untuk memenangkan pertempuran. Tetapi lagi-lagi Ustadz Abdul Somad tidak memiliki cadangan "kardus" yang banyak. UAS lemah dari sisi LOGISTIK.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun