Mohon tunggu...
Jati Kumoro
Jati Kumoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - nulis di podjok pawon

suka nulis sejarah, kebudayaan, cerpen dan humor

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kumbakarna: “Right or Wrong is My Country”

16 Juni 2014   17:39 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:31 973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu tokoh raksasa dalam cerita pewayangan yang sering dijadikan contoh  bagi seorang yang berjuang demi membela tanah airnya adalah Kumbakarna, adik dari raja raksasa Rahwana yang bertahta di kerajaan Alengka. Sudah berkali-kali Kumbakarna ini memberi nasihat terhadap perilaku buruk kakaknya yang menjadi raja, namun selalu saja tidak dianggap, karena Rahwana sudah diselimuti oleh angkara murka.

Ketika mendengar Rahwana menculik Dewi Sinta isteri Sri Rama, Kumbakarna pun juga sudah memberi peringatan, namun seperti biasa tidak digubris oleh kakaknya, bahkan dengan sengit dimaki-maki habis-habisan. Merasa segala ucapannya tidak dianggap sama sekali, akhirnya Kumbakarna pamit pulang dan bertapa (topo sare) ke Pangleburgangsa dengan mewanti-wanti bila kelak Alengka membutuhkannya, jangan ragu membangunkannya samadhinya.

Pada saat Alengka diserang Sri Rama dengan dibantu pasukan wanaranya,  dan mengalami banyak kekalahan, diutuslah Indrajit putra Rahwana untuk membangunkan Kumbakarna dari samadhinya. Singkat cerita menghadaplah sang raksasa penidur ini ke Balairung Istana Alengka dan dijamu makanan yang lezat dan bergizi. Dengan lahap dimakannya semua hidangan hingga tak bersisa, maklum sudah lama tidak makan enak dan ditambah rasa lapar yang tak terkira.

Setelah selesai makan lalu oleh Rahwana diperintahkan agar Kumbakarna mau menjadi panglima perang untuk melawan serbuan pasukan Sri Rama. Rahwana tahu benar bahwa Kumbakarna ini memiliki kesaktian yang tinggi karena dulunya juga mereka pernah bertempur, bahkan Rahwana sempat dihajar hingga pingsan. Hanya karena dilindungi Aji Pancasona yang membuatnya tak bisa mati saja bila menyentuh tanah  yang membikin Rahwana akhirnya tak bisa dikalahkan.

Akan tetapi dasar watak Kumbakarna yang teguh kalau semua ini adalah hasil akibat perbuatan sesat kakaknya, tetap saja diucapkannya kata-kata yang mengkritik kakaknya, termasuk menyalahkan atas kematian dua putranya di medan laga. Rahwana jadi murka dan balik mencerca dengan kata-kata yang sangat tajam soal apa yang telah disumbangkan Kumbakarna selama peperangan ini. Kumbakarna dengan marah lalu mengeluarkan semua yang telah dimakannya, yang  dengan kesaktiannya bisa membuat utuh makanan yang sudah dimakannya.

Tanpa panjang lebar, Kumbakarna mengatakan kesediaanya menjadi panglima perang, dengan catatan bahwa apa yang dilakukannya ini bukan untuk membela kakaknya yang jahat dan penuh angkara murka, melainkan demi membela tanah airnya, kerajaannya yang diserang oleh musuh, meskipun tahu bahwa yang menyerang itu adalah Sri Rama, titisan Bathara Wisnu yang sedang berusaha melenyapkan angkara murka. Majulah Sang Kumbakarna dengan memakai pakaian yang seluruhnya berwarna putih ke medan laga menemui takdirnya untuk binasa demi mempertahankan negerinya. Sayang sekali kematiannya sungguh tragis karena seluruh tubuhnya terpotong-potong oleh senjata sakti Sri Rama yang konon merupakan kutukan akibat perilaku dari ayahnya Resi Wisrawa yang juga membunuh dengan cara yang sama terhadap Ditya Jambu Mangli dalam sayembara merebut Dewi Sukesi.

Sikap dan pilihan Kumbakarna yang dilematis ini dinilai sebagian pecinta wayang dan kawruh pengetahuan Kejawen sebagai sikap yang tepat mengingat keadaan negerinya yang gawat. Kumbakarna berangkat ke medan laga dengan semangat idealisme bahwa apa yang dilakukannya itu bukan untuk membela orang yang sesat dan angkara murka, melainkan semua itu untuk baktinya terhadap tanah air dan bangsanya.  Tentu saja sikap dan pilihan ini berlawanan dengan sikap adiknya, Gunawan Wibisana yang lebih memilih bergabung dengan Sri Rama, membelot ke musuh, walau dengan alasan demi kakekat kebenaran yang sejati.

Selamat membaca dan menikmati.

Sumber gambar : http://keluarga-basoeki.blogspot.com/2013/03/gugurnya-kumbakarna.html


Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun