Sebagai mahasiswa, saya menyadari bahwa perkembangan teknologi dan digitalisasi membawa perubahan besar dalam semua aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Era digital menawarkan kemudahan dalam mengakses informasi, belajar secara online, dan berkomunikasi tanpa batas ruang dan waktu. Namun, di sisi lain, tantangan terbesar yang kita hadapi adalah bagaimana menjaga nilai-nilai Pancasila tetap relevan dan hidup di tengah derasnya arus informasi dan pengaruh budaya global. Oleh karena itu, revitalisasi pendidikan Pancasila menjadi sangat penting, terutama bagi generasi muda seperti kami.
Pendidikan Pancasila tidak hanya sekadar hafalan sila atau upacara bendera, tetapi lebih kepada pemahaman, penghayatan, dan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Di era digital, mahasiswa dihadapkan pada berbagai informasi yang tidak selalu benar atau sesuai dengan nilai moral yang kita anut. Media sosial, misalnya, sering kali menjadi sarana penyebaran berita palsu, ujaran kebencian, atau perilaku konsumtif yang jauh dari semangat Pancasila. Jika pendidikan Pancasila tidak direvitalisasi, ada risiko generasi muda kehilangan pegangan moral dan identitas bangsa.
Revitalisasi pendidikan Pancasila di era digital dapat dilakukan melalui beberapa langkah strategis.Â
Pertama, materi Pancasila perlu disesuaikan dengan konteks zaman sekarang. Misalnya, dengan menekankan nilai-nilai toleransi, gotong royong, dan keadilan sosial dalam kehidupan digital. Mahasiswa bisa belajar bagaimana bersikap kritis terhadap informasi, menghargai perbedaan pendapat di media sosial, dan menggunakan teknologi untuk kegiatan positif, seperti kampanye sosial atau edukasi online. Pendekatan ini membuat Pancasila tidak hanya teori, tetapi menjadi pedoman nyata dalam kehidupan digital sehari-hari.
Kedua, penggunaan media digital harus diintegrasikan dalam pembelajaran Pancasila. Saat ini, platform online dan aplikasi pendidikan bisa dimanfaatkan untuk membuat pembelajaran lebih interaktif dan menarik. Contohnya, diskusi daring, kuis interaktif, video edukasi, atau simulasi kasus nyata yang mengandung nilai-nilai Pancasila. Dengan cara ini, mahasiswa dapat memahami Pancasila secara lebih praktis, relevan, dan menyenangkan. Selain itu, teknologi juga bisa menjadi alat untuk menumbuhkan kreativitas dan inisiatif mahasiswa dalam menerapkan nilai Pancasila di masyarakat.
Ketiga, revitalisasi pendidikan Pancasila juga membutuhkan peran aktif mahasiswa. Kami harus menjadi agen perubahan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan kampus dan masyarakat. Misalnya, menunjukkan sikap toleransi dalam perbedaan pendapat, ikut serta dalam kegiatan sosial, atau memanfaatkan teknologi untuk membangun komunitas yang positif. Dengan demikian, Pancasila tidak hanya diajarkan di kelas, tetapi benar-benar hidup dan diterapkan dalam kehidupan nyata.
Kesimpulannya, revitalisasi pendidikan Pancasila di era digital adalah langkah penting untuk memastikan generasi muda tetap memiliki landasan moral, identitas bangsa, dan kemampuan bersikap kritis. Sebagai mahasiswa, kami memiliki tanggung jawab untuk belajar, menghayati, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan digital. Dengan memanfaatkan teknologi secara bijak, pendidikan Pancasila bisa menjadi lebih menarik, relevan, dan mampu membentuk generasi yang cerdas, toleran, dan berintegritas. Revitalisasi ini bukan hanya tugas pemerintah atau pendidik, tetapi tanggung jawab kita semua sebagai bagian dari bangsa yang terus berkembang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI