Kemarin Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani, curhat soal utang negara. Bukan cuma curhat tapi berusaha membuat pembenaran dengan menyebut sejumlah infrastruktur yang dibangun, BPJS, Kartu pintar dsb. Terlihat heroik dipermukaan, padahal jika ditelisik lebih dalam tidak sebagus apa yang diungkapkan SMI.
Infrastruktur, sistem pembiayaan infrastruktur saat ini kacau balau dan terlihat tidak ada perencanaan yang jelas dan mahal. Pemerintah bisa saja berkelit dan memberi penjelasan panjang lebar.Â
Tetapi secara obyektif harga jual infrastruktur yang dibangun mahal dan membebani rakyat. Infrastruktur dibangun, tetapi biaya distribusi dan transportasi justru meningkat tajam. Artinya asumsi awal bahwa infrastruktur akan menurunkan biaya distribusi barang tidak terbukti dan bahkan sebaliknya yang terjadi.
Kita melihat justru infrastruktur ini menjadi obyek korupsi baru di era Jokowi. Memang belum banyak terungkap, tetapi indikasinya jelas. Pertama: Beberapa pegawai tingkat eselon di departemen terkait mulai ditangkap KPK.Â
Kedua, Jalan di bangun di era millenial tapi mahalnya seperti membangun di jaman batu. Ketiga, BUMN dibidang infrastruktur saat ini sudah hancur secara teknis finansial.
Bu SMI, Jangan Cuma Merajuk!
Jika kita bandingkan dengan malaysia yang membatalkan beberapa kontrak infrastruktur yang merugikan, harusnya SMI belajar dari negara tetangga, bukan malah membela diri membuat list pekerjaan yang memang sudah ada sebelumnya dan memang kewajiban pemerintah seperti BPJS dan Kartu Indonesia Pintar.
Disisi lain Eksport kita stagnan cenderung menurun, justru import yang naik. Â Padahal untuk membayar dan mengangsur utang tersebut kita butuh devisa dari eksport. Logika sederhananya, Bagaimana bisa dibilang sehat jika Gaji anda turun tetapi utang bertambah 69,5%?Â
Dalam hal ini tentu saja sah - sah saja, jika rakyat bilang pemerintah BOHONG. Tentu saja itu bukan HOAX. Jika pemerintah bilang baik - baik saja. Justru pemerintahlah yang sedang bikin HOAX.
Menjadi sangat menjengkelkan saat Jokowi bilang menolak temuan Sandiaga Uno, bahwa rakyat sedang mengeluh ekonomi makin sulit. Sebagai presiden, harusnya Jokowi belajar dari Mahatir Muhammad.Â