Mohon tunggu...
Abdul Karim
Abdul Karim Mohon Tunggu... Pegiat Sosial

Kebenaran dan kedamaian adalah dua hati yang terpaut pada simpul kebebasan. Untuk tegakan kebenaran kadang harus korbankan kedamaian, untuk memelihara kedamaian kadang harus mengekang kebabasan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kecap Tak Pernah Nomor 2, Selalu Nomor 1

9 Juni 2014   00:07 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:39 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

KECAP TAK PERNAH NOMOR DUA, SELALU NOMOR SATU

U

ntuk sampai ke posisi sekarang sebagai Calon Presiden Republik Indonesia, perjalanan Prabowo dan Jokowi cukup panjang. Mereka hasil seleksi alam dan menjadi putra terbaik bangsa. Dengan memejamkan mata, saya akan mencoblos siapapun diantara engkau berdua, tak ada keraguan bagi saya, pasti tercoblos calon president yang hebat. Saya ikhlas, siapapun yang akan memimpin saya nanti. Karena Anda berdua, sama-sama pantas di posisi itu.

Sayangnya, Anda, atau mungkin tepatnya tim sukses Anda, dan pendukung-pendukung Anda tidak begitu  percaya dengan kehebatan Anda itu. Pendukung Anda melihat lawan sebagai lebih hebat, sehingga ada kekhawatiran akan kalah saat berlomba nanti. Lalu mereka kalap, gugup dan ngawur. Mulailah kehilangan orientasi dalam berkampanye. Mulailah melupakan kehebatan calon sendiri. Mulailah menunjukan dosa-dosa, mengulang-ulang kisah masa lalu, menyindir, menyerang dan menfitnah pihak lawan. Sebagai calon pemilih saya muak dengan cara-cara itu.

Masa lalu telah berlalu, hidup kita menuju hari esok. Jadi mari kita arahkan muka kita ke masa depan. Prabowo sering dikait-kaitkan dengan berbagai peristiwa kelam yang disitu dia hadir sebagai tokoh penting. Sebagai konsekwensi actor yang ada di panggung, Prabowo terlempar dan kalah serta harus  mengakhiri karir militernya dengan hormat dengan pangkat Letnan Jenderal. Jasa-jasa di bidang kemiliteran tak perlu diragukan. Kemudian memasuki era baru hidupnya, masuk ke dunia politik praktis. Sekarang beliau sudah menjadi Calon Presiden.

Jokowi juga telah menunjukan jati dirinya yang cemerang dengan sejarah masa lalu yang bersih. Menjadi walikota yang hebat, lalu menjadi gubernur DKI yang hebat pula. Kehadiran Jokowi seperti es degan di tengah hausnya bangsa ini akan pemimpin yang ideal, merakyat, sederhana, dan rajin blusukan, plus wajah imut tanpa dosa. Di Solo sejumlah prestasi ditorehkan. Di Jakarta sejumlah kebijakan baru sudah beliau tetapkan. Namun rakyat ingin yang lebih dari Jokowi. Kini beliau menjadi Capres termuda.

Dua paragraph singkat di atas adalah diskripsi simple saya tentang kehebatan mereka berdua. Mestinya dengan berbekal diskripsi itu, para timses ataupun capresnya sendiri tidak kehilangan inspirasi untuk menonjolkan berbagai kelebihan mereka. Kalau timses mau sedikit kreatif, banyak sekali bahan yang dapat digunakan untuk kampanye putih. Tanpa harus dengan naïf membuat kampanye hitam bergelimang ghibah. Memuji calon sendiri, mestinya dapat dilakukan tanpa dibarengi dengan mencerca lawan. Tunjukan budaya ibu kalian sebagai suku Jawa yang ramah, santun dan penuh martabat.

Anda berdua, Prabowo dan Jokowi, adalah tokoh hebat. Jadi tunjukanlah kehebatan Anda dengan cara yang hebat pula. Hebat disini tentu hebat dalam arti positif. Sedikit pamer gak apa-apa karena Anda berdua memang sedang berjualan. Berjualanlah dengan cara yang baik. Ceritakan berapa modalnya, tunjukan secara jantan dimana kelemahannya. Beritahu pembeli berapa margin wajar yang pantas untuk dagangan Anda. Setelah itu biarkan rakyat membandrol kualitas Anda. Pembeli yang rasional pasti mengerti tentang value. Mereka tidak akan membeli Anda di bawah harga pokok.

Tetapi kalau Anda over promise, mereka akan mual. Anda harus ingat : “Kecap tak pernah nomor dua, selalu nomor satu”. Oleh sebab itu, bila Anda mengobral janji membangun jembatan walau disitu tidak ada sungai,  Anda akan dinilai berdasarkan idiom itu. Anda juga harus tahu bahwa Anda berdua punya konstituen yang mayoritas fanatic seperti Slankers memuja Kaka.  Konstituen setia Anda sudah sudah melibatkan diri secara emosi dan cinta buta, keyakinan mereka  tak akan goyah walau Jakarta Banjir lagi. Saking cintanya mereka pada sang Capres, meskipun ada yang bilang Prabowo itu penculik, hati simpatisannya tidak akan goyah, malah mereka semakin cinta Prabowo.

Meskipun orang-orang di kolong jagat bilang Jokowi itu non muslim, simpatisan muslimnya tidak akan “murtad”. Jadi gak usah nyebar-nyebar foto Jokowi sedang shalat. Gak perlu juga harus menunjukan foto di depan Ka’bah dan menceritakan berapa kali umrah. Reaksi itu justru menunjukan Anda rapuh. Tenang aja. Jangan panic menghadapi hal-hal remeh begitu. Tetaplah focus.

Sisa peluang Anda untuk menambah suara tinggal satu, ranahnya ada di Daftar Pemilih yang mengambang. Saya salah satu orangnya. Orang-orang yang setengah golput ini cukup santai dalam menentukan coblosan, namun mereka saat ini sedang riset. Mencari sebanyak mungkin informasi mengenai capres yang akan dinikahinya. Salah satu cara mereka mengukur adalah bagaimana Anda menampilkan diri di depan umum. Apakah Anda sabar saat dicaci, apakah Anda tegar saat dihina, apakah Anda  tenang saat berdebat dan apakah Anda matang saat berpidato. Hal-hal praktis yang tangible itulah yang menentukan ke capres mana hati rakyat akan berlabuh.

Selamat berjuang kawan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun