Mohon tunggu...
Janu Wijayanto
Janu Wijayanto Mohon Tunggu... profesional -

Menulis dan kutandai jejak hidup\r\nMembaca dan kumaknai hidup\r\nKerja dan aku hidup.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Hei Jokowi: Terus Berdirilah Tegak di Atas Kedua Kakimu!!

15 April 2015   15:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:04 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya sedang tidak dalam mood yang baik untuk menulis panjang-panjang. Selain itu saya yakin rekan-rekan pembaca juga sudah terlalu sibuk dan banyak urusan. Saya hanya akan melontarkan sedikit saja pemikiran dan permenungan buat kita semua: rakyat Indonesia.

Pertama sebagai rakyat saya merasa terhenyak setiapkali mendengar berita ketidakadilan menerpa sesama bangsa Indonesia. Bagaimana kita seperti rasanya terusir saat melihat saudara-saudara kita yang tinggal di tepi hutan tanah ulayat  harus pergi dari lahan dan hutan yang sejak dulu memberi mereka hidup dam tinggali. Penyebabnya banyak hal, dari akibat lahan hutan itu telah dibeli kontrak karya pertambangan atau perkebunan perusahaan asing atau swasta nasional sampai bahkan dibeli sebatas menjadi land bank yang cuma menganggur begitu saja tak tergarap sebelum digunakan namun sebagian rakyat kita terusir dari tanah air leluhurnya akibat semua itu .

Tidakkah kita berpikir bahwa konstruksi utama UUD 1945 dalam hal tata negara awal (founding fathers) menempatkan wakil-wakil dari masyarakat adat semacam mereka sebagai pemilik saham republik sebagaimana dalam perwakilan di MPR sesuai pasal 1 ayat 2 dengan penjelasannya (Sebelum diamandemen).

Seperti juga nurani kerakyatan kita terhenyak menyaksikan seorang tua renta di Situbondo bersimpuh di muka pengadilan meminta pertolongan untuk keringanan dan ampunan atas tindakannya. Nenek Asyani daiadili di muka pengadilan akibat tuduhan mencuri kayu hutan di lahan kampungnya sendiri. Rasanya mengusik rasa keadilan BUMI PUTERA terlebih jika misalnya rakyat dihadapkan dengan korporasi raksasa.

Terbayang bagaimana dahulu Bung Karno seperti macan mengaum di atas mimbar pembebasan saat berpidato membela nasib bangsanya. Nasib bangsa kaum kromo. Nasib bangsa Bumi Putera. Nasib bangsa rakyat jelata. Pidato yang melawan dominasi dan eksploitasi penjajah Hindia Belanda yang mendzalimi Bangsanya. Pidato yang dikenal dengan INDONESIA MENGGUGAT!

Kini gugatan-gugatan kecil Indonesia itu pun muncul kembali. Seperti gugatan hati kita saat melihat nenek Asyani yang renta itu bersimpuh menyembah di pengadilan "bukan kolonial". Semacam pertunjukan Tonil kesedihan bumi putera dalam kemiskinan yang satire penuh ironis di tengah hingar bingar perilaku koruptif para pejabat negara.

Kalau anda masih mau teringat Mandat Presiden Pertama RI dan pendiri negara di depan Kongres Persahi (Persatuan Sarjana Hukum Indonesia) disitu tentu kita ingat bagaimana beliau wanti-wanti agar para sarjana hukum Indonesia tidak saja hanya berpatokan textbook semata tetapi juga harus mempertimbangkan kebijaksanaan, mempertimbangkan WISDOM di dalam membuat aturan hukum untuk bangsa Indonesia. Aturan hukum untuk bangsa Indonesia itu baiknya ditata dilahirkan sesuai dengan natuur dan kultur nya rakyat dan bangsa Indonesia. Yang sesuai dengan kondisi, alam dan dinamika sejarahnya bangsa Indonesia.

Bercermin dari situ tentu kejadian keterusiran masyarakat adat atau kejadian semacam yang di alami oleh nenek Asyani itu sudah sepantasnya mendapat perhatian dari pemimpin nasional kita. Dan alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah SWT karena ternyata kita punya pemimpin republik, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo masih memiliki perhatian akan nasib saudaranya sebangsa seperti nenek Asyani. Beliau kirim utusan khusus sebagai bukti perhatian seorang pemimpin rakyat kepada nasib rakyat kampung. Kita pantas bahagia karenanya.

Tak heran saat saya membaca link berita ini pun menjadi tergerak mengapresiasinya: http://pekanbaru.tribunnews.com/2015/03/18/menteri-siti-nurbaya-ditugasi-presiden-jokowi-jenguk-nenek-asyani

Melihat langkah seperti itu, rasanya tumbuh keikhlasan saya sebagai rakyat yang telah ikut memilihnya. Ini hal yang sederhana. Tetapi jika hal semacam ini terus diproduksi dalam tindakan dan langkah Presiden kita maka keikhlasan semacam yang saya rasakan ini niscaya akan juga dirasakan saudara-saudara rakyat yang lain. Dan tidak ada modal yang lebih besar buat seorang pemimpin selain daripada keikhlasan dari rakyatnya.


Pak Jokowi,..anda sudah benar.

Berpihaklah kepada rakyat. Maka kami yang kemarin di belakangmu akan setia membela. Kau adalah simbol kami. Simbol rakyat. Jangan hancurkan simbol kami. Sebab kami takut kelak kami akan susah memiliki pemimpin dari golongan kami. Golongan Rakyat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun