Mohon tunggu...
Jantje Laimeheriwa
Jantje Laimeheriwa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jantje Laimeheriwa

Jadilah orang yang berempati

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Malas Menjadi Sanksi Sosial dan Motivasi Masyarakat Kisar

11 April 2021   07:07 Diperbarui: 11 April 2021   07:10 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dokumen Pribadi

Pada dasarnya dalam diri manusia melekat sifat Rajin dan sifat Malas atau Pemalas. 

Paparan tulisan ini mau menjelaskan dan menginformasikan satu kebiasaan yang hidup dan berlangsung dalam tatanan kehidupan masyarakat pulau Kisar Kabupaten Maluku Barat Daya.  

Sifat orang yang rajin dan orang yang malas ada pada setiap orang dan ada di mana mana, bukan masalah sehingga tidak perlu untuk di ceritakan, tetapi kenapa saya mau tampilkan dalam penulisan  atau paparan ini karena ada Value atau Nilai tersendiri bagi masyarakat Kisar sehingga saya ingin bagikan bagi kita semua.

Jadi Malas atau Pemalas itu bagi masyarakat Kisar menjadi Nilai Dorong atau Nilai Motivasi dalam bekerja dan berusaha.

Nilai tersebut terkait dengan pekerjaan atau usaha yang digeluti oleh masyarakat Kisar dalam menghidupi keluarga sebagai petani dan pekebun. Tiap tahun datang musim tanam, setiap orang atau keluarga selalu sibuk untuk melakukan pekerjaan pengolahan lahan kebun, menanam, merawat, memanen dan menyimpan hasil panen. Akan tetapi dalam masyarakat ada juga orang yang malas mengerjakan lahan kebunnya sehingga oleh masyarakat yang lain mencap, melebel malas atau pemalas kepada orang atau keluarga tersebut. 

Sebenarnya untuk apa mengurusi orang lain mau malas atau rajin itu hak dan urusan mereka, kebebasan mereka, tetapi dapat dipahami karena mereka hidup dalam satu komunitas, hubungan persaudaraan, pertalian darah dan pada wilayah sama.

Keberadaan mereka dengan situasi dan kondisi demikian sehingga umumnya masyarakat jadikan kata Malas atau Pemalas sebagai Dorongan dan Motivasi bagi mereka untuk tetap semangat dan berketetapan hati dalam menyelesaikan pekerjaan pengolahan kebun mereka dari pada di bilang Malas, dilebeli Malas, diberi predikat Malas ! Ya jadi situasi inilah yang disebut sebagai  Sangsi Sosial yang berlaku ditengah tengah kehidupan masyarakat. Mereka sepertinya alergi dengan ungkapan kata malas, mereka tidak mau sama sekali di katakan malas. Masyarakat pulau Kisar adalah pekerja keras , ulet dan rajin teristimewa pengolahan lahan kebun. 

Pertanian dan perkebunan di Kisar dengan tipe dan pola pertanian menetap bukan pola pertanian nomaden atau pertanian berpindah pindah.

Karena itulah  setiap musim tanam setiap kebun di masing masing rumah pasti ter-olah dan tertanam dengan baik.

Sebagai informasi untuk diketahui  bahwa di pulau Kisar lahan kebun atau lahan pertaniaan melekat atau menyatu dengan rumah tempat tinggal sehingga jika tidak diolah dan ditanam maka terlihat jelas oleh tetangga dimana kebun mereka berumput dan kotor karena tidak diolah (jl)

Jayapura, 11 April 2021

Jantje Laimeheriwa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun