Mohon tunggu...
Kus Harijanti. drg. MKes. SpPM
Kus Harijanti. drg. MKes. SpPM Mohon Tunggu... Dokter Gigi Spesialis -

Dokter gigi kekhususan di bidang oral medicine (penyakit mulut). Alumni FKG Unair angkatan 1972

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bemo dan Penumpangnya

7 Desember 2017   20:43 Diperbarui: 7 Desember 2017   20:53 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bemo yang ada di Surabaya

Memang benar apa yang diucapkan Pak Muharyo tetangga sebelah rumah yang seorang psikolog, bila mau tahu asam garam kehidupan, sabar-sabarlah jadi penumpang kendaraan umum. Dan hal itu sudah saya jalani selama hampir 6 tahun dengan menempuh rute Surabaya bagian timur.

Setiap pagi sekitar pukul 7.15 saya sudah berjalan dari rumah yang jaraknya kira-kira 800 meter ke jalan besar yang dilewati bemo untuk berangkat kerja. Ini adalah jam-jam sibuk waktunya orang berangkat kekantor. Dipinggir jalan itu sudah banyak sekali orang yang menunggu bemo untuk berbagai  keperluan, ya pergi ke kantor, berangkat kerja untuk jaga toko atau ke pasar untuk belanja. Kalau kebetulan hari itu ibu-ibu yang ke pasar banyak maka orang-orang yang akan berangkat kerja akan menunggu lebih lama, mungkin waktunya menunggu bisa digunakan untuk membaca koran Jawa Pos sampai habis. Yaah...memang pemborosan waktu, tapi apa mau dikata, naik taksi berarti uang belanja sehari hilang.

Naah...sekarang sudah dapat tempat duduk di bemo. Pak Sopir tak akan peduli apakah penumpangnya itu gemuk atau kurus,membawa barang atau tidak. Ruangan seluas kira-kira 1,6x 0,8 m harus terisi 12 orang. Kalau penumpangnya pegawai kantor, atau guru apalagi pegawai Bank tentu rapi n berbau wangi. 

Tapi kalau disamping kita penjual ikan yang mau berjualan ke pasar , berbadan gemuk dan membawa ikan/udang...... sepatu yang sudah di lap di injak-injak penumpang lain, baju yang sudah diseterika licin menjadi lusuh serta berbau ikan....  Yang mengherankan lagi, kesadaran masyrakat tentang bahaya merokok masih rendah, terbukti dalam keadaan berdesak-desakan demikian, orang bisa seenaknya merokok. Jadi semua penumpang di dalam bemo ikut menghisap asapnya, padahal menjadi perokok pasif (yang hanya menghisap asapnya)  jauh lebih berbahaya.

Bila hari sabtu saya berangkat ke kantor lebih pagi lagi, hal ini berarti saya akan berangkat bersama pedagang-pedagang ikan. Kompleks tempat tinggal saya berada didaerah pantai timur Surabaya dimana banyak pengusaha tambak udang dan bandeng serta nelayan yang merupakan penduduk asli daerah tersebut. Bila pagi pedagang-pedagang tersebut akan memanfaatkan jasa angkutan bemo untuk membawa dagangannya ke pasar. Karena hal ini saya terpaksa tidak makan pagi untuk menghindari muntah-muntah akibat mencium bau amis dari ikan laut dalam ruangan yang sempit bila perut baru diisi.

Bila saya pulang awal sekitar jam 12.00, tepat waktunya anak SD Negeri pulang sekolah. Sering saya menjumpai anak-anak sekolah dasar yang menggunakan trasportasi bemo untuk berangkat dan pulang sekolah. Anak-anak tersebut terlihat kurus, lusuh  dan kuku jari tangan panjang-panjang serta  kotor. Rasanya saya ingin memandikan mereka, mengeramasi rambutnya, memotong kukunya juga memberi makanan yang sehat. Seperti saya telah lakukan itu pada "Tanya" ketika pertama kali saya temukan di di jalan. Sekarang Tanya telah menjadi gemuk, segar dan baunya seperti bayi karena sering saya bedaki. Tapi mereka kan bukan kucing seperti Tanya, yang kalau "kleleran" dijalan bisa kita ambil untuk dirawat dirumah, mereka adalah bagian dari suatu keluarga yang mempunyai karakter dan kebiasaan yang tidak mudah untuk dirubah.

Yah itulah sebagian kehidupan masyarakat lapis bawah, dalam keadaan ekonomi yang sangat terbatas, fasilitas juga terbatas, mungkin juga karena pendidikan yang minim sehingga masyarakatnya menjadi tidak disiplin, mengabaikan kebersihan dan kesehatan. Ini belum lagi melihat bagaimana makanan yang mereka makan sehari-hari. Sangat memprihatinkan!!

(Catatan penulis tahun 1991. Ditulis ulang  4/10/2017)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun