Materi Diskusi Ikatan mahasiswa Simalungun Universitas Sumatera Utara bersama adik adik calon mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri.
Small is beautiful small life happy
Perguruan Tinggi Negeri merupakan salah satu lahan basah bagi beberapa pihak yang jeli melihat celahnya, salah satunya adalah bimbingan belajar yang sekarang sedang mewabah dimana mana, mulai dari ibukota kecamatan di suatu kabupaten yang baru mekar sampai kepada kota kota besar di provinsi.
Promosi besar besaran dengan gaya bahasa menarik dan seringkali diselipkan dengan kebohongan menjadi kebiasaaan yang sering terlihat dari gaya promosi bimbingan belajar di beberapa tempat, dengan garansi lulus PTN atau uang bimbingan belajar kembali tidak sedikit siswa yang terjaring untuk ikut serta bekerjasama belajar di bimbingan belajar tersebut.
Salah satu yang seringkali menggelitik adalah  indikator kelulusan yang tidak dapat sulit dipercaya kebenarannya, yaitu passing grade yang menjadi acuan terkait kelulusan seorang siswa di salah satu PTN, faktanya passing grade tidak pernah di tentukan oleh Perguruan Tinggi Negeri  manapun. Passing grade hanyalah alat pengukur kemampuan siswa di salah satu bimbingan tertentu. Dengan indikator lokal buatan bimbingan belajar tertentu yang bernama batas minimal (passinggrade) yang notabene berbeda di tiap bimbingan belajar tentu saja tidak dapat dijadakan acuan umum dalam menentukan pilihan di suatu perguruan tinggi negeri manapun, karena saingan dari seorang siswa dalam memperebutkan satu kursi di PTN bukan hanya dari bimbingan tertentu namun siswa dari seluruh indonesia mulai dari siswa yang baru lulus sampai kepada alumni hingga 3 tahun ke atas.
Passing grade yang tertera di beberapa bimbingan belajat dengan angka angka persentase yang tidak jelas asal muasalnya dan sulit untuk dipertanggungjawabkan kebenarannya, tentu saja bukan hal yang tepat untuk menjadikan passing garde salah satu bimbingan belajar sebagai kerangka acuan dalam menantukan pilihan di PTN.
Ada beberapa kasus yang terjadi karena lebih mengutamakan passing grade dalam menjatuhkan pilihan di ujian PTN yang sebenarnya, salah atunya adalah salju (salah jurusan) hal ini disebabkan karena seorang siswa akhirnya menjatuhkan pilihan di salah satu jurusan yang ia yang hanya bisa lulus berdasarkan passing grade tersebut, padahal jurusan tersebut bukanlah minatnya melainkan hanya jurusan yang passing gradenya rendah.
Mempercayai passing grade yang tidak jelas asal-usulnya dan berbeda tiap bimbingan belajar sehingga mengubah keputusan kita dalam menentukan pilihan di PTN yang kita tuju merupakan suatu hal yang bisa jadi blunder. Blunder apabila jurusan yang kita anggap persaingannya ketat ternyata mudah atau sebaliknya. Blunder apabila kita ganti jurusan yang kita minati cuma gara-gara passing grade nya tinggi dan kita tidak pernah lulus pada saat Tryout. Blunder apabila kita menganggap semakin tinggi passing grade, maka jurusan tersebut semakin besar peluang kerjanya/paling menjamin untuk masa depan kita kelak.
Sebaiknya bimbingan belajar tidak lagi menggunakan mekanisme seperti ini dalam rangka membingbing seorang siswa untuk menentukan pilihan di salah satu PTN. Faktanya mekanisme seperti ini akan menguntungkan pihak bimbingan belajar saja, jika banyak siswa yang lulus dan ternyata salah jurusan akibat menjatuhkan pilihan berdasarkan passing grade yang rendah maka yang beruntung hanyalah pihak bimbingan saja, sebab kepercayaan masyarakat akan semakin tinggi melihat kinerja mereka yang berhasil meluluskan banyak siswa ke PTN, tentunya data kelulusan tahun ini akan selalu dijadikan pihak bimbingan belajar untuk promosi tahun berikutnya.
Indikator yang seharusnya dijadikan siswa untuk dijadikan pedoman dalam menentukan pilihan adalah daya tampung tahun ini dibandingkan dengan peminat tahun sebelumnya, kenapa peminat tahun sebelumnya sebab kita tidak tahu angka pasti peminat tahun ini sehingga diasumsikan peminat tahun ini tidak berbeda jauh dengan data tahun sebelumnya. Kenapa indikator seperti ini yang harus dijadikan pedoman karena jika suatu jurusan daya tampungnya sedikit dan peminatnya tinggi maka untuk bersaing mendapatka kursi di jurusan tersebut otomatis akan lebih sulit dengan jurusan yang daya tampungnya besar dan peminatnya sedikit/banyak.