Mohon tunggu...
Jane Millenia
Jane Millenia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa S1 Hospitaliti dan Pariwisata Angkatan 2017

Mahasiswa Penerima Beasiswa Unggulan Kemdikbud RI untuk Prodi S1 Hospitaliti dan Pariwisata 2017, terdaftar dalam program Double Degree STP Trisakti - Guilin Tourism University, China.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Makna dari Nama Kuil Raja-raja Korea

8 Maret 2021   16:01 Diperbarui: 8 Maret 2021   16:33 2662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: korea.net

Ketika saya menonton drama-drama Korea yang memiliki latar waktu zaman kerajaan di era Joseon (1392--1897) saya menyadari beberapa fakta yang menurut saya cukup menarik untuk dibahas terutama mengenai nama dan makna gelar anumerta yang dimiliki.

Sistem penamaan dan pemberian gelar kerajaan Korea rupanya mengikuti peraturan China yang memberikan nama asli, nama saat dewasa/ketika menjabat jadi raja, dan nama setelah meninggal yang juga disertai gelar anumerta.

Kebanyakan para putra mahkotanya memiliki nama asli dengan marga Lee. Nama para anggota kerajaan khususnya putra mahkota biasanya terdiri dari satu nama panggilan yang tidak umum atau tidak mudah ditemukan dalam obrolan sehari-hari, dalam artian rakyat-rakyat Joseon tidak boleh menyebutkan atau menulis nama keluarga kerajaan karena dianggap sebagai nama sakral.

Taejo, Jeongjong, Taejong, Sejong, Munjong, Danjong, Sejo, Yejong, Seongjong,Yeonsangun, Jungjong, Injong, Myeongjong, Seonjo, Gwanghaegun, Injo, Hyojong, Hyeonjong, Sukjong, Gyeongjong, Yeongjo, Jeongjo, Sunjo, Hyeongjong, Cheoljong, Gojong, Sunjong.

Di atas ini adalah 27 nama penguasa Joseon. Seperti yang bisa dilihat, nama-nama ini umumnya diakhiri dengan "Jo", "Jong", dan "Gun".  Sistem penamaan ini memiliki dua makna, di antaranya adalah:

  • Hubungan/relasi dengan Raja sebelumnya

Akhiran "Jong" diberikan sebagai gelar anumerta bagi raja-raja yang merupakan putra raja atau penerus takhta, sedangkan "Jo" untuk mereka yang tidak berada di baris berikutnya dari takhta dan memulai baris baru (bukan pangeran mahkota).  Contohnya: Sebagai pendiri dan raja pertama dari dinasti baru, Raja Taejo adalah seorang "Jo". Tetapi Raja Sejo juga "Jo" karena dia merebut takhta dari keponakannya dalam kudeta yang mengubah garis takhta.

  • Sebagai penanda besarnya kontribusi yang dibuat saat menjabat semasa hidupnya

Tiga belas raja pertama di Joseon (dari Taejo sampai Myeongjong) mengikuti peraturan pemberian gelar anumerta di atas, namun dimulai dari Raja Seonjo, akhiran "Jong" dan "Jo" diberikan setelah mengukur prestasi sang raja. Di sini, "Jo" dianggap lebih baik dan tinggi derajatnya dari "Jong". Nama kuil/anumerta asli Seonjo adalah Seonjong. 

Namun kemudian, putranya Gwanghaegun mengubahnya dari Seonjong menjadi Seonjo. Gwanghaegun beranggapan bahwa "Jo"  lebih unggul dari "Jong" dan karena ayahnya telah memerintah negara melalui tahun-tahun sulit invasi Imjin dari Jepang, Gwanghaegun ingin usaha ayahnya diakui sehingga nama ayahnya diubah dari Seonjong ke Seonjo.

Untuk gelar "Gun" sendiri merupakan gelar untuk pangeran. Gwanghaegun merupakan anak dari Raja Seonjo yang digulingkan sebelum sempat naik takhta menjadi penguasa Joseon. Maka dari itu gelarnya tetap "Gun" dan tidak diberi nama kuil/gelar anumerta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun