Pemberitaan mengenai dr. Terawan memenuhi semua ruang  pemberitaan dan juga ruang privat di grup-grup WA.
Semua senada menyuarakan bahwa keputusan yang dibuat oleh komite etik IDI kurang tepat.
Bahkan saat ini menjadi trending topic tag #saveterawan, ajakan untuk mendukung dr. Terawan kembali bisa menjadi anggota IDI dan tidak dipecat. Atau keputusan itu dianulir.
Semua orang memuji keberhasilan yang sudah diraih oleh dr. Terawan selama ini, bahkan ada yang coba menghitung bisa mencapai 40.000 orang yang sudah merasakan metode "cuci otak" atau DSA yang dipopulerkan oleh beliau.
Dari mulai petinggi-petinggi republik ini yang merasakan kebaikan tangan dr. Terawan hingga orang biasa yang coba untuk menyambung umur menyaksikan orang  yang dicintainya lebih lama lagi.
Saya berpikir, setelah mencerna semua informasi itu.
Tidaklah seseram yang dibayangkan. Karena dr. Terawan bisa benar-benar kehilangan haknya untuk menjadi dokter jika Konsil Kedokteran Indonesia menarik izin prakteknya. Memang disana ada rekomendasi mungkin dari IDI.
Jadi peluang dr. Terawan untuk bisa terus melakukan praktek masih sangat terbuka lebar sekali.
Yang menjadi pertanyaan dalam hati adalah, apakah ada terawan-terawan lainnya yang memperoleh "perlakuan" seperti ini, tetapi karena mereka bukan siapa-siapa harus menerima vonis yang mungkin tidak adil.
Jika memang ada, maka solusi  penting untuk mengatasi kejadian ini dikemudian hari adalah  membuat atau membentuk organisasi profesi dokter yang baru diluar IDI.